“Bagaimana kondisi Nadia?” tanya Mara setelah Raga keluar dari ruang rawat Nadia. Wanita yang setengah jam menunggu di depan ruangan tersebut, melangkah menghampiri Raga. Menatap sang suami dengan sorot mata cemas, sementara kedua tangannya teremas. Karena takut Raga tidak bisa konsentrasi saat mengendarai mobil--mengingat kondisi Nadia yang pingsan, akhirnya Mara menggantikan Raga menyetir hingga ke rumah sakit. Sayangnya, dia tidak bisa ikut masuk melihat kondiri Nadia setelah wanita itu dipindahkan ke ruang rawat. Asti melarangnya. Raga menarik lalu menghembuskan napasnya. “Dia sudah sadar.” Pria itu mencoba tersenyum. “Syukurlah.” Mara tidak bisa tidak bernapas lega begitu mendengar jika Nadia sudah sadar. Jika sampai terjadi hal buruk pada sahabatnya itu, Mara akan merasa bersalah