9. Satu Kebohongan Alicia

1418 Kata
Seminggu kemudian.... "Besok malam aku ada urusan pekerjaan di Surabaya," ucap Tony seraya memainkan rambut Alicia. Baru beberapa menit yang lalu mereka menyelesaikan aktivitas panas mereka setiap akan menjelang tidur. "Pergilah! ada Lexy yang akan menemaniku di sini," balas Alicia seraya menelusuri gambar tato yang hampir memenuhi d**a Tony. "Kemungkinan satu minggu aku di sana, atau bisa lebih tergantung pekerjaan yang harus aku selesaikan," terang Tony seraya memejamkan mata. Menikmati debaran jantung mereka yang seolah menyatu. "No problem," balas Alicia singkat. "Selama aku pergi aku harap kamu tetap di sini. Aku tidak akan tenang jika kamu pulang ke apartemen kamu sendiri," ungkap Tony menyampaikan kegelisahannya. Alicia bangkit dari atas d**a Tony lalu berkata-kata, "Aku bukan anak kecil yang harus selalu kamu khawatirkan Tony. Sebelum kita bersama aku sudah terbiasa sendirian." Tony menatap Alicia yang tampil polos di hadapannya dengan sorot tak terbaca. Wanita itu duduk di hadapan Tony sembari merapikan rambut panjangnya yang terlihat sangat berantakan karena aktivitas mereka. Tatapan Tony beralih dari wajah cantik Alicia menurun ke tubuh bagian bawah yang selalu menantangnya, mata tajam itu menelusuri jejak-jejak merah yang membekas di tubuh itu. Bukti gairah dirinya setiap kali mereka bersama. Mengerti ke mana arah tatapan Tony pada tubuhnya. Alicia sedikit mencondongkan tubuh. Mempersilakan pria itu meraup dan menikmatinya kembali. Tentu Tony tak mampu menolaknya. Lantas tanpa berkata-kata lagi Tony menenggelamkan ke dalam mulutnya. Memberikan kehangatan yang mengundang desahan wanita itu. Terus Tony mengulumnya, sesekali ia menariknya hingga membuat tubuh Alicia menggelinjang. Pun dengan tangan Tony satunya yang bekerja di area lainnya. Kembali Tony mempermainkan tubuh bagian sensitif Alicia hingga membuat wanita itu merasa gila. Alicia meracau dengan terus mendamba setiap sentuhan dan sapuan bibir Tony di tubuhnya. Tony mengubah posisinya dengan duduk bersandar pada kepala ranjang. Lantas membawa tubuh Alicia di atasnya. Menyatukan tubuh mereka secara perlahan. Alicia menguasai permainan dengan liar. Ingin membuktikan pada Tony jika dirinya pun berkuasa atas diri pria itu. Lantas Alicia melepaskan diri dari tubuh Tony. Menggeser tubuhnya sedikit ke bawah. Tatapan sensual Alicia tertuju pada sesuatu di bawah sana. Terlihat menantang dan perkasa. "Lakukan Baby," desis Tony mempersilahkan Alicia berganti memanjakan dirinya. Tony memejamkan mata saat kedua tangan Alicia memegang inti tubuhnya, membawa ke dalam mulut wanita itu. Tony menggeram menikmati bagaimana lidah Alicia mempermainkan miliknya. Kedua tangan Tony meraup rambut panjang yang menghalangi kegiatan memabukkan Alicia. Di rasa cukup Tony menyetopnya. Lalu menuntun Alicia untuk kembali duduk di atasnya. Tony memegang pinggang Alicia, menuntunnya untuk bergerak secara teratur. Desah demi desah lolos dari bibir Alicia bersamaan dengan gerakannya yang semakin liar. Tony menggeram dengan peluh membasahi tubuhnya. Gerakan Alicia semakin cepat yang membuat wanita itu berulang kali menyebut nama Tony. Hanya dalam hitungan detik saja Tony mengubah posisi mereka tanpa melepaskan diri. Kini Tony yang berada di atas tubuh Alicia. Menguasai permainan hingga tuntas. Memberikan balasan dengan menghujam milik Alicia dengan gerakan semakin cepat yang mewarnai geram dan desah yang terus bersahutan hingga permainan mencapai klimaksnya. Tony menjatuhkan diri di sisi Alicia. Lalu memeluk tubuh wanita itu sembari menenangkan debaran jantungnya yang masih menggila. "Terima kasih," bisik Tony seraya mengecup kening Alicia. Hal yang selalu Tony ucapkan setiap kali mereka selesai bercinta. Sedikit menarik diri, Tony menekan lampu tidur di sisinya yang secara otomatis mematikan lampu utama. Lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua. Alicia tersenyum tanpa berniat membalas ucapan Tony. Lalu secara perlahan memejamkan mata. *** "Lex, aku ada urusan penting di Surabaya. Jadi selama aku pergi aku titip Alicia. Jaga dia baik-baik. Klo sampai Alicia kenapa-napa maka kamu orang pertama yang akan aku cari," ucap Tony pada Lexy yang baru saja datang. Lexy terkejut dengan kata-kata yang diucapkan Tony. Otak Lexy tak mampu mencerna, apakah itu sebuah permintaan tolong atau justru ancaman untuknya? "Tony, Lexy suruh masuk aja!" teriak Alicia dari dalam. "Aku akan terus menghubungi kamu selama aku pergi," sambung Tony tanpa menanggapi perintah Alicia. Tony menatap Lexy tajam lantas menenteng tas kerjanya. Lexy yang masih berdiri di ambang pintu seketika minggir untuk memberikan jalan pada pria yang tak pernah tersenyum padanya tersebut. "Dasar Babang tamvan satu itu nyeremin banget sih jadi laki. Gitu bos gue demen banget," gerutu Lexy sembari melangkah menuju kamar Alicia. Di kantor Tony langsung fokus dengan pekerjaannya. Kali ini bukan urusan kantor yang tengah diseriusinya melainkan rencana Delon dan dirinya yang sudah tertata rapi dan matang. Tony tidak ingin ada kesalahan sedikit pun dalam menguak kebenaran atas kecelakaan yang menimpa keluarga Hannah tiga tahun lalu. Apalagi interaksi mereka hanya melalui telepon atau pesan singkat. Delon hanya memberikan kode-kode rahasia yang harus Tony pecahkan sendiri. Terlebih Tony belum mengetahui rencana cadangan yang telah disusun oleh Delon beserta anak buahnya di Surabaya. Saat ini Tony cukup bersantai karena orang-orang yang mengikuti Hannah dan Fahmi selama ini adalah orang-orang suruhan ayah Nevan. Delon juga sudah menegaskan tidak ada yang perlu di khawatirkan selama kakak beradik itu berada di Jakarta. Sekitar pukul 12 siang Nevan memanggilnya. Gegas Tony masuk ke ruangan sang bos. Tak disangka, Nevan justru memerintah dirinya untuk mengantarkan Hannah pulang. Pun dengan dirinya untuk mempersiapkan segala keperluannya selama di Surabaya. Tony tak membantah. Pria itu memberi hormat lalu bergegas ke luar dari ruangan. Tony segera memadamkan komputer miliknya. Lalu membereskan meja dan berpamitan pada ketiga rekan kerjanya yang lain. Hannah yang memang sudah tahu pun sudah siap untuk pulang. Mereka berjalan bersama menuju lift. Tak banyak yang mereka bicarakan selama perjalanan hingga mobil yang dikendarai Tony berhenti di depan gedung bertuliskan Rusun Cempaka Putih. Setelah memastikan Hannah masuk ke dalam rusun barulah Tony meninggalkan tempat tersebut menuju apartemen miliknya. "s**t!" umpat Tony saat dirinya terjebak dalam kemacetan panjang. Tony menilik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Tak ada waktu banyak untuknya menyiapkan segalanya apalagi untuk sekadar berpamitan pada Alicia. Lalu Tony meraih ponsel yang tergeletak di dasbor mobil, memakai sepasang earphones di telinganya. Tetap fokus pada jalanan raya di hadapannya Tony menginjak gas saat kemacetan mulai mengurai seraya mencari nomor kontak Alicia. Dengan tetap mengendari mobilnya yang berjalan merambat Tony menghubungi Alicia. Namun Tony harus menerima kekecewaan karena dari empat panggilannya tak ada satupun yang mendapatkan jawaban dari wanita itu. Hampir pukul tiga sore barulah Tony sampai di apartemen. Tak langsung mandi, Tony memilih menyeduh kopi terlebih dulu untuk menjernihkan pikirannya. Cukup dua sesap Tony lantas beranjak dari kursi pantry menuju kamar. Melepaskan semua pakaian dan meletakkan ke dalam keranjang pakaian kotor. Tak ada waktu lagi baginya berendam air hangat, cukup membersihkan diri dengan cepat. Hanya dengan handuk yang melilit di tubuhnya Tony ke luar dari kamar mandi lalu melemparkan handuk itu begitu saja ke atas ranjang. Tony berjalan menuju walk in closet untuk memilih pakaian yang akan dikenakannya. Pilihan jatuh pada celana jeans berpadu T-shir putih dan jaket. Karena pekerjaan di luar kantor, Tony lebih nyaman dengan penampilan casual_nya. Setelah semuanya rapi Tony mengeluarkan tas ransel yang akan diisi dengan pakaian ganti dan barang-barang penting lainnya. Dua setel pakaian sudah cukup bagi Tony, selebihnya ia akan membeli di sana nanti. Sebelum benar-benar ke luar, Tony memastikan terlebih dahulu kamarnya rapi dan bersih seperti semula. Sejenak Tony mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar. Entah mengapa ada perasaan tak rela untuk berpisah dengan Alicia. Hatinya begitu berat, andai saja tidak bersama Nevan mungkin Tony akan mengajak Alicia turut bersamanya. Tiba-tiba Tony mengingat sesuatu, ia berjalan ke arah nakas. Membuka laci pertama untuk meninggalkan satu kartu ATM miliknya untuk Alicia. Meski Tony yakin Alicia tidak pernah kehabisan uang tapi Tony ingin melakukannya. Sebelum meletakkan ATM tersebut Tony mengambil note untuk menuliskan pesan di sana. Namun tiba-tiba sesuatu jatuh saat Tony mengambil note tersebut. Tony berjongkok demi meraih barang berupa tablet yang jelas Tony ketahui apa isi dan kegunaannya. Seketika Tony meremas tablet itu dengan rahang mengeras. Lalu ia kembali mencari tablet yang sama di dalam nakas dengan berbagai pertanyaan yang menyerang benaknya. Lagi, Tony menemukan satu tablet, kali ini tablet itu hanya tersisa beberapa kapsul saja di sana. Yang artinya Alicia telah mengonsumsi kapsul itu cukup lama tanpa sepengetahuan dirinya. Mata Tony memejam, mencoba menenangkan dirinya yang telah dikuasai oleh amarah. Akhirnya Tony memilih mengambil satu tablet yang hampir habis, memasukkan ke dalam tas ranselnya. Lalu mengembalikan tablet lainnya dan menutup laci itu kembali. Nanti setelah semua pekerjaannya selesai barulah Tony bisa meminta penjelasan dari Alicia secara langsung. "Mengapa kamu tega melakukan ini padaku Alicia?" __________________&&&________________ Maaf ya, cerita ini memang agak bikin gerah karena banyak adegan 21+ ya. Aku menulis ini sesuai tema dan kebutuhan cerita. Tapi nanti saat mulai memasuki konflik aku pastikan udah berkurang atau bahkan nggak ada lagi adegan itu lagi ?????
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN