“Mama,” gumam Aira ketika melihat Sinta sudah ada di depan rumahnya. “Siapa dia, Aira?” tanya Sinta penasaran. Apalagi melihat wajah Radeya yang seumuran dengan Aira. Sinta merasa begitu penasaran. “Temen, Ma. Kapan Mama sampai. Udah lama? Kenapa nggak masuk?” kata Aira memberondongi Sinta dengan bermacam-macam pertanyaannya. Ada perasaan gugub dan juga was-was karena pertanyaan Sinta. Takut jika Sinta akan salah sangka. “Tadi, Andri bilang kamu mau nginep di rumah. Tapi Mama tunggu kamunya nggak datang-datang. Ya udah, Mama samperin aja kamu. Oh iya. Kaki kamu kenapa?” Sinta terlihat mulai panik, lebih lagi ketika melihat kaki Aira yang terlihat penuh dengan luka dan plesteran. “Akh ... Ini?” kata Aira menunjuk kakinya yang terluka. “Iya, itu. Kamu nggak di aniaya kan sama lelaki t