Sembari melepaskan seluruh pakaiannya Tony memandangi wajah terlelap Alicia. Lalu hanya dengan mengenakan bokser di tubuhnya Tony masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri barulah setelah itu Tony akan menyusul Alicia beristirahat.
Dengan tubuh dan pikirannya yang terasa segar perlahan Tony menyusup masuk ke dalam selimut lalu menggeser tubuhnya demi memangkas jarak di antara mereka. Tony memeluk tubuh Alicia yang saat ini memunggunginya. Menghidu aroma lembut dan manis yang telah menjadi candu baginya. Perlahan Tony memejamkan mata dengan perasaan tenang, menyusul Alicia ke alam mimpinya.
Setengah enam pagi Tony sudah terbangun. Jadwal dirinya hari ini sangat padat. Ia akan kembali mengantar jemput Nevan ke kantor seperti biasa. Dan on-time menjadi harga mati bagi Tony jika berurusan dengan Nevan. Melihat Alicia yang yang masih terlelap membuat Tony tak tega membangunkan wanita itu. Tony mematut diri di depan cermin demi memastikan penampilannya dengan sempurna. Setelah itu Tony mendekati ranjang, memperbaiki posisi selimut di tubuh Alicia lalu bergegas ke luar dari kamar.
Tak langsung berangkat, Tony menyempatkan diri untuk menyeduh kopi untuknya dan segelas s**u untuk Alicia. Masih ada waktu sekitar 10 menit bagi Tony untuk menikmati cairan hitam pekat itu untuk membuka harinya. Hal seperti ini sudah terbiasa Tony lakukan semenjak tinggal bersama Alicia. Wanitanya itu terbiasa bangun siang, apalagi waktu pekerjaan Alicia sebagai model tak pernah menentu. Dan Tony sudah hapal dengan jadwal Alicia setiap harinya. Wanita itu akan ke luar dari apartemen sekitar jam 8 atau 9 pagi tergantung jadwal pemotretan kecuali pekerjaan yang mengharuskan Alicia pergi ke luar kota.
Setelah meneguk separuh kopi dari cangkirnya Tony bergegas melangkah menuju pintu ke luar. Dengan cepat Tony memakai sepatu dan membawa tas kerjanya.
***
Tubuh Alicia menggeliat. Otomatis tangannya terangkat demi melindungi netranya yang diterpa cahaya mentari yang mengintip dari celah gorden yang bergerak pelan. Gerakan itu konsisten sesuai dengan gerakan mesin pendingin di kamar tersebut.
"Tony," lirih Alicia seraya kedua tangannya meraba di kedua sisinya. "Jam berapa sih!" kesal Alicia dengan matanya yang terasa masih berat.
Masih dengan mata terpejam Alicia menggeser tubuhnya sedikit untuk menjangkau tempat ponselnya berada. Alicia membuka mata saat hendak membuka kunci layar di ponselnya. Silau cahaya dari layar pipih di tangannya tersebut membuat mata Alicia terasa pedih. Lalu Alicia mengucek kedua matanya untuk mengusir rasa kantuk yang masih saja setia padanya.
"Ya Tuhan!" pekik Alicia saat melihat angka digital yang tertera pada ponsel tersebut.
"Lexy bisa ngomel 2x24 jam nih klo gue sampe telat datang ke acara fashion week," ucap Alicia lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dengan kasar. Namun sebelum kakinya benar-benar turun dari ranjang tiba-tiba ia mengingat sesuatu.
Kepala Alicia menunduk. Kedua hidungnya tampak kembang kempis demi menghirup aroma maskulin pria yang biasa menemani dirinya pada bantal dan guling yang berada di sekitarnya. Memastikan pria itu pulang atau tidak semalam. Seulas senyuman terlukis di bibirnya kala indera penciumannya telah mendapatkan jawaban keingintahuan dirinya. Alicia sangat yakin semalam Tony lah yang membawanya ke kamar. Lalu Lexy?
Gegas, Alicia ke luar dari kamar untuk mencari keberadaan asisten pribadinya tersebut. Alicia memindai ke seluruh sudut apartemen dan tidak menemukan Lexy di sana. Lalu langkah Alicia mengantarkannya ke ruang makan yang bersebelahan dengan dapur minimalis apartemen. Seketika senyuman mengembang di bibir wanita itu kala matanya menangkap dua objek yang setiap pagi menjadi pembuka hari dirinya dan Tony.
Langkah Alicia berhenti di meja makan. Lantas ia menarik salah satu kursi dan mendaratkan tubuhnya di sana. Meraih segelas s**u di hadapannya. Meneguk secara perlahan cairan putih berasa manis tersebut yang masih menyisakan hangat kuku. Yang artinya Tony belum lama pergi dari apartemen.
Tiba-tiba suara ponsel berdering nyaring memecahkan kesunyian apartemen yang saat ini hanya dihuni oleh Alicia seorang. Alicia bangkit dari tempat duduknya lalu menuju sumber suara tersebut.
"Mampus gue," pekik Alicia saat melihat nama Lexy di sana saat bertepatan dengan suara bel apartemen berbunyi.
Alicia berlari kecil menuju arah pintu dan setelahnya memamerkan gigi-gigi rapi dan putih bersihnya demi menyambut tamu yang datang.
"Ya Tuhan Lizi, lo kok belum bersiap-siap sih! Satu jam lagi acara dimulai dan lo masih belekan kayak gini," gerutu Lexy seraya melewati tempat Alicia berdiri.
"Cerewet lo, bentar gue mandi dulu," balas Alicia lalu melangkah dengan cepat menuju kamar sedangkan Lexy hanya bisa menggelengkan kepala sembari duduk di sofa.
"Untung aja Babang Tamvan nggak ngamuk semalam gara-gara apartemennya kotor kayak gini," gerutu Lexy sembari membersihkan ruangan yang semalam ia kotori bersama Alicia dengan berbagai makanan.
Sesampainya di kantor tadi Tony langsung duduk di meja kerjanya setelah memastikan bosnya Nevan telah duduk dengan nyaman di kursi kebesaran miliknya. Lantas ia menyapa semua rekan yang berada satu rungan dengannya barulah Tony menekan tombol On yang terdapat di sudut layar komputer miliknya. Sembari menunggu proses komputer menyala Tony mendapatkan telepon dari salah satu rekannya di dunia militer. Delon memberikan kabar jika ia sudah mengirimkan beberapa berkas bukti penyelidikannya tentang kecelakaan yang terjadi pada keluarga Hannah melalui surel. Tak ingin membuang waktu Tony segera membuka surel tersebut dan mencetaknya.
Sebelum masuk ke dalam ruangan sang bos, Tony melirik Hannah yang tengah serius dengan pekerjaannya. Tony tak menyangka wanita yang dicintai bosnya tersebut memiliki kisah hidup yang sangat tragis. Kedua orang tua Hannah meninggal karena kecelakaan yang disengaja. Kecelakaan itu hasil dari rekayasa yang Tony yakini dilakukan oleh anggota keluarga Hannah sendiri. Tony beralih menatap lembaran kertas di tangannya lalu bergegas melangkah menuju ruangan orang nomor satu di Setia Company. Perusahaan tempat Tony bekerja selama ini.
Di lain tempat Alicia bersama Lexy berjalan dengan tergesa-gesa menuju gedung tempat fashion week digelar. Alicia berhenti sejenak demi mengatur deru napasnya yang memburu. Setelah beberapa kali menarik napas panjang Alicia mengulas senyuman seraya melangkah menuju pintu masuk acara. Sambutan para wartawan membuat Alicia harus tetap bersikap tenang dan anggun dengan penampilannya yang sempurna. Alicia menyambut sapaan para wartawan dengan senyuman dan lambaian tangan. Sudah puluhan atau bahkan ratusan kamera mengambil gambarnya. Alicia sempat menyapa beberapa rekan seprofesinya yang baru saja datang lalu segera memasuki tempat acara. Gegas Alicia menuju belakang panggung di mana para model sedang berganti pakaian.
Sebagai seorang model Alicia dituntut harus selalu tampil profesional. Apapun yang terjadi di belakang panggung, tak boleh sedikit pun mengganggu penampilannya di atas panggung. Hanya tersisa waktu 10 menit untuk Alicia berganti pakaian. Seperti biasa Lexy membantu merapikan penampilan Alicia dengan menggerutu tiada henti. Sudah berapa kali Lexy mendapatkan teguran dari atasan atau panitia acara karena keterlambatan Alicia datang.
"Liz, gue harap ini terakhir lo bikin masalah. Klo lo sering gini karir lo bisa hancur. Mana ada ambasador yang mau bekerja sama dengan model tak disiplin macam lo." Gerutuan terakhir Lexy yang sempat didengarkan oleh Alicia.
"Ok siap!" balas Alicia tak acuh lalu bergegas bergabung dengan para model lain yang sudah siap tampil di runway (catwalk).
Mulailah para modeling memasuki panggung satu persatu memperagakan busana dari salah satu desainer ternama Indonesia.
Setelah hampir dua jam berlalu akhirnya Alicia bisa bernapas dengan lega dalam balutan gaun miliknya sendiri yang tentu saja lebih nyaman dari seluruh pakaian yang tadi diperagakannya. Pagelaran yang rutin dilaksanakan seminggu sekali itu berjalan dengan lancar. Lalu Alicia berniat langsung pergi setelah acara benar-benar selesai. Tapi sebelum itu Alicia dan para modeling lainnya harus mengikuti evaluasi dari manager sang desainer setelah acara berhasil digelar.
"Kita mau ke mana Liz?" tanya Lexy yang saat ini mengekor di belakang Alicia.
"Gue lagi bad mood, ingin langsung cabut aja dari sini," balas Alicia yang saat ini tengah mengemasi barang-barangnya.
Lexy sebenarnya tahu apa alasan Alicia begitu terburu-buru ingin segera pergi dari tempat acara fashion week tersebut. Tentu saja karena nama model senior internasional Elnara Yildis Setiadi juga turut hadir di sana sebagai tamu kehormatan. Siapa yang tidak mengenal model internasional bernetra hazel dengan kecantikan paripurna di usia setengah abad_nya. Kecantikan wanita itu seolah tak pernah memudar sedikitpun oleh usianya saat ini. Namun tiba-tiba langkah Alicia dan Lexy terhenti saat sebuah suara lembut menyapa mereka.
"Apa kabar Alicia? lama kita tidak bertemu," sapa wanita cantik bernama Elnara tersebut.
"Saya baik Tante, Tante sendiri gimana kabarnya?" balas Alicia berusaha bersikap tenang dan santun kepada teman mamanya sekaligus mantan calon ibu mertuanya tersebut.
"Alhamdulillah Tante baik. Sudah lama kamu nggak maen ke butik Tante. Banyak koleksi terbaru Tante yang cocok untuk kamu," balas Elnara seraya menatap lembut pada Alicia. Wanita itu menatap Alicia dengan perasaan bersalah karena perlakuan buruk yang pernah dilakukan oleh putranya pada gadis di hadapannya tersebut.
"Iya Tan, saya pasti akan datang ke butik untuk meminta diskon besar dari Tante," balas Alicia dengan tergelak. "Ya udah Tante, saya permisi dulu. Masih ada acara lain," sambung Alicia memutus percakapan mereka lalu bergegas pergi. Lexy yang berada di belakang Alicia pun turut menyapa Elnara dengan sopan kemudian mengikuti langkah Alicia.
"Maafkan putra Tante Nak," gumam Elnara dalam hati seraya menatap kepergian Alicia.