Arthur menarik bahu pria asing, tepat ketika satu senti lagi dia hendak mencium Hazen. "Hei!" pria itu menoleh dengan wajah berang. Merasa kesenangannya terganggu. Hazen sendiri hanya diam mengulum senyum. "Maaf, dia bersamaku, Bung!" kata Arthur memberinya tatapan dingin. Wajah Arthur yang terbilang kokoh dengan rahang tegas, dan penampilan yang mahal membuat pria itu memilih untuk mengalah. Dengan wajah berkerut dongkol dia turun dari kursi dan merelakan tempatnya diambil alih oleh Arthur. "I'm sorry, Poor Guy!" ujar Hazen berkedip genit dan melempar cium jauh. Pria itu mendengus seraya mengibaskan tangannya dengan gusar. Hazen tertawa melihat pria itu pergi dengan wajah masam. Ia lalu menoleh ke arah Arthur. "Apa?" kekehnya. Arthur menggelengkan kepalanya tak menjawab. Dia lal