PART. 6

982 Kata
Arsyl menatap mata Kirana dalam. "Terserahlah kau mau menyebutku apa, pria tak beriman atau apalah, tapi kau harus tahu Kirana aku justru merasa tertantang untuk menemukan cara agar kau tidak lagi pingsan saat aku telanjangi, itu hal yang harus aku temukan caranya". "Kau memang pria b******n yang gemar menyebar benihmu dirahim banyak wanita tanpa ikatan yang sah, jangan bilang kalau kau tidak tahu itu dosa?". "Aku selalu pakai pengaman saat melakukannya jadi tidak mungkin ada benihku yang tertinggal dirahim mereka meski setetes". "Eeh..memangnya pengamanmu bisa menghindarkanmu dari api neraka ya, ingat dosa..atau mungkin kau tidak tahu hukuman apa bagi penzina sepertimu dineraka nanti, kalau kau tidak tahu nanti aku belikan buku bergambar tentang hukuman-hukuman bagi para pendosa dineraka" cerocos Kirana. Dalam posisi tubuhnya yang terjepit tubuh Arsyl ternyata Kirana masih bisa bicara panjang lebar menceramahi Arsyl. "Kau ternyata pintar ceramah juga ya Kirana, kalau aku masuk neraka kau tak perlu takut karena aku tidak akan membawamu masuk kesana bersamaku, tapi yang jelas aku pasti akan menemukan cara agar kau tidak pingsan lagi agar kita berdua bisa menggapai nikmat bersama-sama Kirana, kau belum pernah merasakannya kan, sekali saja kau merasakan aku jamin kau akan ketagihan". "Cih kepedean....aku juga jamin kau tidak akan menemukan caranya, karena hanya orang yang aku cintai dan mencintaiku sepenuh hatilah yang kuyakini akan bisa menghilangkan trauma itu" mata Kirana seperti menerawang kemasa lalu, Arsyl melihat kepedihan disana meski hanya sekilas karena kemudian Kirana terlihat setegar biasanya. "Apa kau pikir kau Putri Salju yang akan bangun dari tidurnya setelah dicium pangeran tampan hah? Lagi pula Trauma apa yang kau maksud?? Apa yang terjadi padamu sehingga menimbulkan trauma?" tanya Arsyl. "Maaf...aku tidak berniat membagi masa laluku dengan lelaki b******n sepertimu" sahut Kirana ketus. "Berhenti menyebutku b******n Kirana, atau aku akan benar-benar bersikap sebagai b******n yang akan mengoyak keperawananmu saat kau tak sadarkan diri" ancam Arsyl. "Kalau kau sampai melakukan itu maka aku bersumpah akan membencimu sampai tujuh keturunanku" mata Kirana tajam menatap kebola mata Arsyl. Arsyl bukannya takut dengan ancaman Kirana, ia justru tertawa lagi. Akhir-akhir ini disadari Arsyl, ia mulai sering bisa tertawa lepas lagi karena sikap dan perkataan Kirana yang menurutnya lucu dan terkadang tidak masuk diakal. "Terserah kau mau apa, yang jelas aku pasti akan menemukan cara untuk membuautmu merasakan malam pertama yang sesungguhnya, mungkin kita mulai dari ini dulu" Arsyl menurunkan kepalanya, bibrnya melumat bibir Kirana. Setelah dirasakannya bibir Kirana mulai merespon ciumannya, Arsyl mengalihkan ciumannya dan melepaskan tangan Kirana dari cengkeramannya. Arsyl duduk berlutut diantara kedua kaki Kirana, satu tangannya difungsikan untuk merayu buah d**a Kirana sedang tangan yang lain menekuk kaki Kirana. Arsyl menaikan telapak kaki Kirana kearah wajahnya. Digigitnya pelan ibu jari kaki Kirana lalu dikecupnya, kecupannya menjalar sepanjang telapak kaki, tungkai kaki sampai keatas paha Kirana. Tubuh Kirana bergetar merespon setiap kecupan, isapan dan jilatan Arsyl. Bergantian kedua kaki Kirana dimanjakan Arsyl, sampai akhirnya Arsyl membuka celana dalam Kirana dengan giginya sembari menciumi pinggul Kirana. Getaran ditubuh Kirana semakin menjadi, kedua tangannya mencengkeram sprei dengan kuat. Desahan dan erangan silih berganti keluar dari bibirnya. Celana dalam Kirana sudah terlepas melewati kedua kakinya dan ini pertama kalinya Kirana tidak pingsan saat celana dalamnya dilepaskan Arsyl. Sebuah kemajuan gumam hati Arsyl. Kedua tangan Arsyl berada diatas paha Kirana, menahan agar paha Kirana tetap lebar terbuka. Arsyl menurunkan wajahnya, satu isapan dari bibirnya membuat pinggul Kirana terangkat dan mulut Kirana berteriak tertahan. Pinggul Kirana terhempas dan ia tak bergerak lagi alias pingsan. Arsyl mengangkat kepalanya dari pangkal paha Kirana. Hhhhh...pingsan lagi..tapi ada satu kemajuan batin Arsyl. Diangkatnya Kirana agar berbaring dengan nyaman, lalu diselimutinya. Ditatapnya wajah Kirana, wajah sama yang sudah membuat hatinya terluka. Saat awal bertemu ia merasa sangat benci untuk menatap wajah Kirana, Arsyl seperti melihat orang yang sudah jadi sumber penderitaannya. Tapi entah mengapa pingsannya Kirana tiap ia sentuh membuatnya ingin lebih dalam mengenal Kirana, membuatnya ingin tahu apa yang membuat Kirana seperti itu. Dan Arsyl merasa tertantang untuk mencoba terus sampai ia menemukan cara agar Kirana tidak pingsan lagi saat ia sentuh. Dan malam ini Arsyl merasakan ada kemajuan, Kirana tidak pingsan saat celana dalamnya ia lepaskan walaupun akhirnya pingsan juga saat miliknya disentuh. -- Hari ini adalah waktunya Pak Arsyad melakukan pemeriksaan rutin kesehatannya ke rumah sakit. Kirana, dan Pak Arsyad berada dalam satu mobil bersama supir, sementara Arsyl menaiki mobilnya sendiri, karena dari rumah sakit ia akan langsung pergi ke kantor. Menurut dokter kondisi kesehatan Pak Arsyad membaik, hanya ia memang harus masih mengkonsumsi obat. Saat mereka kembali ke mobil di parkiran rumah sakit. "Ayah, aku langsung ke kantor, tidak mengantar Ayah pulang," kata Arsyl sembari mencium punggung tangan Ayahnya yang sudah duduk di dalam mobil. Pak Arsyad mengangguk. "Tidak apa-apa, pergilah ke kantor, Kirana sayang, pamit dulu sama suamimu, nak" Pak Arsyad memandang Kirana yang masih berdiri di dekat pintu mobil di sebelah Arsyl. Kirana meraih tangan Arsyl lalu menciumnya dengan bibir dicibirkan. Arsyl meraih kepala Kirana, lalu mengecup keningnya. "Abang ke kantor dulu ya, Sayang, kamu pulanglah bersama Ayah," kata Arsyl terdengar sangat mesra. Kirana mendongakan kepala, wajahnya merah padam, matanya menatap Arsyl dengan melotot, tapi ia tak bisa marah karena ada Ayahnya, yang tengah tertawa senang melihat adegan di hadapannya. Kirana masuk ke dalam mobil, supir menjalankan mobil menjauhi rumah sakit. Arsyl berjalan menuju mobilnya sendiri. Kunci mobil yang ditariknya dari saku jatuh di bawah kakinya. Arsyl membungkuk untuk mengambilnya, saat seseorang yang memiliki sepasang kaki jenjang, yang mengenakan high heels merah menyala berdiri di hadapannya, dan memanggil namanya. "Mas Arsyl!" suara lembut yang sangat dikenalnya meski sudah sepuluh tahun ia tak pernah mendengarnya. Arsyl menegakan tubuh, ia memandang wajah si pemilik suara. Meski tak bisa dipungkiri wajah itu mulai menua karena pertambahan usia, tapi gurat kecantikannya masih tetap sama. Pesonanya masih tetap memancar seperti dulu. Suara lembut itupun masih terdengar manja merayu. "Mas Arsyl, lama sekali kita tidak bertemu, apa kabarmu Mas?" sapanya dan diulurkan tangan ramping berkulit putih mulus dengan gelang, dan cincin berlian menghiasi pergelangan, dan jari tangannya. Arsyl masih mematung di tempatnya, tak berkedip menatap wanita dengan dress merah ketat yang berdiri di hadapannya. Seorang wanita yang sudah membuatnya lari bagai pengecut. Wanita yang sudah merubah jalan hidupnya. Wanita yang .... "Karina ...." ***BERSAMBUNG***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN