7. Luka Masa Malu

1349 Kata
Lexy mendahului Alicia yang hendak menekan tombol lift. Lalu tak lama bunyi tanda lift terbuka terdengar. Secara bersamaan Lexy masuk bersama Alicia. Dan untung saja ruang sempit dengan bentuk kotak persegi itu hanya mereka berdua yang menghuni. "Liz gue kesel deh lihat muka lo dari kemarin bete' mulu, jadi bikin gue pengen shopping aja," gerutu Lexy yang masih saja mendapatkan perlakuan tak acuh dari bosnya. "Ya udah kita shopping aja," balas Alicia dengan santai. Pandangan Alicia tetap fokus pada angka yang terus bergulir menandakan di mana mereka saat ini berada. Ting... Lift berhenti. Tapi bukan berarti Alicia sampai di tempat tujuannya melainkan akan ada penumpang lain yang akan turut dalam lift tersebut. Pintu lift terbuka yang seketika berhasil membekukan tubuh Alicia di tempatnya. Namun Alicia dengan cepat mampu menguasai diri setelah menghela napas panjang demi menetralisir degup jantungnya yang bekerja ekstra. Lalu sedikit menggeser tubuhnya, Alicia memberikan tempat untuk sepasang kekasih beda generasi yang hendak masuk tersebut. Sedangkan Lexy yang saat ini berada di sisi Alicia segera berpindah tempat demi memberi jarak di antara Alicia dengan pria tersebut. Sunyi. Satu kata yang cocok untuk menggambarkan situasi di dalam lift saat ini. Dari keempat orang tersebut tak ada satupun yang berniat membuka kata. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tanpa sengaja Alicia melihat pria itu dari pantulan pintu lift. Alicia muak dengan pertemuan yang selalu ingin ia hindari seperti ini. Pertemuan yang selalu menambah luka di hatinya semakin dalam. Pria itu pun kini membalas tatapan Alicia datar. Hanya dalam hitungan beberapa menit saja mereka sampai di lantai dasar. Dan tentu saja Alicia tak ingin berlama-lama bersama seseorang yang dibencinya tersebut. Alicia segera mengambil langkah cepat saat pintu lift terbuka dengan sempurna. Tanpa sapaan ataupun saling menatap kedua orang yang memiliki hubungan darah itu seolah tak mengenal satu sama lain. Hal lumrah yang mereka lakukan setiap kali bertemu di tempat umum. Mengetahui mood bosnya yang semakin hancur membuat Lexy memilih mengunci bibirnya rapat. Mengikuti langkah Alicia menuju area parkir kendaraan. Padahal biasanya Alicia akan memilih menunggu Lexy di lobby daripada capek-capek berjalan jauh ke area parkiran gedung. Di dalam mobil barulah Lexy memberanikan diri berbicara. "Gue tahu gimana perasaan lo saat ini Lizi, lo nggak sendiri ada gue yang akan selalu berada di sisi lo," ucap Lexy dengan serius. "Lo tenang aja. Sejak dulu gue udah terbiasa seperti ini," balas Alicia seraya memegang punggung tangan Lexy yang saat ini berada di atas kemudi. Menatap Lexy dengan penuh rasa terima kasih karena pria itulah yang selama ini selalu ada di saat dirinya berada di titik terendah. Memberikan bahunya untuk Alicia bersandar setiap kali ia terpuruk. Tony memang pernah menyelamatkan hidupnya saat dirinya mencoba bunuh diri. Tapi Tony pula yang merenggut kesuciannya. Dan sekarang mereka justru terjebak dalam hubungan absurd yang membuatnya merasa nyaman dan dihargai. Tapi sedekat apapun hubungan mereka Alicia tak mampu untuk menceritakan kehidupan pribadinya pada Tony. Bagi Alicia mengumbar masa lalunya sama halnya mempermalukan diri sendiri. Alicia benar-benar merasa malu jika sampai Tony mengetahui tentang kondisi keluarganya. Sedangkan bersama Lexy dirinya bisa bebas mengungkapkan seluruh isi hatinya. Melepaskan sejenak beban berat yang akan terus menghantui Alicia seumur hidupnya. Alicia dan Lexy merasa senasib. Sama-sama merasa terbuang dari keluarganya. Jika Alicia terbuang karena hadir dari kedua orang tua yang tidak pernah saling mencintai sedangkan Lexy memilih pergi dari keluarganya karena kelainan seksual yang dideritanya semenjak duduk di bangku SMP. Lexy menjadi pria tak normal karena pernah menjadi korban bullying dan pelecehan seksual dari kakak tingkatnya di sekolah dulu. Menurut Alicia sebenarnya Lexy masih bisa disembuhkan. Pria itu membutuhkan pendampingan khusus dari seorang psikiater atau psikolog. Secara emosional Lexy masih kecendrungan ke arah pria daripada wanita. Tak sekali pula Alicia menawarkan pada Lexy untuk berobat tapi pria itu menolak dengan lantang. Jadi Alicia tak mampu berbuat apa-apa selain memberikan motivasi dan dukungan. Mungkin suatu hari nanti Lexy akan bertemu dengan seseorang yang mampu menyembuhkan luka pria itu. "Ok, kita have fun yuk?" tawar Lexy dengan bersemangat. "Let's go!" balas Alicia yang langsung membuat Lexy tersenyum lebar. Lexy segera menyalakan mesin mobil dan meninggalkan area gedung. *** Pukul tujuh malam barulah Tony sampai di apartemennya. Mendapati apartemen dalam keadaan gelap gulita membuat Tony yakin jika Alicia belum pulang. Tony menekan tombol saklar untuk menghidupkan lampu. Lalu berdecak kesal saat mendapati dua gelas kotor di atas meja makan. Gelas yang tadi pagi berisi kopi dan s**u buatannya. Merasa enggan beberes, Tony memilih meletakkan tas kerjanya di sofa ruang tengah lalu memasuki kamar. "Alicia," gumam Tony sembari menggelengkan kepala saat mendapati kamarnya dalam kondisi berantakan. Segala macam barang Alicia berceceran di mana-mana. Dua paper bag kosong berada di atas ranjang bersama dengan pakaian rumahan Alicia yang tergeletak di sana. Bathrob basah teronggok di tepian ranjang. Lalu belum lagi peralatan make up Alicia yang berpindah tempat dari biasanya. Dengan menahan rasa kesal Tony mulai membereskan kekacauan itu. Mana mungkin ia bisa beristirahat dengan tenang dalam kondisi kamar seperti ini. Setelah dirasa cukup bersih Tony melangkah menuju kamar mandi. Berendam air hangat sebentar sepertinya menjadi pilihan yang tepat saat ini untuk menjernihkan pikiran dan rasa letih pada tubuhnya. Cukup hanya 30 menit Tony sudah bersiap dengan pakaian tidurnya yaitu bokser. Lantas Tony menjatuhkan tubuhnya pada ranjang yang sedari tadi seolah sudah memangil-manggil dirinya. Karena tak ada wanita yang akan menjadi teman tidurnya Tony memilih tidur dengan posisi tengkurap. Lalu tak lama dengkuran halus terdengar sebagai pertanda jika si pemilik kamar sudah terbuai dalam mimpinya. Satu jam berlalu.... Di depan pintu luar Alicia tengah kesulitan memasukkan kode kunci apartemen. Gerakan wanita itu terhalang oleh barang-barang belanjaan yang tadi dibelinya bersama Lexy. Setelah sekian menit berusaha akhirnya Alicia berhasil masuk. Alicia melangkah menuju ruang tengah dengan kedua tangan dipenuhi paper bag. Meletakkan semua paper bag itu begitu saja di atas sofa lalu melangkah menuju tempat favoritnya bersama Tony. "Tumben sudah pulang," gumam Alicia saat melihat Tony yang sudah terlelap di ranjang. Tak biasanya pria itu tidur di jam sore seperti ini. Dan suasana kamar yang remang-remang seperti ini menandakan jika pria itu benar-benar ingin beristirahat dengan tenang. Tak ingin mengganggu istirahat Tony, Alicia segera melepaskan seluruh pakaiannya dan menuju kamar mandi. Sembari menunggu air bathtub penuh Alicia mulai menuangkan sabun beraroma rose ke dalamnya. Alicia masuk ke dalam bathtub dengan sedikit tergesa-gesa. Rasanya ia sudah tak sabar untuk menenggelamkan diri di dalam air hangat itu. Seketika rasa hangat menyapa kulit putih dan mulus miliknya. Setelah seharian beraktifitas tentu saja membuat Alicia letih. Terlebih ia tidak hanya sedang letih secara fisik saja melainkan letih secara emosional juga. Bertemu dengan dua orang yang sangat ia hindari secara sekaligus membuat jiwa Alicia sedikit terguncang. Rasa sakit yang ditorehkan dari kedua orang itu membuat Alicia lemah dan tak berdaya pada keadaan. Setelah puas berendam Alicia segera beranjak dan memakai jubah mandinya. Melihat Tony yang masih berada di posisi semula tadi membuat Alicia lega. Artinya malam ini mereka tak perlu bergumul seperti biasanya. Aktivitas menyenangkan sekaligus mendebarkan yang menyatukan mereka hingga saat ini. Tak ingin berpikir macam-macam Alicia segera menaiki ranjang setelah memakai gaun tidurnya. Dengan sangat hati-hati Alicia membuka selimut yang masih terlipat rapi di ujung ranjang. Lalu menutup tubuh mereka berdua dengan selimut tersebut. "I miss you," desis Tony dengan mata terpejam seraya mengubah posisi tidurnya menjadi miring. Seketika tubuh Alicia membeku di tempat. Padahal tadi ia sudah berhati-hati untuk tidak mengusik istirahat Tony. Tapi Alicia gagal. Pria itu selalu terjaga meskipun hanya dengan pergerakan kecilnya. Alicia sendiri heran dengan kemampuan Tony yang bisa membaca situasi hanya dengan melihat ataupun mendengar. Bahkan selama bersama pria itu Alicia nyaris tidak mampu berbohong. Meskipun terkadang Alicia menganggap Tony bisa dikelabuinya. Tapi kenyataannya Alicia selalu gagal. Kalaupun Tony bersikap seolah percaya itu hanya tipu muslihat pria itu untuk mengorek informasi darinya. "Tidurlah!" titah Tony seraya membawa tubuh Alicia ke dalam pelukannya. "Tanpa melihat pun aku selalu bisa menemukanmu Alicia," ucap Tony lagi dengan tersenyum dalam tidurnya. Alicia mengangkat wajahnya demi menatap wajah Tony yang tetap memejamkan mata. Segaris senyuman terlukis di bibir Alicia lalu semakin menenggelamkan tubuhnya dengan nyaman dalam dekapan Tony. Alicia menarik napas dalam-dalam demi menghidu aroma maskulin yang selalu menguar dari tubuh Tony. Aroma yang membuat dirinya candu dan merindu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN