10. Weekend Tanpa Tony

1612 Kata
Alicia menyusuri lorong apartemen dengan langkah gontai. Tadi setelah pemotretan Alicia langsung menghadiri undangan acara ulang tahun rekan modelnya di salah satu night club ternama di Jakarta. Sebelum masuk ke dalam night club Lexy sudah memperingatkan pada Alicia untuk tidak menyentuh minum-minuman beralkohol. Alicia sendiri tak ingin jika nantinya harus berakhir di ranjang bersama seorang pria karena mabuk. Seperti yang pernah dilakukannya bersama Tony. Tapi seperti yang Alicia hapal. Night club selalu identik dengan minum-minuman beralkohol, wanita seksi, dan p****************g. Semua rekan sesama modelnya memaksa Alicia untuk turut menikmati minum-minuman beralkohol dari berbagai merek yang tersedia di sana sesuka hati. Lalu karena rasa gengsinya yang tinggi Alicia menerima segelas wine yang disodorkan Nanda padanya lalu Alicia mulai menyesap minuman berasa asam dan getir tersebut. Seketika rasa hangat mengalir di tubuh Alicia yang memang tak tahan dengan minuman tersebut. Dalam beberapa teguk saja Alicia melakukannya sebagai bentuk penghormatan dirinya pada si pemilik acara. Sebelum hal lain terjadi Alicia bergegas pamit bersama Lexy. "Liz, Babang tamvan udah pesen ke gue untuk jagain lo. Klo dia sampe tahu lo minum gini bisa di gorok leher gue," protes Lexy dengan sejenak menatap Alicia yang tengah memijit kepala. "Ya lo nggak usah bilang kan beres," balas Alicia asal. "Lo kan emang nggak bisa minum trus kenapa juga maksa," cecar Lexy lagi. Bukannya menanggapi perkataan asisten pribadinya Alicia justru memejamkan mata. Membiarkan Lexy berbicara sesuka hatinya hingga puas. Sesampainya di apartemen Alicia menolak saat Lexy hendak mengantarkannya masuk. Dan kini Alicia sedikit kesusahan saat memasukkan kode kunci apartemen Tony. Tit... Akhirnya Alicia berhasil dan wanita itu langsung masuk ke kamarnya. Dengan asal Alicia melempar tasnya di atas ranjang. Lalu diikuti dengan tubuhnya yang terlempar keras di ranjang empuk tersebut. Dengan mata terpejam Alicia melepaskan pakaian dan menyisakan underwear sebagai penutup tubuhnya. Alicia butuh beristirahat sebentar untuk menghilangkan rasa pusing yang saat ini menderanya. Namun ternyata Alicia tertidur pulas hingga terbangun di pukul tiga dini hari. Alicia membuka mata seraya memijit kepalanya yang masih saja terasa pusing. Lalu dengan sempoyongan Alicia bangkit dan melangkah menuju kamar mandi untuk membuang air kecil. Setelahnya Alicia ke luar kamar menuju dapur untuk menyeduh teh. Berharap cairan bening kecokelatan itu mampu menghilangkan rasa tak nyaman di tubuhnya. Alicia menyesapnya sedikit lalu membawa ke kamar untuk ia pergunakan meminum obat penghilang rasa nyeri. Karena masih petang Alicia memutuskan kembali tidur. Bergelung dalam selimut tebal adalah pilihan terbaiknya. Di lain tempat Tony bersama Nevan, Hannah, dan Fahmi tengah beristirahat di rest area. Setelah makan dan minum segelas kopi Tony bersantai sejenak sembari menikmati sebatang rokok di tempat tak jauh dari ketiga penumpangnya. Tony mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang. "Ikuti ke mana pun wanita itu pergi dan laporkan kepadaku!" ucap Tony pada seseorang yang berada di seberang sana. Setelah memberikan perintah, Tony langsung mematikan sambungan telepon dan mengirimkan gambar seseorang pada orang tersebut melalui pesan w******p. Tak lama Tony beranjak dari tempatnya saat Nevan melambaikan tangan sebagai perintah untuk segera melanjutkan perjalanan. *** Masih dengan mata terpejam Alicia meraba ranjang di kedua sisinya. Mencari keberadaan tas yang semalam dilemparkannya begitu saja. Bibir Alicia berdecak karena tak juga menemukan tas tersebut sedangkan ponsel di dalamnya terus berdering memekakkan telinga. Terpaksa Alicia bangkit, mencari tasnya yang ternyata berada di sudut ranjang bagian bawah. Dengan malas ia meraih tas itu dan mengeluarkan ponsel di dalamnya. "Yah mati," gumam Alicia saat dering ponselnya mati dan nama Tony tertera di sana. Lantas Alicia mencoba menelepon balik. Tapi tak ada jawaban. Kembali Alicia merebahkan tubuhnya. Mengabaikan waktu yang sudah pasti meninggalkan pagi. Hari ini adalah weekend pertama tanpa kehadiran Tony di sisinya selama dua bulan terakhir. Mereka sama-sama sibuk dan hanya akan menghabiskan waktu bersama seharian penuh ketika hari weekend datang. Tak jarang juga mereka tetap bekerja di saat semua orang memilih menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang terkasih tetapi mereka justru berkutat dengan pekerjaan. Bagi Alicia pekerjaan adalah nomor satu. Dengan bekerja, Alicia bisa sejenak melupakan semua hal buruk yang pernah dialaminya. Tapi semenjak bersama Tony hari weekend menjadi berbeda dan berwarna. Alicia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Mungkin hari ini ia akan berhibernasi di apartemen saja. Selain itu ia juga merasakan kondisi tubuhnya yang kurang sehat karena pengaruh alkohol yang diminumnya semalam. Kruk... Suara perut Alicia berbunyi nyaring pertanda jika cacing-cacing di perutnya tengah berdemo meminta jatah makan. Terpaksa Alicia menyibak selimut dari tubuhnya lalu turun dari ranjang. Sebelum ke luar dari kamar Alicia meraih kaos milik Tony yang tergantung di sebelah meja rias. Sembari berjalan Alicia memakainya dengan cepat dengan menggerutu, "Nggak ada lo kok sepi ya hidup gue." Alicia membuka lemari set kitchen untuk mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perutnya. Tampak mie instan, roti, dan sereal di sana. Tangan Alicia memilih kotak sereal, membawanya ke meja makan beserta mangkuk dan sendok. Alicia mulai menuang sedikit sereal tersebut ke dalam mangkuk. Lalu mengambil s**u dari dalam kulkas dan menyiramnya. Kini Alicia mulai menyendok sereal, memasukkan ke dalam mulutnya dengan malas. Sejujurnya ia sedang tidak berselera tapi karena tuntutan lapar maka mau tidak mau Alicia harus memakannya. Baru separuh mangkuk berpindah ke dalam perutnya saat Alicia menilik jarum jam dinding yang berhenti tepat di angka 10. Bingung. Satu kata yang saat ini memenuhi pikiran Alicia. Apa benar ia akan betah seharian penuh berada di apartemen sendiri? Tony pergi ke Surabaya dan Lexy kemarin sudah mengatakan jika hari ini akan berkencan dengan kekasih barunya. Alicia menggeser mangkuk di hadapannya ke tengah meja lalu berlari ke kamar mandi yang berada di sudut dapur. Huek.... Alicia memuntahkan semua sereal yang baru saja di makannya. Tak hanya sereal saja yang dimuntahkan Alicia tetapi cairan bening berwarna kuning turut menyertainya. Seketika rasa pahit menguasai mulut hingga tenggorokan Alicia. "Gue kenapa sih ini?" gumam Alicia seraya menyiram dengan air bekas muntahannya. Tubuh Alicia mendadak lemas lalu ia memilih duduk di closed. Menyandarkan kepala ke dinding dengan memejamkan mata. Cukup lama Alicia berada dalam posisi itu hingga ia merasakan kedinginan. Sekuat tenaga Alicia bangkit lalu berjalan ke kamar. Kembali menenggelamkan tubuhnya di balik selimut tebal hingga tertidur kembali. Sorenya Lexy merasa gelisah karena tak ada satupun panggilan telepon dari bosnya. Biasanya meskipun di hari weekend Alicia akan mengganggu hari liburnya. Tapi seharian ini wanita itu tak ada kabar. Setelah berkencan, Lexy langsung pulang ke rumah kontrakannya terlebih dahulu barulah setelah itu ia akan mendatangi apartemen Tony untuk memastikan keadaan Alicia. Tepat pukul 6 sore Lexy barulah sampai di depan apartemen Tony. Pria itu menekan bel. Tapi sudah kedua kalinya Alicia tak juga membuka pintu. Lalu Lexy mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menelepon Alicia. Dan lagi-lagi Lexy harus kecewa karena ponsel Alicia sedang tidak aktif. Lexy semakin panik lalu kembali menekan bel dengan menggerutu tak jelas. Tak lama pintu terbuka yang seketika membuat Lexy bisa bernapas dengan lega. "Lo kenapa Liz, lo sakit?" cecar Lexy saat melihat wajah pucat Alicia. "Gue nggak enak badan," jawab Alicia seraya berbalik badan. Melangkah menuju ruang tengah yang diikuti oleh Lexy. "Lo udah makan?" tanya Lexy yang hanya mendapatkan gelengan kepala dari Alicia yang saat ini bersandar pada sofa. Lexy menelisik penampilan Alicia yang sangat kacau. Tubuh seksi wanita itu hanya ditutupi kaos berwarna silver milik Tony yang tampak kedodoran dengan rambut dicepol secara asal. Lexy membuka nasi bungkus yang tadi dibelinya lalu beranjak menuju dapur untuk menyeduh teh hangat. Melihat kondisi Alicia seperti itu membuat Lexy berinisiatif memberitahukan pada Tony. Tapi setelah Lexy pikir-pikir sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat karena nantinya dia juga yang akan menjadi sasaran kemarahan pria itu. Kemarin saja Tony sudah mengancam dirinya dengan serius. "Lizi sayang, ayo dimakan dulu. Gue nggak mau lo sampe sakit kayak gini," ucap Lexy penuh khawatir." Lexy memegang dahi Alicia untuk mengecek suhu tubuhnya. Dan benar saja tubuh Alicia terasa panas. "Seharian tadi lo ngapain Liz?" ujar Lexy lagi karena tadi di dapur ia hanya menemukan semangkuk sereal di atas meja makan dalam keadaan dingin. "Tidur." "What!" pekik Lexy tak percaya. "Ya Tuhan, ya jelas klo badan lo sekarang panas." Lexy bangkit, menurut tempat PPPK berada. Mengambil obat paracetamol dan minyak kayu putih. "Pokoknya sekarang lo makan dulu habis itu baru minum obat," ucap Lexy lalu meletakkan sendok ke dalam genggaman tangan Alicia. "Iya iya, bawel," balas Alicia dengan santai lalu memulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Merasakan rasa nikmat di mulutnya membuat Alicia menghabiskan makanan itu dengan lahap. Lexy tercengang seraya berujar, "Lo nggak papa kan Liz?" "Sumpah ini nikmat banget Lex," balas Alicia dengan menjilati sisa bumbu di jarinya. "Ini cuma nasi padang Liz," balas Lexy seraya menyodorkan segelas teh hangat dan sebutir obat pada Alicia. "Makasih," lirih Alicia seraya menerimanya. Lexy menatap wajah pucat Alicia yang mulai memerah. Tubuh wanita itu juga sudah tak terlihat lemas seperti tadi. Lexy meraih botol minyak kayu putih dan menuang di telapak tangannya. Setelah mendapatkan izin dari Alicia Lexy mulai membalur perut, punggung, dan terakhir di d**a bagian atas Alicia. "Baru juga ditinggal sehari sama Babang tamvan lo udah sakit aja," gerutu Lexy yang kini beralih memijit kepala Alicia. "Ya ampun Lex enak banget." ucap Alicia dengan mata terpejam menikmati pijatan tangan Lexy di kepalanya. Tiba-tiba Lexy mengingat sesuatu lalu bertanya, "tamu bulanan lo udah datang belum?" "Belum. Kenapa?" Alicia balik bertanya dengan santai. "Lo muntah? Mual? Pusing?" cecar Lexy dengan terus memijit kepala Alicia. "hem...," gumam Alicia. "Jangan-jangan lo hamil Liz?" Lexy menghentikan kegiatannya. Lalu meraih kedua bahu Alicia untuk menghadapnya. "Ngaco lo!" kekeh Alicia. "Lo kan tahu tubuh gue nggak bisa nerima minuman beralkohol. Jadi nggak usah deh lo mikir yang macem-macem. Nggak usah parno!" Lexy terdiam sejenak sebelum membalas, "Terserah lo lah Liz." Dengan perasaan tak menentu Lexy meraih minuman kaleng bersoda di hadapannya, membuka lalu menenggaknya dengan cepat. Memang setahu Lexy tubuh Alicia selalu menolak minuman beralkohol tapi biasanya tak separah ini efeknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN