Indra terlihat membuka kemejanya dan melihat memang ada lipstik dikerahnya. Lalu kemeja itu ia lemparkan begitu saja.
“Itu bukan apa-apa Mit, kamu tahu aku sering ketemu klien perempuan bukan?” Indra menjelaskan alasannya. Mitha hanya memandangnya. Ia takjub kenapa Indra bisa berbohong mengenai itu? Mana mungkin kalau hanya bertemu relasi kerja bisa ada noda lipstik di kerah?
“Aku tahu kamu banyak relasi dan teman perempuan. Tapi sepertinya mereka terlalu bebas hingga boleh mencium kerahmu ya?” Mitha mulai kesal. “Kamu marah?” Indra mendekati dan memeluknya.
Mitha mencoba melepaskan pelukan itu, “Terlihatnya bagaimana?” Indra lalu mencoba menciumnya. Mitha tidak mau ciuman itu, membayangkan beberapa saat lalu Indra juga mencium perempuan lain membuatnya tidak menginginkannya.
“Tidak! Lepaskan aku,” Mitha mendorongnya. Ternyata Indra malah balas marah, “Mit, aku sudah bersabar selama ini. Ini caraku untuk mempertahankan hubungan kita.”
“Apa? Apa maksudmu?” Mitha mulai ikut marah. “Kamu tahu aku laki-laki dan membutuhkan lebih dari sekedar perasaan,” Indra bicara seakan-akan itu hal yang biasa. “Kamu tidak memberikannya untukku, lalu aku harus bagaimana?”
“Tidak.. Tidak aku tidak mau mendengarnya, ini pernah kita bahas. Mungkin aku perempuan kuno, tapi itulah aku. Ketulusan hati buatku penting. Kalau kamu tidak mau menerimaku seperti ini, Indra aku minta kamu pergi,” Mitha merasakan emosinya membuncah. Berani-beraninya Indra menjadikan hasrat biologisnya menjadi pembenaran untuk mempermainkan perasaannya, dan mungkin perasaan perempuan-perempuan lain. Entah ada berapa.
Indra diam cuma bisa menunduk, “Mit, maafkan, aku salah. Aku tidak mau pergi,” dan kembali memeluknya, “Aku tidak bisa tanpa kamu, maafkan aku.”
“Tapi kamu juga sepertinya tidak bisa tanpa perempuan lain,” Mitha diam dalam pelukannya, “Aku, tidak mau begini..”
Indra hanya diam memeluknya..
“Aku minta kamu pergi karena aku tidak bisa menerima ini semua.. Yang ada kamu membuatku sedih. Apa yang kamu lakukan bukan solusi untuk kita dan apalagi buatku. Itu hanya pembenaran,” Mitha mendorong Indra perlahan untuk melepaskan pelukannya. “Dan untuk kamu tahu, bau parfummu juga berubah. Entah berapa kali aku mencium bau parfum yang berbeda di tubuhmu.”
Indra terhenyak, “Kamu mau aku pergi dan tidak kembali?” Mitha menitikkan air mata, “Indra, hubungan artinya komitmen untukku. Komitmen apa yang bisa kamu berikan padaku kalau kamu butuh banyak perempuan dalam hidupmu? Apa artinya aku?”
“Kamu penting bagiku Mit. Rasa sayang ini hanya untukmu, tidak untuk perempuan lain,” Indra mengelus tangannya.
“Tapi, dalam prosesnya, kamu menyakitiku. Sayang bukan hanya ucapan, tapi harus kamu buktikan. Adanya perempuan lain, itu tidak membuatku merasa kamu menyayangiku,” Mitha sedikit tercekat, suaranya mulai serak. “Apalagi membayangkan apa yang kamu lakukan dengan perempuan itu. Akan sulit untuk aku terima.”
“Tolong, aku minta kamu pergi,” Mitha merasa suaranya semakin hilang, air mata sepertinya akan segera keluar. Indra mengambil jas dan kemejanya di lantai lalu mengenakannya, “Aku tidak menganggap ini berakhir, kamu tenangkan diri dulu.”
“Indra, kenapa aku yang harus menenangkan diri? Kamu tidak siap dengan hanya aku dalam hidupmu bukan? Itu jawabannya,” Mitha mengeluarkan nada tinggi, ia kaget dengan ucapan Indra. Kenapa dia seakan jadi pihak yang salah dan emosional?
“Mit, bukan seperti itu..” Indra diam. “Ini masalah tidak akan ada kalau kamu siap berkomitmen bukan?” Mitha menatapnya tajam, “Aku minta kamu pergi, rasanya aku terlalu marah untuk melihatmu sekarang.”
Indra menatapnya lalu mendekat dan mengecup keningnya, “Aku sungguh sayang kamu Mitha. Aku tidak mau ini berakhir. Aku akan datang lagi, kita bicara dalam situasi yang lebih tenang.”
Mitha hanya diam.. Menatap kekasihnya yang berjalan menuju pintu dan menutupnya.
Air mata mengalir di pipinya. Mitha menyayangi Indra, bagaimanapun 9 bulan hubungan mereka, Indra selalu baik padanya. Tapi, membayangkan ada perempuan lain dan mereka berhubungan lebih dari yang seharusnya? Kesedihan itu membuatnya terluka. Indra, kamu jahat…
***
Pagi itu ia terbangun dengan mata bengkak dan sembab. Mitha memutuskan tidak masuk kantor, rasanya tidak akan bisa konsentrasi dan fokus hari ini. Sedih…
Ia hanya tergolek lemah di atas tempat tidur, mengambil ponselnya dan mulai menyusun pesan untuk izin pada atasannya. Pesan pun terkirim.. Mitha menutup mukanya dengan bantal.
Tak lama, ponselnya berbunyi, ada pesan dari Indra.
Indra : Kangen kamu…
Ahh.. Mitha tidak ingin membalasnya, bagaimanapun hubungan mereka tidak akan bisa berlanjut selama ada perempuan lain dalam hidup Indra.
Tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi, nomor tidak dikenal.
Hi! I will be very very happy if you save my number, Danu.