bc

Surprise Wedding For Aira

book_age18+
12.1K
IKUTI
69.7K
BACA
possessive
escape while being pregnant
arranged marriage
dare to love and hate
boss
comedy
bxg
humorous
campus
city
like
intro-logo
Uraian

WARNING !!!

Membaca cerita ini bisa membuat anda senyum-senyum sendiri.

Aira Tanisha, gadis cantik berusia 22 tahun yang sedang asyik menyantap makanan di pesta pernikahan itu. Ternyata sedang menghadiri pernikahannya sendiri.

Gadis itu semakin terkejut setelah sang mempelai pria mengucapkan akad yang didalamnya ada namanya sedang disebut.

“Saya terima nikah dan kawinnya Aira Tanisha.” Aira menghentikan acara menyendok makanannya, “... lah namanya mirip kayak namaku ya? Ah selesaikan dulu lah mana tahu emang sama.” Aira melanjutkan ritual mengunyah nasinya.

"Binti almarhum Sandi Raharjo dengan maskawin tersebut, dibayar tunai!"

“Bagaimana saksi?”

“Sah!”

“Nama almarhum Papa juga,” Aira terperanjat setelah namanya telah diucap di dalam ikrar janji suci sebuah penikahan oleh pria asing itu.

Selamat membaca ...

Cover By : Stary

chap-preview
Pratinjau gratis
SWFA-Aku Tamu Di Pernikahanku
“Jod, kamu jadi kan gantiin shift aku siang ini?” Tanya Aira, kepada Jodie Fahira. Sahabat karibnya. “Jad Jod Jad Jod. Orang mah ya, kalo mau minta tolong itu manggilnya yang sopan sedikit kenapa sih, Ra? Panggil aku dengan sebutan Fa-Hi-Ra atau Rara kek. Lah ini Jod-Jod.” Gadis berperawakan tomboy itu memicingkan matanya kepada Aira. Pasalnya, gadis itu sangat tidak suka jika dirinya dipanggil dengan nama Jodie. Meskipun, nama itu adalah pemberian dari kedua orang tuanya. Namun menurutnya, itu adalah nama yang cocok untuk seorang laki-laki. Sepertinya orang tuanya dulu salah memberikan nama untuk gadis itu. Paling nggak Anggun kek atau Maia kan itu nama perempuan banget. Ya kali, gadis cantik namanya Jodie. Apa kata orang coba. Pas manggil Jodie yang muncul perempuan. Nanti dikira Transformers eh salah. Transgender kali, ya kan? “Eits ... kalo nggak mau ya sudah. Besok-besok, kalo kamu mau kencan sama si Jono. Aku nggak bakal mau gantiin shift kamu!” Ancam Aira kepada Jodie. Ketika mendengar perkataan Aira, sontak Jodie langsung berubah pikiran, lalu meng-iyakan permintaan Aira. Emang dasar Abu nawas ya begitu, selalu banyak akal. Siapa lagi jika bukan Aira. “Iya deh ... aku gantiin. Tumben banget kamu mau datang ke kondangan. Emang sepenting apa sih tu orang, sampai-sampai seorang Aira Tanisha. Rela meninggalkan pekerjaan tercintanya demi menghadiri pernikahan itu orang?” Tanya Jodie dengan tatapan menyelidik. “Nggak tahu juga sih aku, Jod? Tau lah si kakek kalo ada kemauan pasti nggak bisa ditolak kan. Katanya kalo aku nggak mau datang bakal dipecat jadi cucunya. Gila nggak tu? Daripada dipecat ya kan, mending nurut deh....” Aira tampak mengembuskan napasnya berat. Kedua gadis itu berjalan menuju kantin kampusnya. Jodie hanya manggut-manggut pertanda dirinya mengerti perkataan Aira. Sebuah panggilan masuk segera diterima oleh Aira. Jelas tertulis di dalam layar benda pipih itu dengan nama 'Kakek Tersayang'. Ya sudah pasti itu kakeknya dong, ya kan? Kakek Tersayang [Halo ... Aira, kapan kamu pulang, sebentar lagi kita mau berangkat. Cepat pulang dan kenakan pakaian yang sudah kakek siapkan di kamarmu!] Aira [Iya-iya ... kek, sebentar lagi Aira bakal pulang kok.] Kakek Tersayang [Ya ... sudah hati-hati, jangan ngebut. Nanti kamu malah masuk rumah sakit kalo ngebut.] Aira [Iya Kakek ... tadi katanya tadi disuruh cepat, tapi nggak boleh ngebut ya kapan sampainya coba?] Kakek Tersayang [Cepat ya nggak apa-apa. Tapi ... hati-hati itu yang nomor satu. Ya sudah Kakek tunggu, Assalamualaikum ... ] Aira [Waalaikumsalam ... ] Aira menutup panggilan teleponnya lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku tasnya. “Herman deh aku, Ra,” ujar Jodie, sambil membayar minumannya kepada mang Ujang penjual bakso dan minuman yang ada di kantin kampus mereka. Tak lupa dia memberikan sebotol minumannya kepada sahabatnya. Aira menerima sebotol minuman lalu membukannya sembari berkata, “heran kali Jod, ntar si Herman dateng baru nyahok kamu. Kenapa emang si Herman?” Aira malah ikut meladeni candaan Jodie dengan wajahnya yang masih terlihat biasa-biasa saja. “Eh iya ... hehe. Ya heran aja Kakekmu lama-lama bawelnya ngelebihin Emakku tang di kampung tau nggak sih, Ra?” Kata Jodie sambil cekikikan. Aira, mahasiswi jurusan managemen itu tak kuasa menahan tawanya juga. Jodie memang dikenal sebagai gadis yang jika bicara selalu ceplas ceplos tanpa difilter terlebih dahulu. “Hus ... dosa lho ngatain orang tua,” kata Aira sambil tersenyum geli. Selama ini Aira memang diasuh oleh sang kakek sedari dia berumur 2 tahun. Orang tua Aira telah meninggal, karena kecelakaan mobil yang menimpa keduanya dalam perjalanan pulang, dari kantor tempat mereka bekerja dulu. “Iya deh ... sorry, nggak maksud aku hehehe. lah ... kamu juga ketawa gimana sih, Ra?” Kata Jodie kemudian. “Lah aku kan cucunya Jod, hehe. Ya udah aku duluan ya? Takut si kakek tambah mengomel, gara-gara kelamaan menunggu aku nanti.” Aira melenggang pergi meninggalkan Jodie. “Dasar cucu durhaka. Iya hati-hati aja deh!” Kata Jodie sambil melambaikan tangannya kepada Aira. Mendengar perkataan Jodie, Aira hanya tertawa geli sambil berlalu. “Dadah sama siapa kamu?” Suara itu jelas adalah milik Jono cem-ceman Jodie. Eits jangan salah. Namanya memang Jono tapi, wajahnya itu lho mirip opa-opa korea. Tapi, versi lokal. “Eh Jono, mau minum?” Jono hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Jodie. Gadis tomboy itu bahkan sudah tersipu malu saat melihat wajah tampan Jono. “Ya elah Rara, aku nanya apa kamu jawab apa,” Jono mendengkus kesal. “Emang kamu nanya apaan?” Tanya Jodie sambil memiringkan kepalanya. “Nanya noh sama mang Ujang.” Jono pergi meninggalkan Jodie yang masih terpaku. “Eh, mau kemana kamu Jon? Kok aku ditinggalin sih?” Jerit Jodie, kepada Jono yang sudah semakin menjauhi dirinya. Namun bukannya menjawab Jono malah melambaikan tangannya tanpa membalik badannya. “Untung sayang, kalo nggak udah aku huh ... ya udah lah,” gumam Jodie, sambil tersenyum. . . Aira telah sampai di pelataran rumahnya. “Aduh ... maaf kek tadi macet jalanannya.” Aira langsung turun dari motor bebeknya sembari menyambar tangan sang kakek, tak lupa dirinya mencium punggung tangannya. “Assalamualaikum dulu Ra, kalo masuk rumah, itu helmnya jangan lupa dilepas dari kepala Ra!” Kata sang kakek, sembari menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh sang cucu semata wayangnya. “Waalaikumsalam kek, maaf lupa he he he.” Senyum Aira terbit sembari menampilkan gigi rapi nan putih miliknya. “Kebiasaan buruk itu ... mbok ya ditinggal to Nduk! Udah sana ganti bajumu kita berangkat. Jangan lupa dandan yang cantik,” ujar Kakek Satya. “Iya kek, Aira ngerti kok. Ya udah deh Aira ganti baju dulu ya kek,” gadis itu bergegas mengganti pakaiannya. Hanya butuh waktu setengah jam Aira sudah siap dengan kebaya berwarna putih dan kain batik yang sudah membalut dirinya dengan cantik. Riasan di wajah Aira juga tidak terlalu menor alias natural, dengan lipstik berwarna nude dan sedikit blash on warna peach agar penampilannya tak terlihat pucat dengan sanggul sederhana yang telah menghiasi dirinya. Dengan melihat tutorial vedeo tentunya, yang dia download sebelumnya dari internet. Dengan kekuatan jemari lentiknya Aira berhasil merias dirinya sendiri tanpa harus keluar uang untuk pergi ke salon. Bukan Aira namanya jika dirinya harus menghamburkan uangnya untuk hal yang tidak perlu. Aira melangkah dengan anggun mengenakan hells dengan hak 10 cm yang juga telah disediakan oleh sang kakek. Di dalam benak Aira sedikit bertanya-tanya. Pernikahan siapakah yang akan dia hadiri, dan juga dari mana sang kakek bisa membelikan setelan kebaya. Yang memang sangat cocok dan pas untuk dirinya. Tapi, yang membuat lebih aneh lagi, kenapa dari banyak-banyaknya warna kebaya. Apakah tidak warna selain warna putih yang penuh dengan hiasan payet cukup mencolok mata. Aira tidak yakin jika pakaian itu, dibelikan oleh sang kakek. Ya kali kan, masak iya, Aira menyaingi pengantinnya, kan itu nggak lucu gitu. Malas untuk berpikir lebih lagi, Aira memilih diam, lalu masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya sedari tadi. Sang kakek sudah duduk dengan rapi mengenakan tuxedo lengkap dengan blangkon yang biasa dikenakan orang jawa pada umumnya ketika ada acara pernikahan. Hanya butuh waktu 20 menit Aira sudah sampai di tempat acara itu. Aira menuruni mobilnya, di sana sudah ada tante Sinta yang menyambutnya dengan senyum yang terlihat sangat manis tentunya. “Wah kamu cantik banget Ra, ayo!” Aira hanya tersenyum mendengar pujian yang diberikan oleh tante Sinta. Ia mengikuti langkah kaki wanita paruh baya itu, tepat di belakangnya. Sementara sang kakek sudah menghilang entah kemana semenjak turun dari mobil. “A dan A?” Gumam Aira saat mengetahui sebuah papan yang di pajang di halaman gedung. Berarti yang nikah ini inisialnya A. Fikir Aira. Tante Sinta menggandeng Aira memasuki gedung pernikahan. Di sana sudah ada banyak sekali tamu undangan yang hadir. Namun, tiba-tiba sajaa tente Sinta melepaskan gandengannya karena ada tamu yang mengajaknya mengobrol. Menyadari tante Sinta sibuk dengan ibu-ibu yang entah siapa. Kemudian, Aira mengisi daftar nama di dalam buku undangan dan tak lupa memasukkan amplop ke dalam kotak kayu berwarna coklat dengan ukiran yang sangat cantik. “Ini mba souvenirnya,” kata salah seorang penerima tamu yang mengenakan pakaian serba putih. Aira mendapatkan sebuah souvenir dompet koin, yang berbentuk beruang dengan hiasan yang cantik. Lumayan kan buat isi uang recehan jika ada kembalian dari belanja, pikir Aira sambil tersenyum. Nggak rugi dirinya nyumbang uang dua ratus ribu ya kan. Dapat baju dan sepatu gratis ditambah dapat souvenir dan nanti pas pulang kenyang, nggak ruginya juga ninggalin kerjaan. Itulah yang sedang Aira pikirkan saat ini, sambil senyum-senyum sendiri. Ya, siapa tahu kan. Nanti pas pulang malah ketemu jodoh di sini, 'kan bisa double hoki. Dasar Aira ada-ada saja yang dipikirkannya. “Trimakasih mba,” kata Aira sambil tersenyum. Aira menuju meja prasmanan, lalu ia mengambil beberapa makanan dan juga buah untuk dibawa ke tempat duduknya. Aira segera menikmati makanan yang sudah dia ambil sebelumnya. Dengan santai dan tenang Aira menghabiskan suap demi suap makanan yang ada di piringnya. Hingga sayup-sayup dia mendengar ternyata akad nikah sedang berlangsung. “Saya terima nikah dan kawinnya Aira Tanisha.” Aira menghentikan acara menyendok makanannya, “... lah namanya mirip kayak namaku ya? Ah selesaikan dulu lah mana tahu emang sama.” Aira melanjutkan ritual mengunyah nasinya. “Binti almarhum Sandi Raharjo dengan maskawin tersebut, dibayar tunai!” Sedetik kemudian terdengar riuh sahutan suara orang yang menggema. “Sah!” Suara serempak itu, berhasil membuat Aira kesulitan menelan segumpal daging rendangnya. “Uhuk ...,” Aira meraih segelas air putih dan segera meminumnya, “... Ya Allah, nama almarhum bapak aku itu mah?” Sontak Aira berdiri lalu mengamati keadaan sekitarnya. Dia baru menyadari, ternyata nama yang diucap oleh lelaki di dalam akad tadi adalah namanya. “Loh nduk, ternyata kamu di sini toh. Tante cari-cari lho dari tadi kok malah ngilang. Ayo itu si Andri sudah nungguin kamu!” Kata wanita paruh baya dengan kebaya berwarna pink yang membuat penampilannya terlihat anggun dan cantik, ditambah dengan hiasan kipas yang dipegangnya siapa lagi kalo bukan Tante Sinta. “Andri ... siapa ya tante?” Aira nampak heran dan bingung dengan maksud ucapan Sinta. “Ya itu, Andri anak tante. Suami kamu!” Kata Sinta kemudian. “What SUAMI? A--KU.” Aira tersentak ketika mendengar kata suami. Ya kali, dia sudah nyumbang ternyata yang disumbang dirinya sendiri. Terlihat Sinta mengangguk dengan sedikit kaku. Tuhan, cobaan apa yang sedang hamba hadapi saat ini?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
115.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
203.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook