Baby Breath

1031 Kata
"Ayesha sekarang masih ada di luar negeri, untuk menyelesaikan proses syutingnya. Kemungkinan tiga hari lagi baru pulang." Damian menyambar. Sekecil apa pun informasinya, harus di sampaikan pada Violetta. Dia berharap, kehadiran Ayesha nantinya akan memberikan pengaruh yang banyak untuk perkembangan ingatan Violette. "Syuting? Dia artis?" tanya Violetta lagi yang semakin penasaran. "Iya lah. Dia artis papan atas. Jadwalnya super padat," sambar Baskara membanggakan karir Ayesha. "Tapi, asal kamu tahu aja. Dia nggak pernah lupa sama kamu. Setiap dua minggu sekali pasti kalian harus bertemu." Violetta diam. Meresapi semua informasi yang baru saja di berikan oleh keluarganya mengenai sahabat baiknya itu. Jika memang seperti itu, alangkah indah persahabatannya dengan perempuan bernama Ayesha itu. Violetta merasa sangat ingin bertemu dengan perempuan yang di gadang gadang sebagai sahabatnya itu. Beralih ke lembar berikutnya, Violetta masih harus berpikir keras untuk mengingat orang orang yang ada di dalam foto tersebut. Jika sebelumnya dia sudah mengumpulkan informasi mengenai Ayesha, maka sepertinya dia akan kembali mengumpulkan informasi tentang ketiga orang lainnya yang turut meramaikan foto tersebut. Sebelum dia bertanya, mulut Baskara sudah terlebih dahulu mengeluarkan suara. "Nah, ini nih yang paling teramat penting. Kamu harus ingat ini. Harus," kata Baskara penuh penekanan. Violetta mendengkus kesal. Matanya memutar ke atas setelah Baskara menekankan kata 'harus' di akhir ucapannya. Kemudian, Violetta kembali fokus pada gambar gambar di hadapannya. Dia memilih untuk bertanya terlebih dahulu mengenai satu perempuan yang usianya sepertinya selisih jauh dengannya. Perempuan berparas cantik dan rambutnya yang bergelombang membuat Violetta kagum hanya dengan melihat fotonya saja. "Cantik banget," katanya seraya tersenyum tipis. "Persis seorang ratu," sambungnya memuji. "Kamu ingat dengan dia?" tanya Noni dengan mata yabg di penuhi banyak harapan. Sayangnya, tidak sesuai keinginan. Violetta kembali menggelengkan kepalanya. "Memangnya siapa ini, Ma?" "Dia Jasmin. Kamu biasa panggil dia Kak Princes." Noni tersenyum. "Cantik banget, Ma," puji Violetta lagi. Damian menganggukkan kepalanya seraya tersenyum mendengar pujian dari Violetta untuk keponakannya angkatnya itu. "Itu foto kalian berdua di ambil waktu sebelum Jasmin ikut kontes kecantikan." Mata Violetta terbelalak. Dia semakin ingin tahu banyak hal mengetahui perempuan yang kecantikannya luar biasa itu. "Jadi kakak ini ikut kontes kecantikan? Menang nggak, Pa?" "Menang lah..." sahut Baskara menyela. "Juara dua di ajang Indonesia dan berhasil memenangkan juara pertama di ajang Internasional. Kaka siapa dulu..." kata Baskara bangga. "Waaw... Luar biasa," guman Violetta. "Eh... Memangnya dia kakaknya siapa?" "Calon kakak ipar kamu lah. Kakaknya bang Dirga yang sekarang hilang dari ingatan kamu," seloroh Baskara. "Dan kak Ayesha tadi, dia adiknya bang Gilang. Pusing kan kamu? Siapa suruh hilang ingatan." Memanyunkan wajahnya. Antara kesal bercampur sedih mendapati kenyataan yang menimpa kakak tersayangnya. "Baskara..." Noni menatap Baskara dengan kepala menggeleng. Melihat wajah adiknya seperti itu, Violetta hanya bisa menghela napas panjang. Dia juga tak ingin berada di situasi seperti ini. Melupakan banyak kenangan yang pernah singgah di hidupnya, sungguh membuatnya seperti orang asing. Apa lagi, ketika orang orang terdekatnya datang mengunjungi dan bertanya tentang ingatannya. Argh... Dia sungguh seperti orang bodoh saja. "Iya, maaf. Aku cuma emosional aja." Baskara kembali menatap pada dua gambar di sisi kanan Violetta. "Ini, yang ini bang Dirga, dan yang ini bang Gilang. Mereka berdua, selalu jadi pelindung kamu saat kamu masih sekolah. Nggak percaya? Tanya aja sama Mama Papa. Iya kan?" Menatap Damian dan Noni bergantian. Kedua orang tua Violetta kompak menganggukkan kepalanya, membenarkan informasi yang di berikan oleh putra bungsu mereka pada sang kakak. "Ya memang itu lah kenyataannya. Bahkan, sampai kamu dewasa seperti ini, mereka selalu memberikan perhatian dan pengawasan yang nggak kamu sadari. Terutama Dirga." "Aku nggak ingat apa pun, Pa. Aku merasa asing dengan mereka semua." Noni menyentuh lembut pundak Violetta. "Nggak apa apa, pelan pelan nanti kamu bakalan ingat sama mereka semua. Mami, Papi, Yasmin, Dirga, Om Jimmy, Tante Elindra, Ayesha dan Gilang. Mereka orang orang yang juga sayang sama kamu, setelah kami bertiga." "Sayang. Papa nggak maksa kamu harus ingat semuanya. Hanya saja, pernikahan kamu dan Dirga akan di laksanakan tahun depan. Sesuai keinginan kamu. Jadi, papa sangat berharap kamu mengingat tentang Dirga." Violetta hanya diam. Tidak berani mengangguk atau menggeleng. Karena, dia sendiri tidak tahu, harus percaya atau tidak dengan kemampuan otaknya untuk mengingat hal hal penting seperti itu. Belum selesai album foto itu dia lihat sampai habis, tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Setelahnya, seseorang muncul dari balik pintu yang terbuka. "Panjang umur nih. Baru juga di sebut, udah nongol aja," seloroh Baskara seraya berdiri dari duduknya. "Wah, bawa apa bang? Untuk aku ya?" Tersenyum lebar dan mata yang berbinar. "Baskara!" Damian memperingatakan anaknya melalui sapaan yang terdengar mengerikan itu. "Iya, Pa. Iya. Canda aja kok. Lagian, mana mungkin bang Dirga bawa bunga untuk aku." Menyambar tas ransel miliknya. "Aku ke kampus dulu ya. Bye..." Melambaikan tangannya. Mereka semua yang ada di sana hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Baskara yang suka menyelonong tanpa permisi. "Om, Tante..." sapa Dirga seraya menjulurkan tangannya dan mencium punggung tangan kedua orang tua Violetta secara bergantian. "Dari mana? Kamu nggak kerja?" tanya Noni yang sudah berdiri di hadapan Dirga. "Tadi mampir sebentar ke kantor," sahutnya sopan. "Ya sudah, karena kamu ada di sini, Om sama Tante minta tolong kamu jaga Letta dulu ya. Om mau cari makan sebentsr sama Tante." Yakinlah, itu semua bagian dari rencana Damian agar Dirga bisa memiliki waktu dengan Violetta dan bercerita banyak hal tentang hubungan mereka. "Pa, Ma. Aku nggak mau di tinggal." Violetta menggelengkan kepalanya. Entahlah, rasanya Violetta takut jika hanya berdua saja dengan Dirga. Sebenarnya, Dirga tak pernah berbuat aneh pada Violetta selama mereka hanya berdua saja. Tapi, hati Violetta sepertinya menolak untuk mengingat semua tentang Dirga. Dan kepalanya akan mengalami rasa sakit yang luar biasa setelah mencerna semua kalimat dari mulut Dirga. "Mama sama Papa cuma sebentar aja kok, Letta," sahut Noni. Kemudian keduanya bergegas keluar, meninggalkan Violetta dan Dirga di dalam ruangan itu. Sambil tersenyum Dirga berjalan ke sisi ranjang Violetta. "Sayang, aku bawa bunga dan coklat kesukaan kamu." Memberikan buket bunga baby breath pada Violetta. Dan satu kantong kertas yang dia letakkan ke sisi Violetta. Tidak seperti reaksi sebelumnya, Violetta kini justru menyambut bunga itu dengan perasaan bahagia. Senyumnya merekah, hingga menampilkan kecantikan alami yang dia miliki. Violetta mendekatkan buket bunga tersebut pada wajahnya, lalu mencium aroma bunga segar berwarna putih itu. "Kamu suka?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN