Suara ponsel berdering nyaring bertepatan saat Tony memasuki kamar. Sekilas Tony melirik di mana ponsel itu berada. Memastikan bukan ponsel miliknya yang berbunyi. Tapi Tony salah, bukan ponsel Alicia yang berdering melainkan ponsel miliknya. Gegas Tony melangkah ke arah meja tempat ponsel itu berada. Melihat nama yang tertera di sana Tony segera menggeser tanda hijau untuk menerima telepon tersebut.
"Iya Bos ada apa?" tanya Tony dengan cepat. Pasalnya jika bosnya yang menelepon sudah barang pasti ia harus pergi saat ini juga.
"Apa kamu lupa jadwal saya hari ini?" balas sang bos dengan berdecak kesal.
"Ma maaf Bos, lima belas menit lagi saya sampai di sana," balas Tony dengan cepat.
"Saya tunggu di kantor," perintah sang Bos sebelum sambungan telepon terputus.
"s**t!" umpat Tony lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Bisa-bisanya ia melupakan jadwal sang bos sore ini.
Hanya membutuhkan waktu lima menit saja Tony menyelesaikan mandinya. Tony melemparkan handuk yang dikenakannya ke atas ranjang lalu berjalan menuju ke arah walk in closed. Dengan cepat Tony mengenakan pakaiannya. Menyisir rambut beserta menyemprotkan parfum ke tubuhnya dengan cekatan. Tak lupa Tony mengambil salah satu senjata andalannya yang ia simpan di balik meja rias. Colt 1911 adalah pilihan Tony saat ini. Senjata api genggam legendaris ciptaan John Moses Browning itu memiliki susunan amunisi double-stacked (zig-zag), kotak magasennya dapat menampung hingga 14 butir peluru kaliber. 45 ACP. Senjata api berukuran kecil itu adalah senjata favorit para aparat intelejen seperti Tony. Setelah memastikan amunisi penuh Tony segera menyelipkan di dalam jaket kulit yang dikenakannya. Barang wajib yang harus ia bawa setiap kali bersama sang bos.
Setelah memastikan semuanya beres Tony mengambil kunci mobil New Pajero Sport Dakar 4x2 AT yang ia peroleh satu bulan lalu dari sang bos. Sebenarnya Tony mendapatkan hadiah itu karena keberuntungan. Tony tak mampu menyanggupi tantangan sang bos untuk menggagalkan pertunangannya dengan Alicia, wanita yang kini tinggal bersamanya tanpa sepengetahuan pria itu. Tapi Nevan, bos Tony tetap memberikan hadiah itu meskipun kegagalan pertunangan itu hasil kenekatan Nevan sendiri.
Keberuntungan yang berkali-kali lipat didapatkan Tony, mobil dan wanita cantik sekaligus. Tapi di lain sisi Tony juga merasa bersalah kepada Nevan karena menyembunyikan hubungannya dengan Alicia. Nanti, pada waktu yang tepat Tony akan mengakui semuanya. Untuk saat ini Tony lebih memilih merahasiakan semuanya sebelum hubungannya dengan Alicia menjadi jelas.
Tony ke luar dari kamar dengan tergesa-gesa. Alicia yang saat ini sedang menikmati acara televisi hanya melirik sekilas ke arah pria itu.
"Aku pergi dulu. Makan malam tak perlu menungguku pulang," ucap Tony lalu mendekati Alicia. Memberikan kecupan di kening wanita itu.
"Ok," balas Alicia singkat.
Alicia bermalas-malasan di sofa seraya memainkan ponselnya. Berselancar ke akun dunia maya miliknya untuk mengecek ratusan notifikasi masuk yang sejak pagi telah diabaikannya. Hingga petang menjelang Alicia masih asyik dengan kegiatannya bersama layar pipih kecil di tangannya. Membiarkan televisi menyala sebagai teman sepinya. Seperti inilah Alicia jika sedang tidak ada pekerjaan. Tony yang sering pergi tanpa mengenal waktu seringkali membuatnya kesal. Karena merasa jenuh, Alicia akhirnya memutuskan menelepon Lexy asisten pribadinya untuk menemani sekaligus membelikannya makanan.
Sembari menunggu Lexy datang Alicia memutuskan mandi dan berganti pakaian. Tepat pukul setengah tujuh suara bel apartemen berbunyi. Masih dengan handuk melilit di kepalanya Alicia ke luar dari kamar menuju pintu depan. Klik... Suara tanda kunci pintu apartemen terbuka.
"Hai cantik," sapa Lexy dengan senyuman lebar. Pria gemulai itu datang dengan sekantong kresek di kedua tangannya yang berisi makanan pesanan Alicia tadi.
"Masuk!" balas Alicia datar lalu berbalik badan, berjalan menuju ruang tengah.
"Kenapa lo bete'?" ujar Lexy seraya mengikuti langkah Alicia.
Lexy meletakkan barang bawaannya ke atas meja lalu mendaratkan tubuhnya di sofa empuk sebelah Alicia. Tak mendapatkan tanggapan dari Alicia pria itu mengedikkan bahu. Lalu, memindai ke seluruh sudut apartemen mencari keberadaan seseorang selain mereka berdua.
"Mana Babang tamvan?" tanya Lexy menanyakan keberadaan Tony.
"Entah," balas Alicia tak acuh.
"Ih lo nih punya laki tamvan kok dianggurin," balas Lexy lagi. "Klo bosen buat gue ajalah," sambung Lexy yang hanya disambut senyuman tipis oleh Alicia.
"Gue laper." Alicia meraih kantong kresek berisi makanan yang tadi dibawa Lexy.
Lexy memperhatikan Alicia yang mulai membuka kotak pizza. Lalu dengan netra berbinar Alicia mengambil satu potong pizza dan melahapnya.
"Lizi sayang, apa lo ada masalah serius?" tanya Lexy dengan penasaran. Lizi adalah panggilan khusus yang diberikan Lexy untuk Alicia.
Lexy, pria berusia 25 tahun dengan tinggi badan mencapai 174 cm, kulit kuning langsat, tubuh atletis, dan selalu wangi membuat pria itu pantas berjuluk pria metroseksual. Pria itu penganut pada gaya hidup hedonis kota metropolitan. Karena perbedaan usia Lexy dan Alicia yang terpaut sedikit membuat mereka akrab layaknya kakak beradik. Lexy menjadi asisten pribadi Alicia sejak 6 bulan yang lalu. Sebelum diangkat menjadi asisten pribadi Alicia Lexy dulunya adalah seorang hair stylish langganan Alicia. Karena merasa cocok, maka Alicia mengangkat Lexy menjadi asisten pribadinya untuk menggantikan Manda, asisten pribadi lamanya yang mengundurkan diri lantaran kehamilannya yang rewel.
Jika orang lain yang belum mengenal Lexy dengan baik pasti menilai Lexy adalah pria tulen. Di balik penampilannya yang macho dan fashionable Lexy memiliki pribadi yang lembut layaknya perempuan. Dan satu lagi, Lexy memiliki kelainan seksual. Pria itu lebih tertarik dengan sesama jenis daripada wanita. Jadi tak heran jika Alicia terkadang menganggap Lexy layaknya kakak sendiri. Bahkan setiap kali pemotretan Lexy lah yang selalu membantu Alicia memilih pakaian yang cocok. Tak jarang pula Lexy membantu Alicia mengenakan pakaiannya.
"Stop Lizi, lo nggak boleh makan sembarangan. Entar klo badan lo gendut siapa yang repot? Lo sendiri kan?" protes Lexy seraya merampas potongan ketiga pizza dari tangan Alicia. "Ingat job lo udah pada antri hingga akhir tahun. Lo kudu jaga berat badan," peringat Lexy dengan serius.
Alicia mendengus kesal lalu membalas peringatan Lexy, "Terserah lo lah!"
Inilah salah satu yang terkadang membuat Alicia muak dengan profesinya. Alicia harus menjalani diet ketat demi mendapatkan berat badan yang ideal sesuai standar seorang model. Terkadang karena saking inginnya menikmati makanan tertentu Alicia sampai sembunyi-sembunyi membelinya tanpa sepengetahuan dari Lexy. Hanya ketika bersama Tony lah dirinya bisa merasakan kebebasan untuk memakan apa pun yang Alicia inginkan. Meskipun pada akhirnya ketahuan oleh Lexy saat menimbang berat badan sebelum tampil di atas catwalk.
Lexy membuka minuman kaleng lalu meneguknya hingga tandas. Setelah itu Lexy memilih menyandarkan punggung pada sofa seraya memegang remote kontrol TV. Mulailah Lexy menekan-nekan tombol remote untuk mencari channel yang menarik dan dengan berat hati akhirnya membiarkan Alicia menikmati makanan yang tadi dibawanya.
Di lain tempat Tony bersama Nevan tengah berada di pusat kebugaran demi mempertahankan tubuh ideal mereka. Jadwal rutin yang selalu mereka lakukan setiap minggunya. Tepatnya tiga kali dalam seminggu Tony harus menemani bosnya tersebut latihan fitness ataupun muay thai. Sore itu Nevan memilih berlatih muay thai dan tentu saja Tony yang akan menjadi lawan mainnya.
"Belum ada kabar tentang keluarga Hannah?" tanya Nevan saat mereka menyelesaikan latihan mereka.
Kini dua pria itu tengah tidur terlentang di atas ring dengan napas memburu. Pasalnya baru beberapa menit lalu mereka beradu tenaga di sana. Tony menoleh ke arah bos yang juga menjadi sahabat baiknya sejak mereka duduk di bangku SMA tersebut. Tony bisa merasakan kegelisahan yang saat ini mengganggu pikiran dan perasaan Nevan. Tony akui kisah cinta Nevan dan sekretarisnya lumayan rumit. (BACA: NIGHT WITH CEO).
Menyadari arti tatapan Tony pria bertato yang berprofesi sebagai asisten pribadi sekaligus bodyguard_nya tersebut, Nevan berujar lagi, "Gue harap cepat mendapatkan hasil." Kalimat non-formal yang diucapkan Nevan menandakan jika pria itu sedang ingin merubah status mereka dari bos ke anak buah menjadi sahabat. Mode yang biasa Nevan lakukan di luar jam kantor.
"Belum Bos, Delon belum memberi kabar. Saat ini Delon masih mengumpulkan informasi dan bukti dengan menyamar sebagai salah satu pekerja di rumah keluarga Hannah. Gue harap Bos bersabar. Tapi gue yakin tak lama lagi kita bisa segera pergi ke Surabaya," terang Tony mencoba menghibur Nevan yang tengah galau akan hubungannya bersama Hannah yang tidak mendapatkan restu dari ibunya.
"Gue tunggu segera kabar baik itu Ton," balas Nevan sembari bangkit dari posisinya semula.
Tony turut bangkit lalu menyerahkan handuk kecil ke arah Nevan. Tanpa berkata lagi Nevan menerima handuk itu dan segera mengelap keringat di wajahnya. Tony berdiri lalu mengulum tangan kepada Nevan sembari berkata-kata, "Tenanglah Bos, tidak akan lama lagi Bos akan mendapatkan apa yang Bos inginkan."
Mereka langsung menuju ruang ganti untuk berganti pakaian. Setelah itu Nevan mengajak Tony untuk menemaninya ke night club langganan pria itu. Seperti biasa Tony hanya menemani. Tidak ada jatah minuman beralkohol untuknya. Aturan yang selalu Tony patuhi setiap kali mereka pergi ke night club. Lucu memang. Tapi itulah Nevan, pria itu selalu melarang Tony mabuk jika dirinya sedang ingin minum. Dan Tony sangat paham, Nevan sangat menghindari para pekerja seks komersial yang biasa memanfaatkan para pria mabuk untuk mengeruk keuntungan. Apalagi semua tahu siapa Nevan sebenarnya.
Tengah malam barulah Tony mengantarkan sang bos ke apartemennya. Lalu ia sendiri pulang. Namun Tony dibuat terkejut saat melihat sepasang sepatu pria bukan miliknya berjajar rapi di rak sepatu. Perlahan Tony masuk dan mendapati Alicia yang tertidur di pangkuan Lexy yang saat ini asyik menonton acara televisi.
"Apa-apaan ini?" geram Tony dengan wajah memerah. Selama ini Tony memang tidak menyukai kehadiran Lexy di antara hubungan dirinya dan Alicia meskipun Tony tahu Lexy tidak akan mungkin jatuh cinta pada Alicia. Tapi biar bagaimana pun Lexy tetaplah pria dan siapa yang akan mengira jika suatu saat nanti pria gemulai itu berubah dan tobat. Dan itu artinya keakraban Alicia dan Lexy tentu akan berbahaya juga dalam hubungan dirinya dan Alicia.
"Eh Pak Tony, maaf saya tadi datang atas permintaan Lizi," terang Lexy dengan sedikit takut.
"Pergilah!" Usir Tony lalu mengangkat tubuh Alicia dari pangkuan Lexy dan membawanya ke kamar.
Lexy hanya mendengus sebal namun menuruti perintah Tony untuk segera pergi dari apartemen sebelum mendapatkan amukan Tony.