Permintaan Maaf

1072 Kata
“Len!” Rezvan berkali-kali memanggil nama Ellen, seraya Ellen terus mengencangkan langkahnya agar sampai ke dalam mobilnya lebih cepat. Tinut … Ellen menekan tombol open door agar pintunya bisa terbuka. Dan tak lama terdengar suara BRAK! Ellen sama sekali tidak menggubris Rezvan yang dari tadi mengejarnya dari belakang. Dengan wajah yang penuh kecemasan, Rezvan tidak patah semangat untuk mendapatkan maaf dari mulut Ellen. “Len! Buka Len! Buka pintunya sebentar, Len!” teriak Rezvan sembari menggedor-gedorkan kaca mobil Ellen. Ellen hanya memfokuskan pandangannya ke depan, tidak menatap ke samping kanannya yang mana ada Rezvan di sana. Ellen mengatur napasnya sebaik mungkin, setenang mungkin, agar kekesalahannya hari ini pada Rezvan tidak melulu mencuat hebat. Bagi Ellen, Rezvan adalah orang yang bisa mengisi hari-hari Ellen begitu berwarna. Walaupun Rezvan agak cuek kepadanya, tapi ini pertama kalinya Ellen berkenalan dengan laki-laki tampan, cerdas, dan sederhana. Tok … tok … tok … “Tolong buka pintunya, Len!” pinta Rezvan kembali, yang kedua matanya menyemburkan pandangan sayu, kaku, dan berharap dapat mengambil perhatian Ellen. Ellen menggelengkan kepalanya cepat. Ellen pun segera menancapkan kunci mobilnya ke tempat yang semestinya. Brum … brum …. Brum … Ellen memainkan gas mobilnya dan tak lupa menginjam remnya agar mobilnya tidak terbang begitu saja. Harap cemas Rezvan mulai meningkat, kayaknya dirinya tidak bisa mendapatkan maaf dari Ellen, deh. Dan ternyata benar saja, Rezvan gagal mendapatkan kemauannya. Ellen tiba-tiba menginjak gas mobilnya dan pergi meninggalkan Rezvan sendirian di tempat parkir. “ARRRGHHH!” gerutu Rezvan yang membuat dirinya kesal atas dirinya sendiri. Rezvan mengacak-acak rambutnya sambil mengeraskan gigi-giginya. Dari kejauhan, Andin mencoba menerka-nerka apa yang terjadi dengan Rezvan, kenapa seperti orang yang dirundung kesedihan dan kedepresian tiada tara. Andin mengerutkan keningnya, “Kayak di acara termehek-mehek ya, ada perempuan yang kesal sedang sakit hati, dan ada laki-laki yang berusaha meminta maaf dari perempuan tersebut. Dan, ujung-ujungnya salah satu dari mereka ada yang terlanjur marah dan pergi meninggalkan jauh …. jauh … darimu. Terus itu ada lagu backsound ku tak bisa jauh, jauh darimu … “ pikir Andin yang tidak mengerti apa-apa, kenapa kejadian itu bisa terjadi secara cepat. Mungkin saja kalau Andin kreatif atau otaknya penuh dengan cuan, Andin bisa mengambil video soal Rezvan dan Ellen dari tadi dan mengunggahnya ke media sosial. Kalau video soal perseteruan dua sejoli ini pasti sangat ramai diperbincangkan di dunia maya. Bagaimana tidak, netizen memang suka menikmati hal-hal yang berbau amarah, kontroversi, dan penuh dengan haru. Bisa-bisa followers-nya naik drastis dan  banyak iklan-iklan berbayar dan memenuhi kolom pesan Andin. Ah, tapi kalau hanya soal pamor dan duit saja, sama sekali bukan kepribadian Andin untuk saat ini. Andin kan orangnya sangat idealis dan tidak suka memanfaatkan kesedihan orang lain untuk mencari uang. Beda tuh kaya di sebelah, hihihihi. Karena sudah pasrah dan tidak dapat apa yang diinginkannya, Rezvan kembali mengarahkan kakinya ke dalam kafe dan duduk di depan Andin. Wajah Rezvan yang begitu lemas, membuat Andin tidak berani membuka obrolan pertama kali. Jadi, Andin sibuk menghabiskan air mineral yang lebih dulu dipesannnya. GLAK … GLEK … GLAK … GLEK ... hanya suara itulah yang mengisi keheningan di meja bundar milik Rezvan dan Andin itu. Sementara itu, Rezvan malah melamun menatap tiap inchi lantai kafe yang tidak bernyawa itu. “Ya udah Kak, lain kali harus bisa jaga omongan saja sama orang lain,” tukas Andin setelah air mineralnya sudah habis tertelan. Akan tetapi, Rezvan menggubris Andin dan menaikan kedua alisnya ke atas. “Besok kan masih bisa ketemu sama Ellen di kampus, mungkin besok juga bisa diomongin untuk masalah ini,” Andin mencoba menawarkan jalan keluarnya. Rezvan mengangguk pelan. “Hmm … kenapa kalau sama perempuan, dikit-dikit selalu salah?” “Kak, hal itu tidak berlaku di semua perempuan ya, asal Kakak tahu. Semuanya itu tergantung dari sifat dari perempuan itu sendiri, ada yang mudah sakit hati, ada yang biasa aja biarpun diomongin segala macam. Jadi, saran aku ya Kakak perlu menyaring obrolan-obrolan tertentu ketika berbicara dengan orang lain,” terang Andin. Waduh, Andin sudah kayak motivator Merry Riana nih. Tapi bedanya Andin ini masih ketinggalan jauh … jauh sekali sampai tidak terlihat di pelupuk mata. Dan tidak hanya itu, soal nasib juga berbeda seratus delapan puluh derajat ya bund. Yuk, kita kembali ke laptop! “Ya udah lah, besok aku mencoba minta maaf lagi sama Ellen, huft,” ujar Rezvan. “Iya, memang itu perlu Kak. Apapun yang kita lakukan salah, harus minta maaf agar tidak terputusnya tali silaturahmi atau sakit hati yang mendalam dari orang itu sendiri,” balas Andin. “Betul yang kamu bilang … “ Rezvan menganggukan kepalanya. Tidak lama kemudian, ponsel Rezvan bergetar dan cepat-cepat Rezvan membukanya. Mungkin saja ada hal penting, yang harus dibicarakan bersama Rezvan. Dan di sana, sudah ada beberapa chat dari Ellen, masuk ke aplikasi w******p Rezvan. Untuk Rezvan, terima kasih atas caciannya ya.   Rez, kamu ternyata tidak sebaik yang aku kira, ya. Semoga Tuhan membukakan pintu kelapangan d**a seluas-luasnya untuk kamu. Rez, jangan lakukan hal ini ke orang lain lagi ya. Cukup aku saja yang merasakannya. Rezvan pun mengerutkan dahinya setelah membaca beberapa pesan yang hadir di WhatsAppnya dari Ellen. “Apa yang aku lakukan ke Ellen itu sangat fatal, ya?” batin Rezvan. Rezvan pun mencoba mengingat kembali apa yang ia katakan pada Ellen beberapa waktu yang lalu. “Aku sama Andin hanya teman, gak usah bikin narasi yang enggak-enggak ya!” Perasaan hanya itu saja deh yang diucapkan Rezvan sama Ellen. Kenapa Ellen bisa-bisanya sakit hati begitu dalamnya? Emangnya sebelumnya itu Ellen gak pernah mendapatkan ucapan seperti itu dari orang lain? Atau perkataan yang lebih menyakitkan, gitu? Rezvan jadi heran sama Ellen yang sakit hati hanya karena diucapkan hal-hal seperti itu. “Kak Rezvan gak usah melulu sedih seperti itu, yang pasti Kak Rezvan sudah punya niat meminta maaf pada Ellen, kan?” ujar Andin. Rezvan pun menganggukan kepalanya pelan. Andin pun mengecek ponselnya, kok gak ada pesan masuk ya. Hmm, berasa penting ya kamu, Din? Paling-paling yang ngirim pesan juga operator tagihan kartu Hello Kitty. “Kak, kira-kira obrolan kita untuk hari ini cukup gak ya? Aku mau balik ke rumah nih, Mama aku sudah nunggu, hehe,” tanya Andin dengan polosnya, dan ternyata baru mendapatkan perintah pulang dari Bu Ranti untuk segera pulang ke rumah. Andin lupa, kalau ponselnya dibuat mode “diam” pantesan saja ia baru menyadari adanya pesan masuk ke ponselnya. “Oh, sudah kok, sudah,” jawab Rezvan. “Kamu bisa pulang sekarang,” tukas Rezvan selanjutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN