11. Kenangan Buruk

1516 Kata
Lexy akhirnya memutuskan tidak akan pulang malam itu karena mengkhawatirkan kondisi Alicia. Memang setelah makan dan minum obat Alicia sudah tampak membaik tapi Lexy tak tega meninggalkan wanita yang sudah dianggapnya seperti adiknya itu sendirian di apartemen. Seandainya ada Tony yang menemani Alicia saat ini tentu saja Lexy tidak akan sekhawatir ini. Dulu sebelum Alicia tinggal bersama Tony, Lexy sudah terbiasa menginap di apartemen bosnya tersebut. Bahkan Lexy lebih banyak menghabiskan waktu di sana daripada di rumah kontrakannya sendiri karena pekerjaan yang mengharuskan mereka sering bersama. Kecuali hari weekend Sabtu dan Minggu. Selagi tidak ada job di dua hari itu Alicia akan membebastugaskan Lexy. Karena hampir seharian tidur membuat Alicia tak merasakan kantuk sama sekali hingga menjelang tengah malam sedangkan Lexy sudah tertidur pulas di sofa sejak satu jam yang lalu. Untung ada Tony yang menemaninya dengan berkirim pesan w******p. Dari obrolan pesan w******p tersebut hati Alicia berhasil dibuat menghangat dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyiratkan rasa penuh khawatir. Tapi di pukul satu dini hari Tony sudah berpamitan karena ada urusan penting yang harus ia kerjakan. Alicia tak habis pikir, sebenarnya apa yang sedang dikerjakan Tony di Surabaya hingga membuat pria itu sangat sibuk. Sampai-sampai tak sempat menghubungi dirinya dengan rutin. Alicia mulai merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh dengan lika-liku. Kini Alicia kembali sendiri. Sepertinya sendiri adalah harga mutlak yang telah Tuhan gariskan untuknya. Tanpa bisa dicegah pikiran Alicia terlempar jauh ke masa lalu. Di mana goresan luka demi luka mendera hati hingga Alicia tak pernah mengenal apa itu arti cinta yang sebenarnya. Baginya luka adalah sahabat sejati yang selalu menemani ke mana pun langkah kakinya berpijak. "Gara-gara kamu terlalu memanjakannya, lihat perbuatan anakmu itu. Membuat malu keluarga saja. Andai dulu kamu setuju untuk menggugurkan dia pasti kita tidak perlu repot-repot seperti ini," ucap seorang wanita berparas cantik pada seorang pria yang saat ini duduk di sofa sedang membaca koran dengan santai. "Sudahlah kita tidak perlu memperdebatkan hal tak penting ini lagi. Alicia sudah besar, dia pasti bisa berpikir mana yang baik atau buruk untuk dirinya," balas pria itu tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian dari koran di tangannya. "Kamu selalu seperti itu. Itu anak kita berdua. Alicia tanggung jawab kita bersama," ucap wanita itu dengan suara lantang yang sukses memancing emosi lawan bicaranya. "Apa kamu bilang? anak kita?" balas pria itu sinis lantas membanting koran itu ke meja seraya berdiri. Menatap tajam ke arah wanita bernama Valerie tersebut. Valerie tertegun dengan wajahnya yang memucat seketika. Aliran darah di tubuhnya seketika membeku menerima tudingan buruk dari suami yang dicintainya. Jadi inikah alasan suaminya bersikap tak acuh padanya selama ini?. "Kamu kira aku bodoh. Alicia itu bukan darah dagingku. Dia anak dari pria selingkuhan mu," ucap pria itu dengan seringai menakutkan. Namun Valerie tak gentar sedikit pun dengan tatapan penuh penghakiman sang suami. "Bagus, jadi kamu menuduhku sebagai wanita jalang. Lalu kamu sendiri apa? Pria tua yang hobi bergonta-ganti wanita sesuka hati kamu tanpa memperdulikan aku," balas Valerie membalas tuduhan suaminya. "Plak, dasar wanita jalang!" Pekik pria bernama Yuda tersebut sembari melayangkan tamparan keras di pipi Valerie. Spontan Valerie memegangi pipinya yang memerah. Tampak empat jari pria itu membekas di pipi putihnya. Valerie tersenyum miris. Mengabaikan telinganya yang berdengung. "Hentikan! hentikan semua ini. Please hentikan Ma Pa," gumam Alicia dengan tubuh bergetar saat tiba-tiba kilasan kenangan buruknya menyerang benaknya secara membabi-buta. "Pa Ma, Alicia sayang kalian." Air mata Alicia mulai merebak di pipinya dengan deras. Kilasan-kilasan masa kecilnya yang buruk itu terus menghujam, menyerangnya tanpa ampun hingga seperti sebuah bongkahan batu besar yang menghimpit dadanya. Sesak. Napas Alicia mulai tersengal-sengal. Tangan wanita itu mencengkeram kuat dadanya. Rasanya, Alicia ingin menyerah pada kehidupan yang membesarkan dirinya dalam kepedihan. Alicia menggeleng mencoba mempertahankan kewarasannya. Lalu bangkit, berlari ke kamar. Membuka laci terbawah nakas dengan terburu-buru. Mencari obat untuk menyingkirkan semua kenangan buruk itu. Derai air mata Alicia semakin deras saat tutup botol itu terbuka. Ia balik botol tersebut untuk mengeluarkan kapsul di dalamnya. Dengan tubuh bergetar hebat dan keringat dingin membasahi tubuhnya Alicia segera menelan satu butir kapsul tersebut lalu menggelontor dengan air putih. Alicia terduduk di bawah seraya bersandar pada ranjang. Memeluk tubuhnya dengan air mata yang terus bergulir tanpa izin. Semua kenangan buruk itu terus menghajar ingatannya hingga secara perlahan menarik kesadarannya. Paginya Lexy terbangun sembari memanggil-manggil nama Alicia. Memindai ke seluruh sudut apartemen yang bisa dijangkau oleh matanya. Tak menemukan bosnya, Lexy bergegas mencari keberadaan wanita itu di kamarnya. "Liz, Lizi" panggil Lexy saat mendapati ranjang kosong. Lexy mengira Alicia mungkin sedang berada di kamar mandi. Lalu ia berjalan memutar saat melihat ujung selimut yang berada di lantai. Berniat mengambil dan melipatnya dengan rapi. Seketika tubuh Lexy membeku saat melihat Alicia yang meringkuk di sana. "Demi Tuhan Liz kenapa lo tidur di bawah," Pekik Lexy lalu dengan cepat mengangkat tubuh Alicia dan merebahkannya ke atas ranjang. Suhu panas tubuh Alicia tentu saja menembus kulit Lexy. Dengan panik Lexy menyelimuti tubuh Alicia lalu mencari sesuatu. Deg.... Jantung Lexy seolah berhenti sejenak saat mendapati obat yang berhamburan dari botolnya. Obat yang setahunya sudah berhenti dikonsumsi oleh Alicia. Lexy segera mengumpulkan obat yang tercecer di lantai tersebut lalu kembali memasukkan ke dalam botolnya. "Ma Pa." Lexy yang mendengar igauan Alicia seketika tersadar. Lalu bergegas ke dapur untuk membuat minuman hangat sekaligus mengambil obat. Dengan cepat Lexy kembali lalu membangunkan Alicia untuk meminum obat penurun panas. Hanya itu yang saat ini bisa Lexy lakukan untuk menurunkan demam Alicia. Kini Lexy tahu penyebab Alicia bisa dalam kondisi seperti ini. Pertemuan mereka dengan papa Alicia bersama rekan sesama modelnya di dalam lift tempo lalu pasti yang menjadi penyebab utamanya. "Lo ini kenapa sih Liz, ada gue di sini, lo nggak sendiri," ucap Lexy lalu memeluk tubuh Alicia dengan air mata berderai. "Gue akan selalu di sisi lo Liz, percayalah!" bisik Lexy semakin mengetatkan pelukannya. "Gue nggak papa Lex, gue cuma capek," balas Alicia seraya mendorong tubuh Lexy dengan sisa tenaga yang dimilikinya. "Gue istirahat bentaran juga baikan," sambung Alicia dengan merebahkan tubuhnya. "Ok, lo istirahat dulu gue buatkan sarapan untuk lo," Lexy membenarkan selimut di tubuh Alicia lalu beranjak menuju tirai besar. Menyibak gorden demi mengizinkan mentari melaksanakan tugasnya untuk memberikan kehangatan. Gegas Lexy menuju dapur. Namun tak langsung memasak tapi masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Kemudian Lexy mulai mencari bahan makanan di dalam set kitchen dan kulkas. Lexy memutuskan membuat bubur untuk Alicia. Dengan cekatan Lexy mulai membersihkan beras, memberinya air dengan takaran lebih banyak. Lalu meracik bumbu dan menyiapkan sayuran yang tersedia di kulkas. Memasak ala kadarnya sesuai dengan bahan yang ada karena Lexy tahu bagaimana kebiasaan kedua penghuni apartemen ini. Satu jam berlalu, Lexy masuk ke kamar dengan sebuah nampan berisi semangkuk bubur, s**u, dan buah apel yang sudah terkupas dengan potongan dadu. Lexy meletakkan nampan tersebut di nakas barulah mengecek suhu tubuh Alicia. "Alhamdulillah, udah turun demam lo," ucap Lexy dengan perasaan lega. Lexy mengulas senyuman. Menatap wajah Alicia yang tampak lebih segar. Tangannya terulur demi membelai puncak kepala Alicia, menatap wajah wanita itu selalu mengingatkan Lexy pada adiknya yang sudah 3 tahun ia tinggalkan di desa. Sudah lama sekali Lexy ingin bertemu adiknya tapi Lexy tidak memiliki keberanian untuk pulang setelah peristiwa memalukan yang membuat kedua orang tuanya murka dan mengusirnya dari rumah. Lexy menghela napas dalam-dalam. Lalu menghembuskan secara perlahan mencoba menenangkan hatinya yang digempur oleh rasa rindu kepada keluarganya. "Kita akan selalu bersama Liz," gumam Lexy dalam hati. Lexy membangunkan Alicia kemudian menyuruh wanita itu memakan bubur spesial buatannya. Tak disangka, Alicia menghabiskan seluruh bubur itu dengan lahap, pun dengan susunya. Merasakan tubuhnya membaik Alicia menyibak selimut dari tubuhnya lalu bangkit menuju arah balkon. Menikmati mentari yang mulai bergeser naik tidaklah seburuk penilaiannya selama ini. Nyatanya mentari yang sering ia abaikan kehadirannya itu hari ini terasa berbeda. Indah dan mengagumkan. "Lo masih mengonsumsi obat itu Liz?" ucap Lexy yang saat ini berdiri di samping Alicia yang tengah berdiri di balkon. "Baru dua hari ini sih. Insomnia gue kambuh," jujur Alicia. Memang sudah lebih dari satu bulan ini Alicia berhenti mengonsumsi obat tidur tersebut. "Klo Babang tamvan tahu pasti dia marah," ucap Lexy lalu menyesap kopi yang dibawanya. "Klo lo nggak bilang ya nggak bakal tahu dia," balas Alicia dengan santai. "Tapi besok kita harus pergi ke dr. Henry. Gue nggak akan tenang sebelum memastikan lo dalam kondisi baik-baik saja," ucap Lexy lagi yang tak mampu mengusik kekaguman Alicia pada mentari. Alicia menoleh, menatap Lexy sejenak dengan tersenyum penuh arti lalu berkata-kata, "thank's Lex, you're my best partner." Ucapan Alicia seketika membuat Lexy merasa tersanjung. Hanya Alicia yang berteman dengannya tanpa melihat kekurangan dirinya. Di saat semua orang memandang dirinya rendah dan hina karena kelainan seksualnya Alicia tidak. Wanita itu tidak pernah menyudutkan ataupun menghakimi dirinya. Justru Alicia lah satu-satu orang yang saat ini mendukung dan mensupport dirinya. Lexy sangat bersyukur karena Tuhan mempertemukan dirinya dengan wanita penuh luka itu. Lexy ke luar dari kamar setelah mengisi bathtub dengan air hangat sesuai permintaan Alicia. Terhitung sudah dua hari dua malam Alicia tidak membasuh tubuhnya dengan air. Jadi pagi ini Alicia ingin memanjakan dirinya dengan berendam air hangat di dalam bathtub tersebut. _________________&&&__________________ Apa part ini sudah menjawab rasa penasaran kalian dalam part sebelumnya??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN