05

2062 Kata
Berulang kali Nara menghembuskan napas jengah. Pandangannya tak lepas dari sosok seorang gadis yang kini sedang balik menatapnya dalam cermin. Gadis itu tampak begitu cantik dengan pink lace dress yang membalut tubuhnya. Rambut panjangnya ia biarkan terurai membingkai wajah dengan polesan make up tipis yang sangat cocok dengan usianya. Nara menundukkan wajahnya. Kegugupan tiba-tiba menyerangnya. Padahal hari ini adalah hari pernikahan ibunya, tapi entah kenapa justru Nara-lah yang merasa gugup. Nara mengatur napas demi menghilangkan rasa gugup yang menderanya. Sambil berusaha meyakinkan diri sendiri, gadis itu mulai melangkahkan kaki rampingnya yang berhiaskan heels setinggi lima senti keluar dari toilet. Cengiran khas milik Kim Mingyu adalah yang pertama menyapa netra cantiknya. Pemuda itu tetap terlihat menawan meski hanya memakai tuksedo sederhana yang cocok untuk pemuda seusianya. "Kenapa lama sekali di dalam?" bariton Mingyu bertanya. Sejak tadi ia memang menemani Nara pergi ke toilet. Tapi ia tidak ikut masuk ke dalam, tentu saja. Mingyu hanya mengantar sampai ke depan toilet. Nara tersenyum gugup. "Aku merasa ... gugup." Mingyu langsung terbahak mendengar kata-kata polos yang diucapkan sang kekasih. Dengan sedikit gemas ia mencubit sebelah pipi Nara. "Kenapa kau yang merasa gugup? Ini pernikahan ibumu, bukan kau." Nara merengut. "Aku tahu ini pernikahan ibuku, bukan aku. Aku juga tidak tahu kenapa aku merasa gugup seperti ini." Mingyu mengangguk mengerti, tapi raut jenaka masih setia menghiasi wajah rupawannya. "Di pernikahan ibumu saja kau merasa gugup, apalagi jika nanti kau yang menikah. Pasti kau akan gemetaran atau bahkan sampai pingsan saking gugupnya." Godaan Mingyu membuat Nara semakin kesal. Apalagi saat ini Mingyu justru tertawa puas melihat ekspresi Nara yang tampak ingin sekali membunuhnya dengan tatapan tajamnya. Tak pelak, pukulan bertubi Nara berikan pada lengan Mingyu hingga membuat pemuda itu memekik kesakitan. Mingyu mengelak dari pukulan Nara sambil sesekali tertawa dan menggoda kekasihnya. "Ekhem!" Satu dehaman yang cukup keras menyapa rungu kedua sejoli yang sedang sibuk dengan dunia mereka. Nara dan Mingyu menoleh ke sumber suara. Seketika senyum canggung terukir di bibir mereka tatkala menemukan sosok Jaehyun telah berdiri di sana. Jaehyun mengusap tengkuknya gugup. "Maaf menganggu kalian. Aku hanya ingin bilang kalau acaranya sebentar lagi dimulai." Nara dan Mingyu terkesiap. "Baiklah, kami akan segera kembali. Terima kasih, Jae." Nara tersenyum manis. Jaehyun tersenyum tipis lantas membalikkan badannya meninggalkan Nara dan Mingyu yang kini saling melirik malu-malu. "Ayo!" ajak Mingyu seraya menarik tangan Nara agar ikut bersamanya. Pemuda itu mulai melangkahkan tungkai panjangnya. Namun Nara enggan untuk mengikuti, membuat dahi Mingyu berkerut heran. "Ada apa, Nara?" Mingyu bertanya lembut. Nara meringis. "Jalannya pelan-pelan saja, ya? Kau tahu kan aku tidak biasa memakai heels? Aku takut jatuh." Mingyu tergelak sebentar. Ia menatap Nara sambil menggeleng tak percaya. "Iya, aku tahu. Nanti aku akan pelan-pelan agar kau tidak kesulitan berjalan. Kau tidak perlu takut akan terjatuh, oke?" Nara mengangguk senang. Lantas Mingyu pun kembali menarik tangannya agar segera beranjak dari tempat mereka berada saat ini menuju tempat upacara pernikahan dilaksanakan. ***** "Saya bersedia," ucapan Sora yang penuh dengan keyakinan dan terdengar begitu lantang mengundang helaan napas lega dari sekian tamu yang hadir dalam upacara pernikahannya dengan Sehun. Senyum haru sekaligus bahagia menghiasi wajah cantik awet mudanya. Tatapannya enggan lepas dari sosok yang kini sudah resmi menyandang status sebagai suaminya, Oh Sehun. Tak hanya Sora yang merasa bahagia, Sehun pun juga merasakan hal yang sama dengan istrinya. Lelaki yang tampak begitu tampan dengan tuksedo putihnya itu tak henti-hentinya menyunggingkan senyum puas. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, ia berhasil meminang sang kekasih tercinta. Sekian lama hanya saling bertatapan, akhirnya tiba juga waktunya bagi Sora dan Sehun untuk berciuman di depan para tamu yang datang. Perlahan, Sehun menarik lembut tangan Sora agar mendekat padanya. Tangan pemuda itu terangkat untuk membuka tudung yang Sora kenakan untuk menutupi wajahnya, menyingkirkan penghalang di antara mereka. Setelah tudung itu tersingkap sepenuhnya, Sehun mulai mengusap pipi Sora dengan gerakan yang sangat lembut. Mata Sora tampak terpejam dan senyumnya mengembang. Wanita itu sedang menikmati sentuhan lembut sang suami pada kulit wajahnya. Sehun tersenyum miring lantas mendekatkan wajahnya pada sang istri. Pemuda itu membuai candunya dengan sebuah ciuman manis penuh cinta yang membuat para tamu undangan berdecak bahagia. Akan tetapi, kebahagiaan itu tampaknya sama sekali tidak dapat dirasakan oleh Nara. Alih-alih ikut tersenyum bahagia atas pernikahan sang ibu dengan lelaki yang dicintainya, Nara justru sibuk tenggelam dalam rasa rindunya pada sosok mendiang ayah tercinta. Gadis itu bahkan tak sanggup melihat momen bahagia yang tersaji di hadapannya. Ia lebih banyak menundukkan kepala saat Sora dan Sehun mengucap janji setia di depan altar. Mengerti akan perasaan sang kekasih, Mingyu segera mengulurkan tangannya menjangkau tangan Nara yang terkepal di atas pangkuan. Gadis Kim itu menoleh padanya dan ia pun menyunggingkan senyum manis terbaiknya. Usahanya tak sia-sia, sebab kini Nara ikut tersenyum karenanya. Saat momen manis itu terjadi, ada dua pasang mata yang melirik ke arah mereka dengan jenis tatapan yang berbeda satu sama lain. ***** Setelah upacara pernikahan usai, giliran acara resepsi sederhana yang diadakan untuk merayakan momen bersatunya Sehun dan Sora dalam ikatan suci pernikahan. Tak banyak tamu yang mereka undang. Hanya beberapa rekan dan sahabat. Walaupun begitu, acara resepsi pernikahan mereka tetap berjalan dengan penuh kebahagiaan. "Jadi itu gadis yang bernama Nara?" Johnny bertanya pada Sehun di sela-sela obrolan mereka bersama dengan Yoongi dan juga Zitao. Tatapan Johnny enggan lepas dari sosok gadis remaja yang saat ini tengah mengobrol dengan dua orang pemuda sebayanya. Johnny baru saja datang, omong-omong. Dia tidak mengikuti prosesi pernikahan Sehun sejak awal. Berbeda dengan Yoongi dan Zitao yang menyaksikan pengucapan janji sehidup semati yang dilakukan oleh Sehun beberapa saat lalu. Sehun, Yoongi, dan Zitao menoleh ke arah yang Johnny tuju. Yoongi dan Zitao kompak terkekeh geli sementara Sehun hanya tersenyum miring. "Benar, dia Nara. Kenapa? Kau ingin mendekatinya?" Sehun bertanya. Ia meneguk minuman yang tadi ia anggurkan dalam genggaman. "Aku tidak tahu kalau seleramu sekarang telah berubah? Kau serius ingin mendekatinya, hm?" Dengan raut jenakanya, Yoongi merangkul dan menatap Johnny, berniat menggoda. Johnny berdecak. Ia mengibaskan tangan Yoongi yang bertengger di bahunya dengan kesal. "Tentu saja tidak! Mana mungkin aku tertarik pada gadis bau kencur seperti dia?" Johnny mengabsen pandangannya kepada ketiga sahabatnya. Lantas, netra pemuda asal Chicago itu kembali terfokus pada Kim Nara. "Dia memang cantik, tapi sayang bukan seleraku. Kalian tahu sendiri kalau aku lebih suka pada gadis seksi seperti Yoona, bukan? Jadi mana mungkin aku mau mendekati anak SMA seperti Nara." Johnny menggeleng seraya meneguk minumannya. Zitao dan Yoongi langsung tertawa mendengar perkataan Johnny. Mereka tertawa sekeras itu setelah mendengar nama Yoona disebut. Gadis cantik bertubuh tinggi semampai itu adalah gadis incaran Johnny sejak lama. Dia juga merupakan gadis paling diincar di kampus. Dulu dia pernah menjadi kekasih Sehun. Namun hubungan mereka hanya berjalan selama tiga minggu. "Baik kau maupun Yoongi, kenapa kalian selalu saja menyukai mantan kekasihku? Padahal mereka semua sudah pernah menghangatkan ranjang apartemenku," Sehun berujar dengan nada setengah mengejek. Seringai khas tercetak di wajah tampannya saat ia mengedarkan netra pada kedua pemuda yang kini mendelik tak terima ke arahnya. "Hei, Oh Sehun!" teriak Yoongi dan Johnny kepada Sehun. Wajah mereka semerah tomat. Kedua pemuda itu hendak melayangkan tinju kepada pemuda ber-eye smile yang kini sedang tertawa puas melihat reaksi mereka. Namun tidak jadi sebab mereka tahu bahwa apa yang Sehun lontarkan pada mereka barusan hanyalah gurauan semata. Yah, walaupun faktanya gurauan itu memang benar adanya. "Aku juga heran pada kalian berdua," timpal Zitao di sela tawanya. "Di luar sana banyak sekali gadis-gadis yang rela melemparkan tubuh mereka hanya untuk kalian cicipi secara cuma-cuma. Tapi bisa-bisanya kalian suka pada mantan kekasih Sehun. Sungguh, kalian begitu lucu." Zitao mengakhiri kalimatnya sambil kembali tertawa. Sehun ikut tersenyum geli. "Nafsu dan cinta itu berbeda, Tao. Kalau yang kubutuhkan itu seks, untuk apa aku menunggu Yoona membalas cintaku hingga selama ini? Ya, aku memang hobi berganti wanita untuk kukencani. Tapi hubungan kami hanya sebatas hubungan di atas ranjang. Untuk urusan cinta, Yoona tetap menjadi pilihan utamaku." Johnny mendengus keras sebelum melanjutkan, "Lagi pula, aku duluan yang menyukai Yoona jauh sebelum dia menjadi kekasih Sehun." Sehun kembali tertawa diikuti oleh Zitao dan Yoongi. Johnny tampak semakin bersungut-sungut. "Kupikir kata-kata Johnny tadi benar," Yoongi menimpali setelah ia puas tertawa. Tatapan dan nada suaranya terdengar serius. "Nafsu dan cinta itu memang berbeda. Aku menjalin hubungan dengan Vindy karena aku mencintainya. Bukan semata-mata karena seks. Cinta itu datang tiba-tiba. Kita tidak bisa memilih kepada siapa cinta kita akan berlabuh, bukan?" Diam-diam, Yoongi melirik pada Sehun sambil menyeringai. "Sama seperti Sehun yang jatuh cinta pada seorang wanita yang usianya jauh lebih tua darinya. Bukan begitu, Hun?" Zitao dan Johnny berdeham cukup keras sementara Sehun langsung menyorot Yoongi yang masih setia menyunggingkan senyum jahilnya. Beberapa detik kemudian Sehun tergelak. Ia menghela napas sebentar kemudian mengangguk pasrah. Mengundang gelak tawa yang lebih kencang datang dari ketiga sahabatnya. "Ya, ya, terserah kalian saja. Yang penting sekarang aku sudah menikah. Jadi jangan bahas soal masa lalu lagi, oke?" "Bicara soal Nara tadi, bagaimana jika aku yang mendekatinya?" Zitao merangkul bahu Sehun seraya menaik-turunkan alisnya. "Dia cantik dan aku tidak masalah jika harus berpacaran dengan gadis SMA sepertinya." Yoongi dan Johnny langsung saling bertatapan. Mereka terkejut sekaligus takjub mendengar ucapan sahabat mereka yang berasal dari Tiongkok itu. Seketika rasa penasaran atas jawaban Sehun meluap. Kedua sahabat itu bergerak mendekat guna mengetahui kata-kata macam apa yang akan dilontarkan oleh Sehun pada Zitao. Sehun diam untuk beberapa saat, seolah sedang berpikir. Pemuda berkulit pucat itu menatap ke arah Nara yang kini sedang asyik bercanda tawa dengan Mingyu dan Jaehyun, kekasih dan sahabatnya. Senyum miring terukir di wajah Sehun seraya ia menyingkirkan lengan Zitao dari bahu lebarnya. Sehun menepuk dan meremas pelan bahu pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya itu sambil menggeleng prihatin. "Maaf, tapi aku tidak sudi punya menantu cengeng sepertimu." Ucapan Sehun sontak membuat tawa Yoongi dan Johnny terlempar ke udara. Raut masam justru ditunjukkan oleh Zitao yang kini mengeluarkan berbagai macam umpatan dari bibirnya. Pemuda itu tak terima dikatai 'cengeng' oleh Sehun. Tetapi ia juga tidak berani menampik sebab pada kenyataannya Zitao pernah menangis di depan para sahabatnya hanya karena takut pada hantu. Bahkan saking takutnya saat itu, Zitao sampai hampir mengompol. Sejak saat itu ketiga sahabatnya selalu mengejeknya 'cengeng'. Sungguh, itu merupakan aib terbesar bagi seorang Huang Zitao. Sehun mengedikkan bahu lebarnya. "Sekalipun aku mengizinkanmu, Nara juga pasti tidak mau didekati olehmu. Pertama, karena dia tidak mudah didekati. Kedua, karena dia sudah memiliki kekasih. Ketiga, karena dia tahu bahwa kau temanku. Nara membenciku sejak awal kami bertemu dan sejak itu dia juga sudah mengecapku sebagai lelaki b******k. Nah, aku yakin dia pasti akan mengecapmu sama seperti diriku. Jadi jangan terlalu berharap, Tuan Huang." Zitao mengerang kecewa. Sekali lagi ia mengarahkan netra pada si Gadis Kim yang menjadi objek pembicaraan mereka sejak tadi. "Padahal dia sangat menarik." Zitao mengembalikan atensinya pada Sehun. "Dan kau tahu, Hun? Penjelasanmu mengenai Nara tadi membuatku semakin tertarik padanya. Tidak masalah jika dia sudah memiliki kekasih. Toh aku bisa merebutnya dari kekasihnya itu." Sehun lagi-lagi menggeleng. "No, you can't." Zitao mengerutkan dahi kebingungan. Begitu pula dengan Yoongi dan Johnny yang sejak tadi hanya menyimak percakapan kedua sahabat mereka. Sehun terkekeh lalu berujar, "Percayalah, dia tidak akan semudah itu jatuh padamu. Padaku saja sikapnya begitu dingin, apalagi padamu. Satu lagi, aku tidak akan membiarkanmu mendekatinya jika niatmu hanya untuk main-main." "Tapi kenapa?" sergah Yoongi dengan raut herannya. "Kenapa kau jadi over protective seperti itu pada anak tirimu?" "Benar. Aku jadi curiga padamu, Hun. Kau tidak berniat ingin mendekatinya, bukan?" Johnny memicing curiga. Ketiga sahabat itu menatap Sehun dengan raut penasaran. Sehun menyunggingkan senyum misteriusnya sambil menatap Nara. Kebetulan saat itu Nara sedang mengedarkan pandangannya dan pandangan mereka pun bertemu. Namun, Nara langsung memutuskan tatapan mereka pada detik ketiga. Gadis itu segera larut dalam percakapan bersama Mingyu dan Jaehyun kembali. Sehun hanya menunduk. Ia kembali meneguk minumannya sambil menyembunyikan senyum penuh arti di balik gelas. Menyisakan tanda tanya besar di dalam kepala ketiga sahabatnya. "Sehun?" Zitao meletakkan tangannya di bahu Sehun, berharap dengan begitu ia bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Sehun tergelak kemudian menggeleng singkat. "Tidak. Aku tidak tertarik padanya. Lagi pula aku sudah mendapatkan ibunya. Mana mungkin aku akan mendekati anaknya juga? Sudahlah! Pokoknya tidak ada yang boleh mendekatinya. Titik!" Sehun berlalu begitu saja dari ketiga pemuda yang kini sibuk menggerutu di belakang punggungnya. Tanpa ketiga sahabatnya ketahui, Sehun tersenyum penuh arti sembari menatap sosok cantik Nara yang kini sedang tertawa bersama Jaehyun dan Mingyu. Sejak awal aku pun merasa bahwa dia adalah gadis yang sangat menarik, batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN