Part 8

1103 Kata
Begitu Anthony mengatakan cukup dan puas dengan semua sesi foto kali ini, Megan mendorong d**a Nicholas menjauh dari tubuhnya. Dengan delikan tajamnya, wanita itu kemudian berbalik dan melangkah pergi. Menyeberangi ruangan dengan langkahnya yang ringan dan feminim. Di sisi lain, Mikail merasa konyol dengan berpikir bahwa dirinya tidak akan terpengaruh ketika memutuskan untuk datang ke tempat ini. meyakinkan diri bahwa keputusannya datang ke tempat ini adalah karena –seperti keprofesionalannya- ia butuh memastikan semua proses dilakukan dengan sempurna. Tepat seperti yang diinginkannya. Dan semua itu malah membuat sesuatu yang sudah terpendam dalam-dalam di kedalaman hatinya mengambang ke permukaan. Membuat dadanya bergemuruh oleh amarah semua itu karena seorang Megan Ailee. Wanita yang sudah mencampakkan dan membuangnya. Tatapan Mikail mengikuti Megan yang melintasi ruangan luas ke arah meja rias. Manager Megan mengekor di belakang. Memberikan jaket untuk menutupi pakaian tipis yang dikenakan oleh Megan. Sangat tipis hingga gigi Mikail menggeretak melihat bayangan tubuh seksi Megan membayang di balik kain tipis itu. Dan semakin mengeras ketika tatapannya berpindah ke arah sang sepupu. Yang masih duduk di backdrop, dengan pandangan yang mengikuti Megan, hingga wanita itu menghilang di balik pintu ganda. Dan Mikail bisa menangkap dengan jelas, seringai kepuasan yang menghiasi kedua ujung bibir sang sepupu. Yang kontan mengepalkan kedua tangan di sisi tubuh Mikail. “Kenapa wajahmu terlihat begitu tegang, Micky?” senyum Nicholas dengan nada bercanda ketika duduk di kursinya. Melewati Mikail yang berdiri dengan tatapan menajam menusuk ke arahnya ketika ia melewati sang sepupu. Sungguh, butuh usaha sangat keras dengan tampilan kurang ajar yang menghiasi wajah Nicholas. Akan tetapi, ia tak mungkin terlihat t***l dengan reaksi konyol itu. Dan sekali lagi didera amarah menyadari semua niatan itu karena Megan. Lagi-lagi pengaruh Megan yang tak terduga itu muncul secara naluri dan begitu tiba-tiba. Sialan. “Tidak bisakah kau menahan dirimu, Nicholas? Kau benar-benar terlihat tidak professional.” Nicholas hanya terkekeh. “Apa kau meragukan kemampuanku?” Mikail tak menjawab. Ya, meski di balik kekurang ajaran Nicholas terhadap Megan di depan kamera. Kemampuan sang sepupu ketika berpose di depan kamera tentu saja tidak diragukan lagi. Ada alasan Nicholas Matteo menjadi supermodel terseksi dengan bayaran tertinggi. Dan sungguh sialan, Mikail harus megakui bahwa sepupunya itu terlihat serasi berpose dengan Megan di depan kamera. Ia mendengar banyak rumor tentang affair Nicholas dan Megan. Tetapi ia tak ingin peduli dan tak akan pernah peduli. “Pastikan saja kerjasama kita saling menguntungkan, Nicky. Meski kau menggunakan mami tersayangmu untuk mendesakku dengan kerjasama ini.” Nicholas hanya terkekeh. Menampilkan senyum sopannya yang dibuat-buat terhadap CEO M-King tersebut. “Aku akan memastikannya, Tuan Matteo yang terhormat.” Mikail tak mengatakan apa pun akan olokan sang sepupu. Manager Nicholas menyela di antara keduanya dan memberikan berkas di tangannya. “Jadi … sesi foto berikutnya di …” Salah satu alis Nicholas terangkat ketika membaca berkas yang diberikan Steven padanya. “Kolam renang?” Dada Mikail serasa mengepal dengan keras. Membayangkan Megan dan Nicholas, yang hanya mengenakan bikini dan celana renang, berpose layaknya pasangan dengan posisi yang intim di depan kamera. Hanya bayangan itu yang mungkin dan satu-satunya hal yang akan terjadi di sana ketika pasangan wanita dan pria berada di kolam renang. Sudah cukup ia menyaksikan pemandangan memuakkan akan pose intim Megan dan Nicholas di backdrop dengan teman falling in love. Jika berada di kolam renang, tentu saja temanya menjadi lebih panas. “Well, sepertinya ini akan menjadi sesi pemotretan yang …” Seringai Nicholas tersungging dan kelicikan berkilat di kedua matanya. “Sangat menyenangkan. Sudah kami tidak bersenang-senang seperti ini.” Mikail menggeram dalam hati. Dan secepat senyum itu menghias wajah licik sang sepupu, Mikail membuat senyum itu lenyap secepat munculnya. Dan keesokan harinya, sang sepupu menerobos masuk ruangannya demi memprotes keputusan sepihaknya dengan menolak ide sialan itu. “Kau benar-benar merusak kesenangan, Micky.” Nicholas membanting pantatnya di kepala sofa. Kedua kakinya menyilang dan kedua lengannya jatuh di lengan sofa. Kemudian tatapannya mengarah lurus ke arah Mikail yang duduk dengan puas di balik meja. Duduk di kursi besar pria itu lengkap dengan keangkuhan sang sepupu. Yang sulit ia tandingi. “Benar-benar tidak professional.” “Aku tak pernah merasa menyetujui ide semacam ini. Dan … tema itu tidak cocok dengan mallku yang lebih bersahabat. Ketulusan dan kehangatan keluarga sebagai slogannya.” Nicholas hanya mendengus tipis. Salah satu alisnya naik dengan gaya yang congkak. “Bukan karena alasan yang lain?” Ekspresi di wajah Mikail membeku untuk sedetik, sebelum kemudian terkendali dengan apik. “Dan alasan macam apakah itu?” Nicholas mengedikkan bahu dengan gerakan yang ringan. Mencoba menyelami wajah sang sepupu lebih dalam lagi. “Kau membawa urusan pribadimu ke dalam urusan pekerjaan, Mikail. Akui itu.” Mikail mendengus. “Apakah ada alasan sampai saat ini kau tetap menutup hatimu pada wanita lain, Mikail? Bukan karena kau belum bisa melupakan Megan di hidupmu, kan?” Bibir Mikail menipis tajam akan tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan oleh Nicholas. “Urusan pribadiku sama sekali bukan urusanmu, Nicky. Jauhkan langkahmu dari kehidupanku sebelum kau menjadi sok tahu dan seseorang memukul pantatmu akan kelancanganmu.” Nicholas mendengus, kemudian terbahak. “Aku akan angkat kaki dari hidupmu, Mikail. Tapi … sepertinya kau yang melangkah terlalu dekat dengan kehidupanku dan Megan. Kau masih ingat Megan bukan lagi siapa-siapamu, kan?” “Dan sepertinya dia juga bukan siapa-siapamu, kan?” Ekspresi di wajah Nicholas membeku untuk sejenak, tetapi pria itu kembali melengkungkan senyum semringahnya. “Belum akan,” koreksinya kemudian. Kedua tangan Mikail yang tertutup meja mengepal dengan kuat, berikut garis rahangnya. Gemuruh emosi menerjang dadanya, sekeras apa pun ia menolak emosi sialan itu. Sekeras apa pun ia meyakinkan diri bahwa Meganlah yang mencampakkan dirinya dan putranya. Tidak seharusnya ia masih merasakan hal semacam ini di dadanya. Mikail mendesah dengan lirih dan panjang. Secara perlahan. Dan butuh beberapa saat untuk kembali menenangkan emosi di dadanya. “Hubungan kami akhir-akhir ini mulai membaik dan ... sepertinya dia mulai membuka hati. Apa kau baik-baik saja dengan itu, Mikail?” Mikail menelan ludahnya, tatapan tajamnya menusuk intens di kedua mata Nicholas. “Sudah tujuh tahun berlalu, harusnya kau menjadi baik-baik saja, kan? Tak ada alasan bagimu untuk tidak memberikan restumu pada hubungan kami, kan?” “Untuk apa kau melemparkan pertanyaan tololmu itu, Nicky? Jangan buat dirimu t***l dengan mempertanyakan hal semacam itu. Sudah tujuh tahun berlalu, tak ada alasan aku tidak merasa baik-baik saja untuk semua rencana yang ada di kepalamu itu, Nicky.” Senyum kepuasan yang melengkung di kedua ujung bibir Nicholas mengembang semakin lebar. “Baguslah. Setidaknya aku tak perlu merasa sungkan untuk melamarnya, kan?” Wajah Mikail seketika membeku. Mengulang kata ‘melamarnya’ yang diucapkan oleh sang sepupu. Dan nya tersebut tentu saja merujuk pada Megan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN