MEMPERKENALKAN

573 Kata
Danu melihat dirinya sendiri di cermin, rasanya bukan Danu yang biasa. Ia mengenakan setelan berwarna biru gelap dengan kemeja putih terkancing hingga ke leher, dasi berwarna biru dan vest senada dengan jas dan celananya. Ia mengontak Dara untuk video call. Dara,”Ya ka?” Danu, “Lihat kakak, apa aneh?” Dara, “Cepatlah menikah, nanti bisa tanya istri untuk hal seperti ini. Aku pikir, kakak jauh dari aneh, kakakku tampan.. Dijamin banyak perempuan bakal melirik.” Danu tertawa, “Tidak perlu banyak, hanya ada satu perempuan yang kakak mau.” Dara memperlihatkan muka kaget, “Siapaaa?” Danu tersenyum, “Nanti cerita. Sekarang waktunya ketemu direksi. Ayah mana?” Dara, “Sebentar.” Lalu memperlebar layar ponselnya sehingga ada dirinya dan ayahnya di layar. Danu, “Yah, pagi ini jadwal perkenalan dengan direksi. Doakan Danu.” Gunawan, “Doa terbaik dari ayah, tapi ayah yakin pasti bisa. Kamu terlihat tampan Danu.” Danu tersenyum, “Semoga.. Pakaian ini apa cocok untukku?” Gunawan, “Tentu saja.” Dara, “Ka, temui perempuan itu saat masih mengenakannya, kaka terlihat luar biasa keren.” Gunawan, “Perempuan mana?” Danu, “Sstt.. Nanti ada waktunya. Sudah dulu.” Jam tangan merk ternama berlogo mahkota itu melingkar di tangannya, Danu merasa siap. Ia akan melakukan yang terbaik, berbekal doa ayahnya, kepercayaan orang-orang sekitarnya, dan kemampuannya sendiri. Danu melangkah dengan yakin. Om Aji menjemputnya, mobil Mercedes Maybach S Class itu terlihat parkir di pintu depan rumah. Danu masuk. Ini hidupnya sekarang. Mobil bergerak maju, ia memejamkan mata dan berdoa.. *** Perkenalan dengan direksi berjalan lancar. Hari ini agenda untuk mendengar presentasi dari tiap unit bisnis. Banyak yang sebetulnya telah ia ketahui. Namun, Danu mencoba menyimak semua satu persatu. Ayahnya telah berhasil memimpin dengan baik. Tidak ada persoalan pelik yang menyulitkannya. Hanya satu hal, ia harus mulai menyiapkan projek untuk masa depan. Bagaimanapun, harus mengikuti tren dan membaca potensi pasar terkini. Ia butuh tim yang terdiri dari karyawan muda potensial dan memberikan ide terbaik untuk perusahaan ini. Itu tekadnya, dan akan ia bicarakan dengan Om Aji. Rapat berlangsung cukup panjang. Makan siang pun berlangsung di kantor dengan buffet yang telah disediakan perusahaan. Saat makan siang, Danu mencoba berkenalan satu persatu secara pribadi dengan para direksi, bagaimanapun ia butuh dukungan mereka. Matahari sore terlihat melalui kaca gedung di dalam ruang rapat itu. Rapat pun selesai. Danu melihat jam tangannya, pukul 17.30. Hari yang melelahkan, tapi membuatnya semangat. Om Aji memintanya untuk tidak dulu pulang, tapi sepertinya masih sibuk briefing tim sekretaris. Diam-diam ia naik lift menuju rooftop. Sesaat melarikan diri untuk melihat indahnya langit sore dari atas gedung rasanya tidak apa. Nanti ia kembali. Ponselnya pun ia tinggalkan di meja. Danu melangkah perlahan menghirup udara sore. Berbeda dari London, tapi ini negara asalnya, bagaimanapun ini rumahnya. Matanya melihat sekeliling. Suasana sepi, mungkin karena sudah lewat jam kantor. Sampai, tubuhnya seperti membeku. Langkahnya terhenti. Matanya terpaku pada satu titik.. Mitha, there you are.. What a lovely afternoon.. Danu tersenyum. *** Mitha diam di rooftop kantor sambil meminum kopi kesukaannya. Bayangan soal lelaki itu sungguh mengganggunya. Semoga bisa bertemu lagi.. Ia harus meyakinkan perasaannya, meski hati kecilnya tahu ada rasa rindu yang membuncah di d**a. Mitha menyentuh bibirnya.. “Can we kiss again? Is it possible?” Suara itu membuatnya tersentak kaget, Mitha membalik. Oh tidak, lelaki itu.. Begitu tampan berdiri dihadapannya, mengenakan setelan jas berwarna biru dari atas ke bawah. Kenapa ia terlihat berbeda? Matanya membelalak kaget.. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN