8. New Job

1552 Kata
Tony beranjak dari ranjang saat tak mendapati Alicia di sisinya. Masih dengan perasaan malas kaki Tony melangkah ke luar dari kamar untuk mencari keberadaan wanitanya. "Baby?" panggil Tony karena hanya menemukan dua gelas berisi kopi dan s**u panas di atas meja makan. "Emm..," jawab Alicia hanya berupa gumaman. "Tumben pagi-pagi udah bangun hemmm," ucap Tony sembari mendekati Alicia yang ternyata sedang berjongkok di sebelah pantry tengah memasukkan pakaian kotor milik mereka berdua ke dalam tas besar. "Bentar lagi petugas jasa loundry datang. Lihatlah pakaian kotor kita sudah menggunung seperti ini. Lagian hari ini kita juga berangkat pagi kan?" jawab Alicia dengan terus melanjutkan kegiatannya. "Tapi bukan sepagi ini Baby, lihat ini masih jam lima pagi," balas Tony sedikit heran dengan sikap Alicia. Tak biasanya wanita itu rajin seperti saat ini. "Katakan, apa terjadi sesuatu padamu?" Tony meraih pergelangan tangan Alicia agar menghentikan kegiatannya. Alicia mengulas senyuman lalu berkata, "Nothing, i'm fine." Tony menarik pinggang ramping Alicia hingga menabrak d**a telanjangnya. "Kamu tahu jika kamu tidak pernah berhasil berbohong padaku," desak Tony seraya memaku kedua bola mata cantik di hadapannya. "Hanya urusan pekerjaan. Kamu nggak perlu khawatir berlebihan seperti itu," balas Alicia dengan tergelak. "Apa kamu tidak merindukan aku Tony sayang?" sambung Alicia seraya mengangkat kedua tangan dan berhenti di belakang kepala Tony. Alicia menyelipkan jari jemarinya pada helai rambut hitam bergelombang milik Tony yang tampak berantakan. Pria itu menyeringai, "Bahkan saat bersamamu. Aku selalu merindukan semua yang ada pada dirimu," aku Tony dengan terus memaku sepasang bola mata cantik yang kini tampak berkilat senang. "Masih ada sedikit waktu bagiku memanjakan dirimu," bisik Tony lalu mengecup bibir Alicia. Tak rela hanya sebuah kecupan Tony kembali mengulum bibir itu dengan lembut dan penuh tuntut. Tangan Tony berpindah ke belakang kepada Alicia demi memperdalam ciuman mereka. Decap demi decap mengalun. Memenuhi ruangan dengan d******i warna silver dan putih tersebut. Tangan Tony menurun dan berhenti di tubuh bagian belakang milik Alicia, meremasnya dengan kuat bersamaan dengan hasratnya yang mulai terbangun. Lalu tangan satunya turut ke bawah, meremas dan meraih paha Alicia. Mengangkatnya lalu melingkarkan pada pinggangnnya. Kaki Tony mulai melangkah menuju kamar tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Sejenak Tony mengurai bibir mereka demi menghirup oksigen untuk paru-parunya yang telah menipis seraya membuka pintu kamar. Lalu tanpa peringatan Tony menjatuhkan tubuh Alicia di atas ranjang. Tak ingin membuang waktu lagi Tony menanggalkan satu-satunya kain penutup tubuhnya. Lalu bagai singa kelaparan yang tengah membidik mangsanya Tony melepaskan pakaian tipis yang dikenakan Alicia. Tentu Tony tahu, di dalam gaun tipis berbahan satin berwarna merah itu tubuh Alicia tampil polos. Jadi hanya cukup sekali tarikan gaun itu, Tony langsung disuguhkan dengan pemandangan indah. Tony merangkak di atas tubuh Alicia lalu dengan suara parau pria itu berbisik, "Maaf waktu kita tak terlalu banyak." Setelah mengatakan kalimat itu Tony langsung menghajar tubuh Alicia dengan permainan nakalnya. Lenguh demi lenguh menggema menemani deru napas mereka yang semakin lama semakin memburu. Tony mengalah saat tubuh Alicia bergerak. Berniat mengambil alih permainan. "Baiklah lakukan sesukamu Baby," ucap Tony dengan geram tertahan saat Alicia berganti mempermainkan dirinya. Tony bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibir Alicia yang saat ini memanjakan dirinya. Mata Tony memejam merasakan kenikmatan yang tak pernah bosan mereka ulang. Tangan Tony meraih wajah Alicia lalu menuntunnya naik. Hanya dalam hitungan detik posisi mereka bertukar. Kini Tony kembali menguasai permainan, "Sorry Baby kita harus menyelesaikannya dengan cepat." Lantas tak butuh waktu lama bagi mereka meraih puncak bersama. "Nanti malam kita sambung lagi," ucap Tony lalu segera beranjak dari atas tubuh Alicia sembari menenangkan kinerja jantungnya. Masih dengan menatap Alicia, Tony sedikit berjalan memutari ranjang demi bisa membawa tubuh Alicia ala bridal style menuju kamar mandi. Tanpa berniat kembali melanjutkan permainan mereka di dalam bathtub Tony memutar kran shower. Membiarkan air shower menyiram tubuh polos mereka berdua. Karena dikejar oleh waktu mereka segera menyelesaikan kegiatan mandi itu dengan sedikit tak rela. Apalagi Tony yang masih menginginkan lebih dari sekadar mandi. Tapi Tony harus segera berangkat jika ingin selamat dari amukan Nevan. Saat ini bosnya tersebut sedang mengejar date line dalam kurun waktu seminggu sebelum berangkat ke Surabaya. Dan selama itu pula ia akan mendapatkan jatah lembur bersama keempat rekannya yang lain. "Sudah lama kita tidak liburan," ucap Alicia seraya memeluk tubuh Tony yang saat ini berdiri di depan cermin. "Aku sibuk!" balas Tony singkat dengan tetap melanjutkan kegiatannya yang tengah memasang jam di pergelangan tangan. Di depan Alicia sebisa mungkin Tony tidak akan menyebutkan nama Nevan ataupun menceritakan tentang pekerjaannya. Tony cukup tahu diri, Alicia tentu masih mencintai bosnya tersebut. Dan Tony tidak ingin dibutakan oleh rasa cemburu yang nantinya akan merusak profesionalitas kinerjanya. Terlebih Tony tidak ingin merusak hubungan persahabatan antara dirinya dan Nevan yang sudah terjalin sejak mereka masih duduk di bangku SMA tersebut. Tony sendiri tak yakin akan berhasil menyembunyikan hubungan rahasianya bersama Alicia lebih lama lagi. Ia yakin cepat atau lambat semuanya pasti akan terbongkar. Dan Tony berharap semuanya akan tetap baik-baik saja. "Ayolah Tony, aku lagi ingin berlibur di suatu pulau yang indah bersamamu," rajuk Alicia dengan manja tanpa menghiraukan sikap tak acuh Tony padanya. "Nanti klo aku ada waktu luang, kita pasti pergi ke mana pun kamu mau," balas Tony seraya melepaskan kedua tangan Alicia dari tubuhnya. Alicia mendesah dengan perasaan kecewa. Alicia duduk di tepi ranjang dengan terus memperhatikan Tony yang tengah mengecek barang-barang penting yang hendak dibawanya. "Aku berangkat dulu, kamu hati-hati. Bilang ke asisten kamu itu. Klo bawa mobil nggak usah sok jadi pembalap. Bahaya!" peringat Tony dengan serius. Tak ada tanggapan dari Alicia membuat Tony menoleh. Menatap Alicia dalam. Lalu Tony mendekati Alicia, menatap ke dalam mata indah wanita itu. "Aku akan selalu menjaga kamu. Percayalah!" ucap Tony lalu sedikit menunduk demi merangkum wajah Alicia dan memberikan kecupan dalam pada bibir merah muda itu. Tak ingin terlena Tony bergegas ke luar dari kamar dan meninggalkan apartemen dengan tergesa-gesa setelah sedikit menyeruput kopinya. Dengan mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi Tony membelah jalan raya demi menghindari kemacetan yang sebentar lagi pasti terjadi. Inilah alasan Tony mengapa berangkat lebih awal setiap harinya. Mendahului dari jam kantor pada umumnya. Tony harus menjemput orang nomor satu di kantornya terlebih dahulu sebagai tugas pertamanya. Alicia beranjak dari ranjang dan mulai memoles wajahnya dengan make up. Tiba-tiba ponselnya berdering. Siapa lagi jika bukan asisten pribadinya, Lexy. Alicia menerima telepon dari Lexy dengan mengapit benda pipih itu di antara telinga dan bahunya. Masih dengan berbicara, Alicia memasukkan barang-barang penting yang harus ia bawa ke dalam tas. Setelah sambungan telepon terputus Alicia bergegas ke luar dari kamar menuju ruang makan untuk meminum susunya yang tentunya sudah dingin. Di bawah Lexy sudah menunggu di dalam mobil mewah milik Alicia. Setelah memastikan Alicia duduk dengan nyaman dan memakai seatbelt Lexy segera menginjak gas tanpa sedikit pun membuka kata. Sekitar 45 menit barulah mereka sampai di studio foto tempat Alicia melakukan pemotretan. Jadwal Alicia hari ini adalah pemotretan untuk majalah pria dewasa. Namun saat Alicia hendak masuk ke ruang ganti ia bertemu dengan rekan model yang kemarin ditemuinya di dalam lift. Alicia tetap bersikap tenang meskipun di dalam hatinya ia ingin sekali menghajar wanita itu. "Liz cepet. Giliran pemotretan lo sebentar lagi," bisik Lexy seraya memegang lengan Alicia yang masih bersitatap dengan wanita itu. Wanita seumuran dengannya itulah yang kemarin ia temui bersama papanya di dalam lift. Memang model bernama Clarissa itu tidak mengetahui siapa pria tua yang dikencaninya kemarin. "Hai Alicia, gue harap lo tutup mulut dengan apa yang lo lihat kemarin," bisik Clarissa dengan tersenyum licik. Alicia menghentakkan tangan Lexy dari tubuhnya lalu membalas ucapan Clarissa, "Gue nggak peduli dengan urusan lo. Tapi klo gue jadi lo. Gue lebih memilih menjadi simpanan pria tajir, tampan dan..," Alicia menjeda kalimatnya demi menikmati ekspresi kesal sekaligus penasaran lawan bicaranya, "Muda." Seketika rahang Clarissa mengetat dengan tatapan tajam ke arah Alicia. Tapi Alicia mana peduli. Wanita itu pergi dengan meninggalkan gelak tawanya yang semakin membuat Clarissa meradang. Scene pemotretan Alicia dimulai. Karena untuk mengisi majalah pria dewasa sudah bisa dibayangkan pakaian seperti apa yang saat ini dikenakan oleh Alicia. Pose menantang dan sensual tentu saja Alicia lakukan sesuai intruksi tim fotografer. Tiba-tiba Lexy merasa ngilu melihat bagaimana tubuh seksi Alicia terekspos di depan kamera. Pakaian berwarna hitam yang melekat sempurna di tubuh Alicia itu memamerkan hampir seluruh tubuhnya. Ini adalah pekerjaan menantang pertama yang diterima oleh Alicia. Lexy bukannya terangsang pria itu justru merasa kasihan dengan Alicia. Ia membayangkan seandainya yang berpose sensual itu adalah adiknya pasti Lexy tidak akan mengizinkan. Lexy segera tersadar dari lamunannya saat suara dari salah satu kru kameramen memanggilnya untuk membantu Alicia berganti pakaian. Total 5 pakaian yang akan dikenakan Alicia dalam scene ini. Sembari membantu Alicia melepaskan pakaian ketat dari tubuh Alicia Lexy menggerutu, "Lizi, gue harap ini job pertama dan terakhir lo dengan majalah ini. Sumpah gue ngga rela lihat tubuh lo dipamerin kayak gini." "Ah lo ini bisa aja. Biasanya juga gue pakai baju kurang bahan kek gini kan?" balas Alicia sekenanya. "Klo di runway beda lagi Sayang, masalahnya foto lo ini akan tampil di majalah pria dewasa dalam waktu yang..." Lidah Lexy rasanya berat untuk mengatakannya. "Yah... lo tahu sendiri lah resikonya." "Iya iya bawel. Gue mau nyoba tantangan baru aja," balas Alicia seraya membiarkan Lexy membenarkan pakaiannya. "Gue yakin Babang tamvan bakal ngamuk klo lihat majalah itu terbit," bisik Lexy yang tak diindahkan oleh Alicia. Dengan senyuman terkembang di bibirnya Alicia meninggalkan Lexy menuju tempat pemotretannya kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN