Ada yang Mengusik Gideon

1091 Kata
Sebetulnya Mazmur ini tidak berbicara tentang manusia, tetapi tentang Allah dan alam ciptaan- Nya. Kapan terakhir kali kita semua menikmati keindahan dan semarak alam yang Allah ciptakan? Bagaimana caranya pula kita memahami kebesaran Allah? Bagi banyak orang, kebesaran Allah di hari-hari ini dipahami--entah secara intelektual melalui pergumulan-pergumulan dan pemikiran-pemikiran teologis atau secara emosional--melalui pengalaman-pengalaman bernuansa rohani yang menggerakkan perasaan. Masih ada cara lain untuk memahami kebesaran Allah, yaitu cara yang telah digunakan oleh manusia sejak zaman Adam dan Hawa, cara yang seringkali kita lupakan di tengah kesibukan kita sehari-hari. Cara itu adalah melalui alam yang Allah ciptakan dan pelihara. Seperti yang tersurat dari Mazmur 104. Nats itu cukup menggambarkan dengan indah bagaimana berbagai unsur alam ciptaan Tuhan menyatakan keagungan dan semarak-Nya. Keindahan yang luar biasa Tuhan kombinasikan dengan fungsi yang tertata dengan begitu baik, sehingga seluruh dunia tetap terpelihara dengan baik. Sungguh Allah sangat memelihara ciptaan-Nya. Makanya ketika kita merasa penat dan letih, ingatlah bahwa Tuhan juga ingin memberikan kepada kita kelegaan dan sukacita. Tuhan memberikan kepada kita tugas untuk berkarya, tetapi juga untuk menikmati alam ciptaan-Nya. Di dalam alam ciptaan-Nya, terkandung suatu kemuliaan dan pemeliharaan Tuhan. Sangat dahsyatnya fenomena alam serta hewan-hewan yang ada. Sementara Tuhan sendiri melampaui semua itu, yang berada di alam semesta ini. Pantas jika Tuhan layak menerima segala pujian dari sanubari kita semua. Pujian kepada Tuhan tidak hanya dalam bentuk lagu-lagu rohani yang kita senandungkan di dalam ruang gereja selama hampir kurang lebih dua jam. Itu bahkan bisa kita lakukan dalam setiap kesibukan di kehidupan sehari-hari kita. Sudah sepatutnya kita menyediakan waktu untuk Tuhan yang telah menciptakan seluruh alam semesta ini. Caranya mudah. Bukanlah dalam kitab Keluaran, tertulis demikian? Dalam nats Keluaran 20, yang kita kenal sebagai Sepuluh Hukum Taurat, ada salah satu perintah yang mengingatkan kita untuk beristirahat sejenak. Tuhan saja beristirahat di hari ketujuh. Ada baiknya, sebagai makhluk ciptaan-Nya, kita seharusnya ikut beristirahat. Jangan malah terus menerus bekerja sampai lupa untuk sekadar menikmati apa yang sudah Tuhan sediakan. Nikmatilah alam ciptaan Tuhan. Bersukacita di dalam keagungan nama Tuhan. Pujilah Tuhan, sebab Dia yang begitu agung, ternyata sangat mengenal kita secara teramat baik. *** Gideon berhenti menulis. Itu bukan berarti tulisannya sudah selesai. Belum, itu belum selesai. Sepertinya masih ada yang harus diperbaiki. Rasa-rasanya ada yang ditambahkan, selain dikurangi. Gideon berhenti menulis karena terpikirkan sesuatu. Jemarinya berhenti bergerak lincah di atas papan tik. Lalu Gideon tutup sementara jendela Word tersebut. Ada yang ia lakukan. Tangannya lincah tanpa berpikir lebih lanjut membuka sebuah peramban yang berada di tampilan layar komputer jinjingnya. Ia mau menyempatkan diri dulu untuk membuka salah satu akun media sosialnya. Segera ia log in dan membuka halaman profil seseorang. Yang bukan sekadar seseorang, sebetulnya. Ia mengenal secara pribadi akun seseorang tersebut. Ia mengenal yang bersangkutan sejak masih kuliah. Ia dan orang tersebut dulu terlibat dalam sebuah organisasi pers di tingkat fakultas. Orang itu adalah Firman Tambunan. Memang benar. Gideon dan Firman pernah berkuliah di jurusan kuliah yang sama. Keduanya terlibat pula di dalam sebuah organisasi pers tingkat fakultas. Selama keduanya berkecimpung di sana, mereka berdua seperti sedang bersaing saja. Hampir seluruh teman-teman mereka berdua di organisasi pers tersebut, mengetahui adanya persaingan di antara Gideon dan Firman. Jika Gideon menerima tawaran untuk meliput, pasti Firman akan mendekati pemimpin redaksinya sekadar meminta tugas yang tak jauh berbeda dari yang diemban oleh Gideon. Jika Firman menuliskan sesuatu dan itu cukup digemari mahasiswa-mahasiswa di kampus tersebut, cepat atau lambat akan ada gebrakan pula dari Gideon. Di depan layar, Gideon menertawakan masa lalunya tersebut. Akan terasa konyol sekali, saat mengingatnya. Lagi pula, barulah Gideon sadari, dulu itu, kenapa ia seperti itu. Di luar aktivitas tulis-menulis (atau, aktivitas jurnalistik secara khusus), harus ia akui Firman itu sungguh seorang sahabat yang baik. Ia ingat, beberapa kali hari ulang tahunnya, Firman menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun. Tertera di profil Firman, status hubungan sahabatnya itu sudah berubah. Dari 'Lajang' berubah menjadi 'Menjalin Hubungan'. Walau pasangannya tak disebutkan, Gideon tahu siapakah perempuan yang dimaksud. Pastilah perempuan berdarah Tionghoa tersebut. Greyzia Gunawan adalah perempuan di balik perubahan status hubungan Firman. Iseng saja Gideon melihat-lihat isi profil Firman tersebut. Di dalam album foto Firman, terpampang satu-dua foto Greyzia. Yang foto Greyzia saja dan tanpa keberadaan Firman. Orang awam pasti tidak akan mengira foto perempuan Tionghoa berambut panjang itulah alasan di balik perubahan status hubungan Firman di akun media sosial tersebut. Namun, Gideon tahu, pacar yang dimaksud Firman adalah perempuan bernama Greyzia ini. Gideon terkekeh-kekeh menyaksikan beberapa foto Greyzia di dalam akun Firman. Bahkan di salah satu caption, tercantum sederetan kata-kata, yang entahlah, apakah bisa disebut sebagai puisi atau tidak. Mungkin lebih tepat itu disebut sebagai kata mutiara. Atau, kata-kata gombalan juga bisa. Salah satu caption tertulis seperti ini, "You are like a sunshine in the morning in my life. It shines my life. Before knowing you, I'm kind of very messy. I'm grateful to know and have you, the Princess of my Heart." Gideon tergelak. Ia menertawakan apa yang ia lihat dari halam profil akun media sosial milik sahabatnya tersebut. Katanya, "Emang dari dulu, dia emang jago sih bikin kata-kata beginian. Palbis orangnya. Diam-diam suka menghanyutkan." Walaupun demikian, ada deburan rasa aneh yang sekonyong-konyong menggelayuti Gideon. Ada semacam kebahagiaan saat melihat sahabatnya akhirnya memiliki seorang kekasih. Gideon sungguh sahabat yang baik. Seseorang bisa dikatakan sebagai seorang teman yang baik, jika kala kita sedang senang, ia turut merasakan kebahagiaan kita. Namun, tak hanya kebahagiaan yang ia rasakan. Ia pun merasakan datangnya sebuah emosi negatif. Apakah ini yang disebut sebagai cemburu? Pandangan Gideon lalu beralih ke foto-foto Greyzia. Ia menatap baik-baik lekuk wajah Greyzia. Beberapa kali ia menelan air liur. Ia memandangi foto-foto Greyzia secara aneh. Semacam sebuah hasrat ingin memiliki. Mendadak pula wajah Greyzia muncul di benak Gideon. Lalu, Gideon berdesis, "Beruntung Firman bisa dapetin Greyzia, heh," Gideon sontak menggeleng-gelengkan kepala. Ia tergesa-gesa membantah pikiran negatif tersebut, "Aduh, apaan ini? Nggak boleh begitu, ah. Firman itu sahabat aku. Dia orang yang baik juga. Cukuplah persaingan antara aku dan dia waktu kuliah. Masa sampai--" Akhirnya Gideon memutuskan untuk melipat tangan dan memanjatkan sebuah doa ke Tuhan. "Ya, Allah Bapa, terima kasih karena Engkau sudah memberi anugerah kehidupan baru, pujian dan syukur aku panjatkan kepada Engkau semata. Sekiranya biarkan satu hari minggu ini menurut kehendak-Mu saja. Juga, ya Allah Bapa, apakah perasaan yang hamba-Mu ini rasakan? Dia sahabat hamba. Seharusnya hamba senang dengan sukacita yang ia miliki sekarang ini. Jauhkanlah dari raga ini, segenap emosi negatif, khususnya perasaan iri, dengki, atau cemburu. Hamba sungguh tidak mau mengulangi kesalahan-kesalahan hamba pada dia, ya Allahku, ya Bapaku. Dalam nama-Mu yang sungguh ajaib, aku berdoa. Amin."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN