“Mas.” Sepasang mata Raga dengan sendirinya membesar begitu melihat siapa yang kini berhenti di anak tangga ketiga dari lantai dua. Melihat sorot mata sendu wanita itu, Raga mempercepat langkahnya—melewati Mara yang masih terdiam di ujung bawah tangga. “Kalian baru saja pergi berdua? Makan siang?” tanya Nadia dengan suara lemah. Wanita itu mencoba mengatur napas yang mulai putus-putus. Hatinya terasa perih. Dia menunggu dengan pikiran positif keduanya pergi untuk urusan kantor seperti yang Andra katakan. Namun, melihat keduanya berjalan sendiri-sendiri, seolah menjaga jarak supaya orang yang melihat tidak berpikir yang aneh, justru membuat Nadia yakin jika dua orang tersebut tidak pergi untuk urusan pekerjaan. “Ayo ke ruanganku,” ajak Rga setelah mencapai satu anak tangga di bawah Nadi