Danu kembali ke ruangannya.
Om Aji terlihat cemas, “Danu, kalau pergi sebaiknya bilang. Ini tidak baik. Kamu VVIP, tidak bisa sembarangan pergi tanpa tim. Itu sudah ada aturannya di perusahaan ini.” Danu mengangguk, “Cari udara segar. Ada yang om ingin bahas?”
“Ini soal sekretarismu. Ada beberapa pilihan dari Corporate Secretary. Om serahkan daftarnya, bisa kamu pertimbangkan, tapi harus segera. Ini tidak bisa ditunda,” Om Aji memberikan satu map dokumen.
“Saya pelajari dulu om,” Danu membuka-buka isi map tersebut.
“Oh iya om, saya perlu nomor lain, untuk pribadi, tidak ada yang boleh tahu kecuali ayah, Dara dan Om Aji,” Danu menutup map itu. Om Aji hanya mengangguk, “Besok om siapkan dengan ponselnya.”
“Terima kasih banyak. Saya sepertinya pulang sekarang,” Danu berdiri.
Mereka berjalan melalui lift private itu dan melewati jalan tersendiri untuk ke parkiran. Secara reflek, Danu menatap ke puncak gedung, apakah Mitha masih di sana?
“Kenapa?” Om Aji melihatnya kebingungan. “Tidak om, rasanya hati saya tertinggal di gedung ini?” Danu tersenyum lebar.
“Ini gedung milik keluarga Abisatya, yang artinya milikmu. Tentu saja sebagian hatimu tertinggal di gedung ini,” Om Aji ikut tersenyum. Danu hanya tertawa, “Bukan soal gedung om, tapi yang ada di dalamnya.”
Om Aji kebingungan, “Maksudnya?” Danu lagi-lagi tertawa, “Sudahlah om, sepertinya hari ini saya banyak melantur.”
Mereka pun menaiki kendaraan dan pulang.
***
Danu duduk di ruang kerjanya, lalu membuka map dari Om Aji tadi. Peran sekretaris penting, harus bisa bekerja cepat, teliti dan bisa menjaga rahasia, yang utama adalah profesional. Satu hal, ia juga menginginkan sekretaris yang memahaminya tanpa harus banyak bicara.
Ia membuka satu persatu lembaran data calon sekretarisnya itu. Sampai, ia melihatnya. Perempuan yang berciuman di pagi hari itu dengan lelaki yang ternyata pasangan Mitha.. Hmm.. ternyata salah satu dari tim sekretaris perusahaannya. Danu hanya menggelengkan kepalanya.
Pikirannya melayang mengingat Mitha.. Dan gara-garanya, ia berani melakukan hal tidak biasanya. Tidak terbayangkan ia akan mencium perempuan begitu saja, tidak hanya sekali tapi dua kali. Bahkan melakukannya pada perempuan yang memiliki pasangan.
Tapi dia berani melewati batas itu dengan percaya diri. Lawannya adalah lelaki yang tidak menghargai perempuan dengan baik. Danu cukup yakin, Mitha akan mengetahui sendiri bagaimana sesungguhnya laki-laki yang sekarang ia sebut pasangannya itu. Dan, Danu sangat yakin, Mitha akan melihat ketulusan dirinya.
I’m way better than him.. Danu tersenyum lebar. I will protect you, Mitha. Not in a thousand years he will hurt you, as long as you’re in my sight.
Danu kembali membaca data sekretaris di map itu. Ada dua orang masuk dalam pilihannya. Tapi besok ia putuskan.
***
“Aku ke situ ya?” Indra meneleponnya. “Ya,” Mitha akhirnya menjawab setelah beberapa saat termenung. Mitha mencoba tenang. Apapun, dia harus bisa mengendalikan perasaannya.
Saat pintu terbuka, wajah tampannya memamerkan senyum lebar, sepertinya sedang ada hal yang membuatnya bahagia.
“Kamu terlihat happy? Ada apa?” Mitha penasaran ingin tahu. “Ketemu kamu, tentu saja membuatku happy,” Indra melangkahkan kaki masuk ke dalam apartemen Mitha.
Parfum itu, lagi-lagi tercium bau parfum yang bukan biasanya. Mitha kecewa, Indra, apa yang kamu lakukan dibelakangku? Indra membuka jas yang membungkus tubuh bidangnya, dan bukti itu tidak lagi terelakkan, ada noda lipstik di kerah kanan agak ke belakang. Sepertinya saat perempuan lain itu mencium lehernya.
Mitha menarik nafas panjang, ingin marah, tapi.. Akhirnya hanya kata-kata singkat keluar dari mulutnya, “Ada bekas lipstik di kerahmu.” Ia menunduk dan membalikkan badan menuju dapur, lalu diam menunggu reaksi Indra.