"Kenapa harus cowok itu sih?" desah Greyzia menghela napas, setelah terbangun di pukul tiga dua puluh. Mimpi yang aneh pula. Pun dengan Cinderella yang gonggongannya--entah mengapa--bisa membangunkan dirinya.
Greyzia mengucek-ucek mata. Ia tak sedang membaca. Kedua matanya memang masih terfokus ke arah kitab suci dan buku renungan tersebut. Namun, pikiran Greyzia yang mengembara entah ke mana. Sederetan peristiwa, selain wajah laki-laki tersebut, bergantian mengusik isi kepalanya.
Ah, waktu cepat sekali bergulir. Telah banyak yang terjadi dalam hidup seorang perempuan bernama Greyzia Gunawan. Tak terasa pula, sebentar lagi sudah masuk bulan Desember. Natal hanya tinggal menghitung jam.
Greyzia menguap. Perempuan itu masih mengantuk. Namun, ia tetap memaksakan diri untuk fokus ke kegiatan pembacaan kitab sucinya. Hanya saja fokusnya sepertinya cukup terganggu dengan sesuatu hal. Entah apa ini namanya? Bisakah disebut sebagai jatuh cinta?
Wajah laki-laki berdarah Batak itu sekonyong-konyong menyeruak lagi di kepala Greyzia. Greyzia mulai terbuai oleh lamunan-lamunan aneh. Padahal baru saja kenal, tapi sensasinya seperti sudah lama menjalin hubungan saja.
"Guk!" Cinderella menggonggong dari bawah tempat tidur.
Greyzia terbangun dari khayalannya. Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari cengar-cengir. Kembali pandangannya tertuju pada bacaan kitab suci dan renungan hari itu lagi.
*****
"O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"
*****
Selesai sudah Greyzia membaca bacaan hari ini yang diambil dari kitab Roma 11 ayat 33 hingga 36. Ia sedikit melongo ke arah bawah tempat tidur. Tampaknya Cinderella kembali tertidur setelah sukses mendaratkan Greyzia lagi ke alam realita. Ia tersenyum dan kelihatannya cukup lega. Kembali ia teringat beberapa peristiwa penting sejak tanggal 1 Desember.
Greyzia berdiri dan berjalan menuju letak ponsel. Hanya untuk melihat-lihat foto seorang laki-laki. Rona wajahnya mulai merah muda. Sepertinya perempuan itu harus mengakui ia memang sedang jatuh cinta. Sesuatu hal yang masih terasa asing untuk Greyzia.
"Dipedekatein cowok itu kayak begini bukan, sih?" tanya Greyzia yang masih mempertanyakan.
Segera Greyzia mengetikkan sesuatu di kolom mesin pencari. Itu: "Tanda seorang perempuan sedang didekati". Tulisnya begitu. Inilah hasil pencariannya.
1. Memandang dari kejauhan;
2. Selalu tersenyum saat ada gebetan;
3. Mencoba menjolkan kesamaan;
4. Selalu sadar jika gebetannya mendekat.
Sebetulnya Greyzia masih meragukan apa yang ia baca dari artikel tersebut. Namun, apa yang ia baca itu sepertinya sesuai dengan apa yang rasakan saat ia berada bersama Firman. Ia coba mengingat apa saja yang sudah terjadi. Yang dimulai dari tanggal 3 Desember.
Greyzia ingat kejadiannya. Ia sedang mengantarkan murid sekolah minggunya ke lapo tersebut--di mana orangtua si murid berada. Mungkin hanya perasaan Greyzia. Apa lagi, ia ingat temannya pernah berkata bahwa umumnya laki-laki lebih banyak gugup ketika sedang bersama lawan jenis. Bisa saja Firman gugup karena belum terbiasa mengobrol bersama seorang perempuan. Mungkin laki-laki Batak itu lebih terbiasa mengobrol dengan sesama laki-laki. Yang tak jauh berbeda dengan adiknya, Jason, yang Greyzia baru sadar bahwa kebanyakan teman-teman Jason adalah laki-laki daripada perempuan.
Greyzia menghela napas dan berkata, "Tapi, kalau diingat lagi, kok bisa langsung nyambung gitu? Aku kayaknya nggak risih buat ngomongin kitab suci ke dia."
*****
Memang Greyzia berhasil mengantarkan anak itu ke lapo. Namun, orangtuanya sedang tidak berada di sana. Di tengah-tengah kedua orangtua dari anak sekolah minggu itu malah bergegas ke dalam gereja lagi. Ada kegiatan yang harus diikuti, yang salah satunya adalah latihan paduan suara. Karena itulah, melalui sebuah panggilan telepon, si anak diminta menunggu di lapo untuk sementara waktu.
"Sudah, Dek, nungguinnya di sini aja. Daripada nanti cari-cariannya." ujar Firman saat itu, yang sambil menawarkan sebotol Coca-Cola.
Anak itu menerima tawaran Firman. Anak kecil memang lebih mudah dirayu daripada seorang perempuan dewasa. Apa lagi, minuman itu juga dibayarkan oleh Firman. Tak hanya itu, Firman juga mentraktir anak itu dan Greyzia. Ibunya Firman sampai mengomel-ngomel.
"Cemana kau ini, Firman?" celoteh Ibu Tiur dengan mata melotot. "Sudah kaya kau sampai traktir-traktir orang yang baru kenal?!"
"Sudahlah, Mamak aku tersayang. Ada anak kecil. Nggak enak malah ngomel-ngomel. Toh, pakai uangku juga. Nggak akan aku minta ganti duit ke Mamak juga. Janji, deh."
"Janji kau, yah."
"Aku janji. Kapan aku pernah bohong?"
"Bohong mungkin tidak. Tapi, merahasiakan sesuatu dari Mamak-mu ini, sering kau itu. Yah, sudahlah, kau temani anak kecil dan perempuan itu."
Firman tertawa dan segera menghampiri Greyzia dan murid sekolah minggu. Sesuai penuturan Greyzia tadi, memang benar. Sebab obrolan mereka dimulai dari pembahasan cerita kitab suci. Tampaknya si murid sekolah minggu begitu menggemari kisah Daud melawan Goliat yang berada di kitab 1 Samuel pasal ketujuh belas. Apa lagi si murid sekolah minggu cukup antusias dengan cara Firman bercerita (dan, sedikit dibantu oleh Greyzia). Yang tak terasa, orangtua si murid sekolah minggu datang pula.
Selang beberapa menit, Greyzia pamit ke Firman.
"Abang jago bercerita." ucap Greyzia yang sambil minum teh manis.
"Jangan panggil abang, dong. Panggil Firman saja. Biar lebih akrab."
Greyzia hanya mengikik.
"Oh, jadi kamu tiap minggu jadi guru minggu?"
Greyzia mengangguk.
"Susah nggak jadi guru sekolah minggu itu? Aku pengin, loh, bisa mengajar anak-anak sekolah minggu."
"Yah, kamu mampir saja ke sekretariatnya. Langsung daftar jadi guru sekolah minggu. Kebetulan aku dan teman-teman suka kekurangan orang buat mengajar anak-anak sekolah minggu."
"Tapi aku nggak pede, Gre--" Firman agak kesulitan menyebut nama Greyzia.
"--Greyzia."
"Yah, itulah. Melihat kamu yang lumayan jago mengajar anak-anak sekolah minggu, apa lagi pengetahuan Alkitab kamu juga bagus, minder aku."
"Kenapa harus minder? Tadi kamu lumayan jago cerita soal Daud lawan Goliat itu."
"Itu juga karena itu cerita Alkitab kesukaan aku. Yang lain-lain, aku nggak sejago kamu."
"Kan, bisa belajar."
*****
Greyzia tertawa terbahak-bahak saat mengenang kejadian di tanggal 3 Desember kemarin. Hanya karena seorang anak kelas 4 SD, ia bisa bertemu dengan Firman. Greyzia pun mulai menyadari dirinya tidak canggung mengobrol dengan Firman yang lebih tua dari dirinya. Bahkan sampai membicarakan ayat-ayat atau cerita-cerita Alkitab. Begitu lancar pertemuan dan obrolan di saat pertama.
Dari bawah tempat tidur, Cinderella menggonggong. Greyzia segera meringkuk dan membuka kandang Cinderella. Ia lalu memberikan makanan kepada anjing Poodle tersebut.
Greyzia duduk di atas tempat tidur dan iseng saja membaca 11 ayat 33 hingga 36 tadi. Tulisan renungan itu pun ia baca ulang. Berharap pembacaan Alkitab bisa mengalihkan Greyzia dari perasaannya yang masih bertanya-tanya apakah ia sungguh jatuh cinta ke Firman.
Alkitab itu ditaruh dulu di atas tempat tidur. Ia meraih ponsel dan membuka akun f*******: miliknya. Benar-benar kebetulan yang aneh. Sampai-sampai Greyzia merasa sedang dikejar-kejar oleh Firman. Baru buka akun f*******: saja, sudah ada pembaharuan status f*******: dari Firman.
"Belum pernah merasakan yang seperti ini. Tapi harus aku akui dia memang perempuan yang luar biasa."
Greyzia mengernyitkan dahi dan jantung berdebar-debar lebih kencang dari biasanya. Dalam hatinya, ia mempertanyakan apakah yang ditulis Firman ini ditujukan kepada dirinya. Namun, terkadang Greyzia dihajar oleh pemikirannya sendiri yang mudah berubah-ubah. Mungkin saja itu untuk perempuan lain. Memikirkan yang seperti itu saja, membuat nyeri d**a Greyzia.
Oh, sebelumnya Greyzia tidak berteman dengan Firman di f*******:. Akun f*******: Firman saja baru berada di daftar pertemanan f*******: Greyzia tiga hari setelah tanggal 17 Desember. Saat itu, Greyzia kaget mendapati permintaan pertemanan dari sebuah akun yang bernama akun Firman Tambunan. Lucunya lagi, tanpa pikir panjang, Greyzia langsung mengeklik tombol 'confirm'.
Apakah benar Greyzia sedang jatuh cinta dengan Firman? Cintakah ini? Bukan napsu?
Untuk menghilangkan keraguan dan kegelisahannya, Greyzia bersimpuh dan melipat tangan. Mulailah ia bercakap-cakap dengan seseorang yang sudah menciptakan dirinya dan keluarganya.