Zero memutar pena di tangannya, kepalanya menunduk, menatap dokumen yang tersimpan di atas mejanya. Meskipun terlihat sedang fokus, tetapi sebenarnya Zero sama sekali tidak memperhatikan dokumen yang seharusnya dia periksa saat ini juga. Pikirannya berada di tempat lain, memikirkan hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Seketika Zero menghela napas panjang, lalu melemparkan pena di tangannya secara asal. Zero lantas menyandarkan punggungnya pada kursi, kedua tangannya menyilang di depan d**a, sedangkan kepalanya menengadah ke atas. Entah mengapa dia terus memikirkan Ruby, lebih tepatnya tubuh feminin gadis itu. “Aku memang sudah tahu kalau tubuhnya bagus, tapi mengapa aku tidak bisa berhenti membayangkannya?” Meskipun hanya melihatnya beberapa detik, tetapi Zero tidak bisa men