Mara tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Semula dia merasa baik-baik saja. Satu cangkir coklat panas dan satu potong roti masuk ke dalam perutnya dan dia tidak merasakan mual. Namun, tiba-tiba, setelah kedatangan Raga—perutnya bergejolak. Dia sudah berusaha menahan, berharap dua orang itu—Nadia dan Raga pergi, sehingga mereka tidak perlu melihatnya muntah-muntah. Namun sayangnya, dua orang itu mengulur-ulur waktu hingga Mara tidak bisa lagi menahan mual di perut yang semakin menjadi. Wanita itu berlari ke kamar mandi lalu berjongkok di depan closet—mengeluarkan semua yang ada di dalam perutnya. “Hoek! Hoek! Hoek!” Dan suara yang mungkin akan terdengar menjijikkan di telinga sebagian orang itu tak urung menggema di kamar mandi. “Hoek! Hoek!” Lagi, isi di dalam perutnya keluar. “Beb.”