HARI KEDUA

1181 Kata
3.  HARI KEDUA   "Makasih udah nolongin saya dan nganterin saya pulang," ucap Ocha setelah mobil Raffa berhenti di depan gerbang rumahnya.   Raffa hanya diam dan mengangguk sebagai jawaban.   "Kalo gitu saya permisi." Ocha membuka pintu mobil Raffa kemudian segera keluar.   Setelah Ocha keluar dari mobilnya Raffa langsung menjalankan mobilnya meninggalkan Ocha.   Ocha tersenyum kecil kemudian masuk ke dalam rumahnya yang ternyata sudah ada bibinya yang sedang menunggu di depan pintu rumahnya.   "Non, non teh gak papa kan? dari tadi perasaan bibi gak enak terus," ucap bibi atau pelayan rumah Ocha dengan wajah paniknya.   "Aku gak papa Bi, cuman tadi ada masalah dikit sih."   "Syukur atuh, Non. Kalo gitu, ya udah ayo Non masuk. Di luar dingin, takutnya Non masuk angin."   Ocha mengangguk kemudian masuk ke dalam rumahnya bersama bibinya.   ******   "Kenapa gue kepikiran tuh guru sih?!" kesal Ocha karena sadari tadi ia terus terbayang-bayang kejadian disaat ia ditolong oleh Raffa.   "Ish au ah gelap." Ocha mulai memejamkan matanya.   Sedangkan disisi lain, Raffa sedang membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja kerjanya. Ia mengusap kepalanya pelan kemudian menggelengkan kepalanya sendiri. Setelahnya ia tersenyum kecil seperti orang gila.   "Astagfirallah, A! kamu kenapa?" ucap Nia saat masuk ke dalam ruang kerja Raffa. Ia terkejut melihat putranya yang super cuek itu senyum-senyum seperti orang gila.   Raffa mengubah ekspresinya menjadi datar kembali ketika melihat mamanya yang tiba-tiba langsung menyentuh keningnya.   "Tapi gak panas," guman Nia, ia memutar balikan tubuh tegap Raffa.   "Aku gak papa mah," ucap Raffa yang kesal akan tingkah mamanya.   "Terus kenapa tadi senyum sendiri? Oh atau jangan-jangan, disini ada setan cewek yang godain kamu?"   Raffa tambah dibuat jengah dengan tingkah Nia, wanita itu berteriak tak jelas. "Heh setan, jangan berani-beraninya lo godain anak gue ye!"   "Mama mendingan keluar," perintah Raffa.   "Kamu ngusir Mama?"   "Bukan ngusir, tapi aku lagi sibuk."   Mau tak mau Nia akhirnya keluar dari ruang kerja Raffa. Raffa menghembuskan napasnya pelan kemudian kembali duduk di kursi kerjanya. Ia  mulai mengerjakan berkas-berkasnya kembali.   ******   Pukul 05:44.   Ocha mengerjabkan matanya beberapa kali, kemudian memposisikan tubuhnya menjadi duduk. Dengan malas Ocha turun dari tempat tidurnya lalu berjalan gontai ke kamar mandi dengan menenteng seragamnya.   Setelah selesai mandi, Ocha berjalan ke arah meja rias kecil miliknya. Ia mulai memoleskan bedak baby ke wajahnya, tak lupa ia juga memakai sedikit liptin agar bibirnya tak terlihat pucat. Setelahnya ia mengambil ikat rambut berwarna merah kemudian mengikatkannya pada rambut panjangnya.   Setelah merasa puas akan penampilanya, Ocha segera mengambil ponselnya dan menelpon Aski agar segera menjemputnya. Namun belum sempat Ocha menekan tombol telpon, Aski malah sudah mengirimkannya pesan.   Ocha membuka pesan dari Aski kemudian membalasnya. Tak selang beberapa lama setelah membalas pesan Aski, Ocha segera keluar dari kamarnya karena bibinya memanggilnya dan memberitaukan bahwa Aski sudah datang. Ocha segera mengambil tasnya kemudian pergi.   Saat Ocha sudah berada ditangga hendak turun, manik matanya melihat Aski yang duduk tidak sendiri diruang tamu. Ia menatap intens punggung tegap orang itu.   "Anjir kenapa Elang ada dirumah gue?!" batin Ocha.  Ia segera turun menghampiri Aski dan orang itu.   "Lho, kok lo ada disini, sih?" tanya Ocha pada Elang.   "Tadi gak sengaja ketemu, terus gue ajakin ke rumah lo deh. Sekalian nebeng sih, soalnya mobil gue masih dibengkel hehe," ujar Aski sembari menaik turunkan alisnya. Sedangkan Elang hanya tersenyum.   "Betewe gue juga udah ngasih tau dia kalo lo mau ngajak dia keacara ulang tahun mantan lo, dan dia mau. Iya kan, Lang?" tanya Aski seraya menatap Elang.   "Iya," balas Elang seraya mengangguk.   "Lo kenapa gak ngomong langsung ke gue? kenapa malah Aski yang ngasih tau nya?" tanya Elang.   Ocha tersenyum kikuk, sebenarnya ia akan mengajak Elang setelah pulang sekolah nanti tapi ia malah keduluan oleh Aski. Jadi, apa boleh buat?   "Kemaren gue lupa ngomongnya."   "Oh, ya udah mending kita berangkat," ucap Elang.   Ketiganya berjalan keluar dari rumah Ocha, kemudian masuk ke dalam mobil milik Elang. Ocha duduk di depan bersama Elang, sedangkan Aski duduk di belakangnya.   ********   Ocha menaruh tas di bangku miliknya, kemudin mengambil ponsel di saku roknya. Ia  membuka akun instagramnya.   "Cha?" panggil Aski yang duduk disampingnya.   "Hmm?"   "Pulang sekolah ke mall yuk, gue mau beli baju buat entar dateng ke ultahnya mantan lo."   "Boleh, gue juga mau sekalian beli Kado buat dia."   "Ceileh, masih perhatian nih beliin kado segala. Kirain gak bakalan ngasih," goda Aski yang langsung mendapat jitakan pelan dari Ocha.   "Enak ae lo, gue cuman gak enak aja kalo dateng gak bawa kado buat dia. Gitu-gitu juga kan, dia pernah ngebahagiain gue walaupun cuman sementara," ucap Ocha tanpa melapas pandangannya dari ponsel.   "Mantan terindah dong ya?"   "Lo ogeb apa b**o? Gak bakalan jadi mantan kalo terindah."   "Hehe," balas Aski hanya dengan cengiran polosnya.   "Eh iya, tapi lo ngerasa aneh gak, sih?" tanya Aski.   "Aneh? Apanya?" tanya Ocha heran.   "Ya lo coba deh pikir, kenapa dia ngadain acara ultahnya dihotel? Ya kan biasanya dia ngerayainya di club atau gak resto gitu."   "Holkay mah bebas Ki. mau ngerayain dimana aja juga bisa," balas Ocha enteng.   "Tapi lo holkay, kok ngerayain ultah sama gue cuman ditukang somay? Gak elit banget lagi tempatnya," sindir Aski.   "Hehe, itu gue lagi ngirit Ki. Gak boleh pemborosan."   Pembicaraan mereka terhenti ketika Raffa sudah datang dan langsung memulai pembelajarannya.   "Baik, saya akan mulai pembelajarannya. Tapi sebelumnya saya akan mengabsen kalian terlebih dahulu," ucap Raffa dengan ekspresi datarnya. Itu menjadi daya tarik tersendiri untuk para siswi di kelas Ocha.   "Abella?"   "Aku," ucap Bella seraya mengedipkan sebelah matanya .   "Auliano?"   "Ada."   "Azaski Febryani?"   "Hadir."   "Cherlia Amelia?"   "Me," balas seorang siswi yang matanya seperti bulat sabit.   Skip.   "Naswatiya?"   "Ada."   "Ochalina Azahra?"   "Hadir." balas Ocha.   Raffa terus mengabsen hingga selesai, setelahnya menutup buku absenannya dan membuka buku materinya. "Tugas yang saya berikan kemarin, silahkan dikumpulkan! Tidak ada alasan belum selesai."   Hanya ada beberapa siswa saja yang mengumpulkan, selebihnya hanya diam dan menunggu apa yang akan mereka terima karena tidak mengumpulkan tugas yang diberikan Raffa.   "Gimana nih? Mampus dah, kenapa tuh guru bisa mendadak jadi killer gitu?" gumam Ocha.   "Yang lainnya?" tanya Raffa. "Kalian diam, saya anggap sebagai jawaban bahwa kalian tidak mengerjakan tugas dari saya," lanjut Raffa saat semuanya hanya diam.   "Pak, saya ngerjain tapi belum selesai," ujar Aski namun hanya diacuhkan oleh Raffa.   "Baiklah, sebagai hukuman karena kalian tidak mengerjakan tugas dari saya, kalian isi pertanyaan dihalaman 34 nomor 2 dan 7. Karena saya ada urusan sebentar, kalian kerjakan itu sekarang. Saya datang kembali, tugasnya harus sudah selesai."   "Yah, tugas lagi deh," lesuh Ocha. Cewek itu mulai membuka buku paketnya.   "Sabar Cha, itung-itung sarapan buat otak lo," ucap Aski..   *******   Bel pulang berbunyi nyaring, membuat Ocha akhirnya bisa bernapas lega atas siksaan otaknya. Setelah membereskan bukunya ke dalam tas, Ocha segera keluar dari kelas bersama Aski.   "Cha?" panggil Elang saat melihat Ocha dan Aski yang baru saja keluar dari kelas.   "Lah kok lo belum pulang sih?" tanya Aski pada Elang.   "Sengaja, gue nungguin kalian. Mau balik bareng gue lagi?"   "Hilih tae, bilang aja lo mau balik bareng Ocha. Pake bawa-bawa kalian segala." batin Aski.   "Duh maaf Lang, gue sama Aski mau langsung ke mall," ucap Ocha.   "Oh ya udah, gue anterin ae sekalian."   Ocha buru-buru menggelengkan kepalanya. "Gak usah, kami naik taksi aja. Lagian entar malah ngerepotin lo."   "Gak ngerepotin kok," ujar Elang.   "Tapi tetap aja gak usah. Yuk Ki! Duluan ya Lang, maaf," ucap Ocha kemudian  segera menarik tangan Aski.   Sedangkan Elang hanya menghela napasnya pelan, kemudian berjalan pergi.                                           BERSAMBUNG....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN