Tumben Cinderella belum menggonggong. Greyzia sedikit mengintip. Ternyata anjingnya masih terlelap dalam kandang. Perempuan itu kembali sibuk dengan pulpen dan buku catatannya.
Buku catatan berisi kumpulan renungan Greyzia setelah membaca kitab suci dan mendengarkan khotbah. Ia bisa menuliskan apa saja ide-ide menarik yang mencuat di dalam otaknya. Salah satunya adalah yang berikut ini.
*****
Pagi ini, aku baru tahu karya Tuhan dalam diri kita itu suatu proses. Selama ini, aku menyangka itu adalah satu peristiwa. Terima kasih Tuhan, karena telah membukakan pikiran aku melalui pengajaran firman Tuhan melalui salah satu gembala-Mu. Dari Pak Pendeta Eddie Tjandra, kemarin minggu itu, aku mengetahui kemajuan sebuah karya Tuhan itu tidak terjadi dalam tiga atau empat hal besar, tetapi dalam ribuan perubahan kecil.
Aku menanggapi perkataan Pak Pendeta Eddie Tjandra itu dalam bentuk suatu perenungan yang cukup mendalam. Seperti begini.
Biasanya di detak-detik menjelang tahun baru kita akan melihat banyak postingan social media tentang resolusi. Itu hal yang menurut aku sangat wajar. Sampai sekarang, aku pun masih hobi menulis resolusi. Salah satunya adalah tentang diet. Aku tidak tahu kenapa, sudah berapa hari ini, aku sepertinya sulit mengontrol kebiasaan makan aku. Maka sampai mengomel-ngomel. Namun, aku tahu nasihat Mama itu baik. Bagus untuk kesehatan aku juga. Dengan berat badan terjaga, itu artinya lebih sehat untuk aku juga. Yang seperti itulah yang aku maksud. Tentang resolusi.
Bagus untuk kita membuat resolusi. Itu artinya, banyak orang menaruh harapan untuk sesuatu hal. Berarti, kita ingin hidup yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Kita ingin diri kita lebih bermakna lagi. Kita pun mendambakan sebuah perubahan baik untuk diri kita maupun situasi di sekeliling.
Itu sama seperti seorang perokok yang menuliskan resolusi ingin berhenti merokok. Atau, seperti aku yang memutuskan untuk membuat resolusi agar bisa menurunkan berat badan di tahun 2024 ini. Atau, seperti Papa yang berharap cicilan-cicilannya berkurang di 2024. Menurut aku, membuat resolusi itu bagus. Itu bisa merapikan sejumlah hal dalam kehidupan kita.
Kita pun harus mengingat bahwa mau bagaimana kita akan mengubah diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, satu-satunya sumber kuasa untuk berubah ialah di dalam anugerah keselamatan Tuhan. Tanpa campur tangan Tuhan, mustahil segala sesuatunya. Itu termasuk, agar resolusi kita terwujud.
Coba kita melihat kehidupan ini di dalam setiap peristiwa kecil. Mungkin kita sering mengabaikannya. Padahal Tuhan justru bekerja lewat hal-hal kecil di dalam hidup kita. Pernahkah terbayangkan bahwa keseluruhan hidup kita satu ibadah di hadapan Tuhan?
Terkadang kita gagal memaknai Tuhan, karena kita sering meremehkan hal-hal kecil. Kita beranggapan, "Ah, itu hanya hal remeh temeh. Buat apa repot-repot?"
Padahal, aku kadang berpikir, bukankah Tuhan menuntut ketaatan kita justru di dalam hal-hal yang kecil? Maka, sebaiknya jangan meremehkan hal-hal sepele. Semoga aku bisa terus berproses, agar dari hari ke hari, aku pun bisa melihat bahwa setiap karya Tuhan itu sungguh nyata dalam kehidupan aku.
*****
Setelah cukup menguras otak dan beberapa kali coretan di beberapa kata, tulisan perenungan Greyzia itu tercipta pula. Greyzia membaca kembali secara baik-baik apa yang baru saja ia tulis. Ia lalu tersenyum dan pada akhirnya, ia memikirkan sesuatu hal. Sepertinya akan lebih bagus lagi, jika tulisan ini coba ia ketik dan kirimkan ke surat elektronik Gideon.
Jam di ponsel Greyzia sudah di atas jam lima sore. Masih sempat jika diketikkan ke dalam berkas Word. Secepat kilat, Greyzia mengambil komputer jinjing yang tersimpan di salah satu rak. Komputer jinjing itu dinyalakan. Entah mengapa jantung Greyzia berdetak-detak tak keruan. Sepertinya itu karena ia sudah tak sabar. Apalagi masih belum ada tulisan-tulisan Greyzia yang lolos seleksi Gideon. Masih saja harus dirombak, entah besar maupun kecil.
Segera Greyzia mengeklik ikon Word. Ia mengetikkan ulang apa yang tadi ia baru saja tulis. Cepat kali Greyzia mengetik. Sekali lagi, ia tersenyum membaca hasil ketikannya.
"Langsung kirim aja, kali, yah?!" tanya Greyzia ke diri sendiri.
Di tengah keraguan Greyzia itulah, datanglah sebuah pesan ke w******p-nya.
"Mari kita sambut hari minggu ini dengan menaruh harapan pada Tuhan. Mari menyerahkan hidup sepenuhnya ke Dia, yang maha dahsyat dan sumber segala kehidupan. Alih-alih membuat resolusi ini dan itu, bukankah kita sebaiknya belajar taat untuk hal-hal kecil yang ada di sekeliling kita, demi meraih anugerah Tuhan di dalam setiap peristiwa kecil?"
Cinderella sekonyong-konyong menggonggong.
Greyzia kaget mendengar gonggongan Cinderella.
Yah, pesan itu memang berasal dari seseorang yang akhir-akhir ini membuat rasa dalam raga Greyzia sungguh berkecamuk. Siapa lagi kalau bukan dari Firman Tambunan. Greyzia mengumbar senyuman tak keruan. Rona wajah Greyzia memerah bagaikan warna anggur yang semalam ia makan.
Iya, semalam ayahnya Greyzia pulang dan membawa banyak sekali makanan dan minuman. Salah satunya itu beberapa tangkai buah anggur berwarna merah cerah. Greyzia kurang begitu memedulikan itu anggur apa. Yang penting rasa anggurnya enak sekali. Sejak kecil, ia sudah menyukai buah anggur.
"Udah bangun, Cin?" tanya Greyzia ke arah Cinderella.
"GUK!" Sepertinya Cinderella memberikan senyuman manis kepada Greyzia.
"Laper?"
Cinderella sok memasang wajah memelas.
Greyzia tertawa terbahak-bahak. "Iya, iya bentar, yah, Cin, aku ambil dog food-nya."
Sebelum memberikan Cinderella makanan, Greyzia mengirimkan terlebih dahulu tulisan itu ke Gideon. Tebersit ide lagi. Kali ini, bukan untuk membuat sebuah tulisan, melainkan untuk membalas pesan seseorang. Tulis Greyzia seperti ini.
"Mauliate, Bang Firman. Kata-kata panjangmu selalu saja berhasil memberikan aku satu suntikan semangat. Eh, mauliate itu artinya terima kasih, kan?"
Setelah terkirimkan ke ponsel Firman barulah Greyzia bangkit dan mengambil makanan untuk anjing kesayangannya. Cinderella segera memakan makanan anjing (yang sebetulnya berasal dari pemberian Gideon) dengan teramat lahap. Greyzia mengelus-elus bulu-bulu Cinderella.
"Eh, Cin," Greyzia tersenyum dan memeluk erat anjing Poodle tersebut. "Kadang-kadang aku bingung sama kamu hari ini. Aku lihat-lihat kamu suka gonggong kalau Bang Firman kirim pesan. Kenapa gitu?"
Cinderella menjilat-jilat wajah Greyzia.
Greyzia tersenyum dan menghela nafas. "Kayaknya aku beneran naksir, deh, sama Bang Firman itu. Menurut kamu, apa dia naksir balik aku juga? Kalau yang aku lihat, kayaknya dia emang naksir aku, deh. Mau bilang suka, tapi masa cewek duluan yang ngomong. Yang cowok, dong, yang harusnya ngomong suka. Gitu, kan, harusnya, Cin."
Sebagai balasannya, Cinderella menggonggong.
*****
Di tempat yang cukup jauh dari rumah Greyzia Firman yang sedang bertelepon dengan Gideon, mendadak bersin.
"Kenapa lagi lu?" tanya Gideon yang sepertinya sedang nyengir.
Firman tertawa, "Nggak apa-apa. Udaranya mendadak dingin, Bro."
"Yah, udahlah, Bro. Kalau lu beneran suka sama si Zia itu, tembak aja langsung."
"Cara ngomong suka ke cewek itu gimana, yah, Bro?"
"Hahaha, aduh, lu ada-ada aja, Man. Udah usia segitu, masih nggak tahu cara nyatain perasaan ke cewek?"