"Aduh, ini apa sih yang terjadi sama aku?" sahut Greyzia seraya menarik napas panjang. Sejak kejadian di hari minggu tersebut, mudah sekali wajah laki-laki itu menyusup ke dalam pikiran Greyzia.
"Guk!"
Sekonyong-konyong Greyzia kaget. Ia sebentar menengok ke arah Tak biasanya Cinderella terbangun di jam-jam seperti ini. Biasanya Greyzia yang membangunkannya. Namun, ada untungnya pula. Kalau bukan karena gonggongan tersebut, mungkin Greyzia akan terus melamun hingga pintu kamarnya diketuk. Kalau itu sampai terjadi, bakal ada omelan yang masuk ke telinganya.
Jam di dinding (atau, yang tertera di ponsel Greyzia), sudah menunjukkan pukul 05:32. Sebetulnya Greyzia sudah bangun beberapa menit sebelumnya. Mungkin di jam lima tepat. Ia benar-benar memanfaatkan waktu untuk sejenak menghadap Tuhan melalui pembacaan kitab suci dan buku renungan harian di pagi hari. Mungkin pikiran-pikiran aneh itu bisa ditepis dengan membaca ayat-ayat suci.
Bacaan hari ini--yang dibaca Greyzia--adalah tentang,--sesuatu hal yang sanggup menyentakkan Greyzia dari lamunan itu lagi.
*****
Setia Dalam Perjalanan Rohani
Keselamatan kita adalah tindakan pekerjaan Allah yang dianugerehkan kepada kita melalui Yesus Kristus. Hal itu sudah kita terima dan alami pada waktu kita percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita.
Maka sebetulnya kita akan sungguh-sungguh mengalami keselamatan tersebut ketika kita mengalami perjumpaan muka-dengan muka bersama Kristus kelak dalam kekekalan, oleh sebab itu kita memahami bahwa kehidupan kita sekarang sebagai orang percaya merupakan perjalanan menuju kesempurnaan keselamatan.
Penulis Surat Ibrani, yang dalam ayat 1a, menyapa para penerima suratnya sebagai "saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi". Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang sudah lahir baru.
Setelah mengajak mereka untuk mengenal Yesus yang telah diakui sebagai Rasul dan Imam Besar mereka dalam ayat 1b dan 6, penulis memberikan contoh-contoh kehidupan orang-orang yang setia. Pertama, kesetiaan Yesus kepada Allah Bapa, yang telah memercayakan karya penyelamatan kepada-Nya (dalam ayat 2a). Kedua, kesetiaan Musa dalam menunaikan tugasnya di rumah Allah, yaitu umat-Nya (dalam ayat 2b).
Musa setia sebagai pelayan yang menyampaikan penyataan kehendak Allah kepada umat Israel (dalam ayat 6), terlebih lagi Yesus Kristus yang setiasebagai Anak Sulung yang menjadi Kepala bagi umat Allah di seluruh dunia (dalam ayat 6).
Setiap orang yang termasuk sebagai anggota keluarga Allah bukan hanya pernah mengaku percaya kepada Kristus, tetapi juga setia dalam mempertahankan iman dan pengharapan dalam nama-Nya sampai akhir hidupnya.
Sebagai orang percaya, kita diingatkan untuk setia dalam melaksanakan tugas kita, yaitu memelihara dan menghidupi keselamatan kita dengan penuh harapan. Sambil menjalani keselamatan kita, maka kita juga harus setia bersaksi tentang anugerah keselamatan Allah melalui Yesus Kristus supaya banyak orang mendengar dan diselamatkan.
*****
Greyzia menutup kitab sucinya dan sedikit meminggirkannya ke sisi lain. Ia kemudian beralih untuk terfokus ke salah satu halaman pada buku renungan harian tersebut. Untuk kali ini, ia memilih untuk tidak menekuri apa yang tertulis di sana. Ia lebih memilih untuk mengamati baik-baik bagaimana si penulis menuliskannya. Tertulis di halaman tersebut, bahwasanya tulisan renungan itu ditulis oleh salah seorang pendeta yang tinggal di Denpasar. Pendeta yang bernama Edhie Tjandra itu memiliki pelayanan di kota yang menjadi ibukota provinsi Bali tersebut.
Dibaca ulang oleh Greyzia apa yang Pendeta Edhie Tjandra itu tuliskan. Muncul satu pemikiran dalam kepala Greyzia tentang tulisan yang sehari-hari berkhotbah di salah satu gereja yang ada di Bali. Apakah tulisan yang perempuan ini baca merupakan pergumulan si pendeta? Atau, jangan-jangan si pendeta hanya hobi menuliskan idealisme-idealisme yang berkecamuk di dalam kepala?
Greyzia tersenyum. "Bagus tulisannya. Baru kali aku begitu terkesan sama apa yang ada di dalam buku renungan. Nggak pernah kepikiran buat lebih menghargai caranya dia menulis tulisan renungan ini. Biasanya cuma suka ngerasa tersentil atau, yah, baca buat formalitas atau demi mentalku makin kuat aja."
Dari bawah tempat tidur, Cinderella menyalak lagi.
Padahal Greyzia ingin berdoa terlebih dahulu. Namun, apa boleh buat, Greyzia terpaksa bergegas menuju kolong tempat tidur. Ia membuka kandang Cinderella. Anjing Poodle itu langsung meloncat ke d**a Greyzia. Pipi Greyzia dijilat-jilat Cinderella.
Greyzia meremas-remas bulu Cinderella dan berkata, "Kangen sama aku atau karena kamu laper?"
Cinderella menggonggong dan salah satu tungkainya menunjuk sekotak Royal Canin.
"Hahaha, dasar kamu, yah. Iya, iya, bentar. Aku ambil dulu." Greyzia langsung berjalan menuju rak dan mempersiapkan makanan untuk Cinderella.
Cinderella makan dengan lahap.
"Aku mau doa dulu, yah, Cin. Jangan gonggong-gonggong dulu."
Cinderella tampaknya patuh. Terlihat ada sebuah senyuman dalam wajah anjing Poodle tersebut.
Greyzia mengambil posisi bersimpuh dan berkata-kata dalam hati. Lebih tepatnya lagi, ia sedikit membacakan doa yang tertulis dalam buku renungan harian tersebut--ditambahkan oleh kata-kata karangannya.
'Tuhan, tolonglah aku untuk menjalani kehidupan keselamatan ini dengan penuh antusias menyaksikan Engkau sebagai Juruselamat dan Tuhan, sehingga baik kehidupan dan perkataan kami dapat menjadi saksi-Mu di dunia ini. Semoga juga pelayanan aku di sekolah minggu berjalan dengan lancar seperti biasanya. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.'
Sesuatu hal yang tak biasa telah terjadi pagi hari ini. Entah mengapa Greyzia merasakan deburan aneh dalam d**a. Wajah seorang laki-laki berkacamata menyeruak di dalam benaknya. Itu adalah Firman Tambunan, laki-laki yang kenal karena lapo dekat gereja. Greyzia sampai menggigit bibir bawah dan memegangi letak jantungnya. Ia teringat salah satu kata-kata yang Firman ucapkan.
"Nanti main lagi ke lapo Mamak aku ini, Zia. Kamu kan katanya suka lapet, bikinan Mamak yang paling the best."
Detak jantung Greyzia terdengar makin kencang. Apa ini maksudnya? Masa ia jatuh dengan jatuh cinta dengan anak pemilik lapo Batak tersebut?
Sejak masih duduk di kelas 8 SMP, Greyzia kurang memercayai sesuatu yang bernama 'cinta pada pandangan pertama'. Menurutnya, itu bukan cinta, melainkan napsu. Bagi Greyzia, cinta bisa bertumbuh karena dipupuk. Ada usaha, yang disertai pengalaman-pengalaman subyek dan obyek yang sedang jatuh cinta. Alah bisa, karena terbiasa. Cinta muncul karena sederetan pengalaman. Sejak dulu hingga sekarang, Greyzia selalu beranggapan seperti itu.
Greyzia masih memegangi dadanya. Ia coba menyangkali apa yang menimpanya adalah bukti bahwa dirinya sedang jatuh cinta. Bangkit berdiri perempuan itu. Segera Greyzia ambil ponsel dan melihat-lihat foto Firman Tambunan yang ia potret secara diam-diam.
Sekonyong-konyong Greyzia tertawa. Ia baru sadar satu hal. Ini maksudnya apa, Greysia bertanya-tanya dalam hati. Masa dirinya sedang jatuh cinta? Untuk apa ia memotret Firman secara diam-diam?
"Maksud aku foto cowok ini apa, yah?" tanya Greyzia ke dirinya sendiri. Ia terkekeh-kekeh mendapati kekonyolannya. "Eh, tapi kalau aku lihat-lihat, Bang Firman ini lumayan, sih."
Mendadak Greyzia mengigit bibir bawahnya lagi. Di pikiran Greyzia (yang masih menolak konsep 'cinta pada pandangan pertama'), tak mungkin ia memiliki napsu yang agak berlebihan ke laki-laki yang foto si laki-laki ia lihat-lihat. Bahkan ia berpikir pula, atas dasar apa ia jatuh cinta ke Firman. Ia tak begitu mengenal akrab Firman tersebut.
Tok, tok, tok.
Pintu kamar Greyzia kali ini benar-benar diketuk.
"Ini Mama, Zia," seru mamanya dari balik pintu. "Kamu udah bangun, kan, di dalam?"
"I-iya, aku udah bangun, Ma." Greyzia bergegas menuju pintu dan membuka pintu.
Sepertinya papanya sedang memasang lagu Natal. Penyanyinya mungkin tak terlalu dikenal, tapi bersuara cukup bagus. Greyzia selalu menyukai versi 'Silent Night' yang dinyanyikan oleh penyanyi tak bernama tersebut.