Sudah Minggu Palma. Menurut tradisi gereja-gereja, entah dari denominasi atau sekte mana, konon Minggu Palma merupakan suatu peringatan agar umat Kristiani di seluruh dunia teringat saat Yesus memasuki kota Yerusalem dengan seekor keledai, lalu dielu-elukan oleh warga kota Yerusalem.
Begitulah sedikit yang Firman baca dari warta jemaat gereja. Firman mengangguk-anggukan kepala dan meneruskan kembali membaca kelanjutannya.
***
Makna Minggu Palma untuk Semua dari Kita, Umat Kristiani
oleh Pendeta Eddie Tjandra, S. Th., M. Th.
Penggunaan daun palem pada perayaan Minggu Palma memiliki makna khusus. Salah satunya adalah kemenangan Yesus atas maut. Kita semua tahu untuk apa Yesus disalibkan di atas kayu salib. Dia mengorbankan nyawanya, yang sampai sekarang kita mengingat pengorbanan tersebut demi menyelamatkan jutaan penduduk Bumi.
Lewat kedatangan Yesus ke Yerusalem, tersirat suatu kabar suka cita. Saat Yesus masuk ke Yerusalem, dia menggunakan keledai, yang memiliki makna kesederhanaan dan perdamaian. Ada sebuah makna lain selain memperingati masuknya Yesus ke Yerusalem. Selain makna kesederhanaan dan peringatan masuknya Yesus ke kota Yerusalem untuk kali pertama, itu pun mengingatkan kita akan kesengsaraan Yesus.
Umat Kristiani di seluruh dunia akan selalu diingatkan bahwa setelah dielu-elukan oleh bangsa Yahudi di kota Yerusalem, ke depannya akan ada ada cerita-cerita memilukan hati yang dialami Yesus. Ada kisah Yesus dikhianati oleh salah seorang murid. Ada pula kisah bagaimana Yesus disamakan dengan para tahanan untuk sebuah perbuatan kriminal, yang mana kita tahu Yesus bukanlah seorang kriminal. Hingga, terselip juga kisah keajaiban yang sampai sekarang kita yakini itu benar-benar pernah terjadi. Yesus bangkit dari alam kubur pada hari ketiga. Pantas untuk kita semua untuk memperingati Minggu Palma.
Minggu Palma selalu menjadi perayaan yang selalu dilaksanakan setiap tahun, untuk memperingati awal dari setiap sengsara Yesus hingga menuju kenaikan Yesus ke sorga. Penting untuk kita semua memperingati Minggu Palma. Minggu Palma tak kalah penting dari Natal, Jumat Agung, atau Paskah.
***
Ku terus menunggu di jalan yang kedua
Ku ingin panggil namun ku tak bisa
Saat kulihat ke bawah
Bunga ajisai pun menangis
Bersamaan dengan Firman yang cukup khidmat membaca renungan dari Pendeta Eddie Tjandra di warta jemaat, terdengar sebuah lagu mengalun di ruang aula utama gereja. Itu sebuah lagu duniawi dari sebuah idol group. Ada seorang remaja laki-laki yang memutarnya melalui ponsel. Greyzia sekonyong-konyong menghampiri Firman. Firman menoleh ke arah pacarnya dan tersenyum.
"Serius banget bacanya kamu?!" tanya Greyzia tersenyum dan sudah duduk di samping Firman.
Firman mengangguk dan memandangi Greyzia yang cukup cantik pada hari minggu kali ini. Untuk atasannya, Greyzia mengenakan blazer berwarna merah keunguan yang melapisi kaus berwarna merah muda. Di leher Greyzia, ada kalung berlogo hati. Semenjak resmi berpacaran dengan Firman, kalung hati tersebut sudah menghiasi leher Greyzia. Lalu, untuk bawahannya, Greyzia mengenakan celana panjang berwarna hitam. Sebagai alas kakinya, Greyzia mengenakan heel berhak rendah.
"Kenapa?" tanya Greyzia yang kedua pipinya memerah.
Firman cukup terpukau dengan penampilan Greyzia yang menurut dirinya, lebih cantik daripada hari-hari minggu lainnya.
"Anak cowok yang tadi itu murid sekolah minggu juga. Dulu pernah jadi muridku. Tahun lalu, kalau nggak salah." kata Greyzia tersenyum.
"Oh, gitu. Kamu nggak balik ke gedung sekolah minggu, Zia?" balas Firman.
"Nanti, mau ke sana. Eh, kamu tahu soal bunga ajisai, nggak?" tanya Greyzia yang menatap lekat-lekat mata kekasihnya.
"Nggak, emang ada bunga namanya bunga ajisai? Aku baru pernah dengar, Zia." ucap Firman mengernyitkan dahi.
"Ada. Yah, jelas kamu nggak tahu. Dulu aku juga sempat gitu juga. Bunga ajisai itu katanya cuma hidup di Jepang. Nama Inggris-nya, Hydrangea. Konon, kalau ada orang memberikan bunga itu ke pasangannya, itu berarti permintaan maaf karena nggak bisa meneruskan hubungan lagi." tutur Greyzia seperti seorang guru sekolah minggu yang sedang menerangkan satu kisah dari Alkitab kepada murid-muridnya.
"Oh, gitu." Jantung Firman mendadak berdebar-debar. Firman takut terdengar berita buruk dari mulut Greyzia. Jangan sampai Greyzia ingin putus. "Kamu ngomong gini, bukan karena pengin putus, kan?"
Greyzia terkekeh-kekeh. "Yah, nggak, lah. Lagian aku juga nggak lagi megang bunga ajisai."
"Aku kira. Kaget aku, kalau kamu minta putus dari aku. Jujur, aku nggak mau buru-buru mengakhiri hubungan. Masih dan lagi sayang-sayangnya sama kamu, Zia." kata Firman yang menelan air liur. Bahkan dahi Firman sampai berkeringat.
Greyzia nyengir dan perempuan itu baru sadar bahwa pacarnya itu memegang bunga sakura imitasi. Ia tertawa lagi.
"Sekarang, ketawa karena apa, Zia?" tanya Firman ikut tertawa.
"Lagi Minggu Palma, malah bawa bunga sakura, bukannya bawa daun palem." ucap Greyzia menunjuk ke arah bunga sakura yang dipegang oleh Firman.
Firman tersadar dan tertawa terbahak-bahak. Ia lalu mengangkat bunga sakura tersebut, dan menyerahkannya ke Greyzia.
Greyzia menerima bunga sakura di tangannya dan berkata, "Menurut kebudayaan dan tradisi Jepang, bunga sakura itu sering digunakan waktu upacara kelulusan sama waktu seseorang melamar pacarnya."
Firman mendelik nakal ke arah Greyzia.
Greyzia mengernyitkan dahi. Ganti perempuan itu yang berdebar-debar tak keruan. Ujarnya takut-takut, "Eh, kamu, jangan bilang mau,--"
Firman terpingkal. "Hahaha, mungkin nanti, kali, yah, Zia. Aku belum siap menuju sana. Kita jalani saja dulu masa-masa pacaran kita. Kita bikin romantis dulu, hahaha."
Greyzia mencubit lengan Firman. Spontan Greyzia cemberut.
Firman melanjutkan kata-katanya lagi, "Tapi, aku kaget, kamu tahu banget soal bahasa-bahasa bunga, Zia."
"Dari masih SD, aku sudah suka banget baca soal bunga dan arti-artinya. T'rus, nggak cuma soal bunga, aku juga tahu arti beberapa emoticon gitu. Arti sebenarnya dari emoticon-emoticon yang bahkan di internet nggak ada."
"Oh," Firman mengangguk-anggukan kepala. "T'rus, Zia, kamu itu suka dikasih bunga, coklat, atau jangan-jangan lebih suka dikasih mentahnya aja?"
Greyzia sekonyong-konyong cemberut dan mencubit lengan Firman lagi. "Eh, aku bukan cewek matre, yah. Aku lebih suka mengusahakan segala sesuatunya sendiri. Gini-gini aku tipe cewek mandiri, Bang."
"Ya, ampun, Zia, masa udah jadi pacar kamu, masih dipanggil Abang?" tanya Firman yang sebenarnya sedikit kecewa.
"Sorry, keceplosan." ucap Greyzia nyengir. "Kamu lebih suka aku panggil aku pakai nama kamu, Bang, Mas, atau pakai Sayang aja?"
"Pakai Sayang, dong, maunya. Biar romantis kayak pasangan-pasangan lainnya. Kita bikin romantis, Zia sayang." kata Firman kembali dengan jurus 1001 Cara Menggombali Wanita.
Wajah Greyzia memerah lagi. Perempuan itu menelan air liur lagi. Ia sulit untuk berkata-kata. Setiap Firman mencumbuinya dengan kata-kata, pasti Greyzia cenderung sulit berkata-kata.
Firman memepetkan tubuh ke arah Greyzia dan berbisik, "Aku emang sengaja bawa bunga sakura ini ke gereja. Aku tahu, kok, artinya. Aku emang punya rencana buat menikahimu, Zia. Will you marry me, Greyzia Gunawan?"