Greyzia Mulai Peka

1021 Kata
Stay with me... Mayonaka no doa o tataki Kaeranaide to naita ano kisetsu ga ima me no mae Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel via aplikasi w******p. Dari Firman. Bunyinya: "Saat kita patuh kepada Tuhan, maka ada harga yang harus dibayar: 1. Korban relasi 2. Korban fisik 3. Korban perasaan 4. Korban harga diri 5. Korban tenaga, waktu, dan harta benda. Selamat hari minggu!" Bersamaan dengan itu, Cinderella menggonggong. Tak biasanya Greyzia bangun kesiangan. Tidak terlalu siang sebetulnya. Jarum pendek jam (yang lebih sedikit), sudah melewati angka enam, Greyzia baru melek. Kemarin itu sungguh malam minggu yang super padat, namun menyenangkan. "Siapa, sih?" ucap Greyzia yang spontan mengucek-ucek mata. Ia sebentar menengok anjing kesayangannya. "Sabar, yah, Cin. Aku kan baru bangun. Nanti pasti aku kasih juga. Lagian, bangunin aku tuh jangan telat-telat." Cinderella menggonggong. Tampang anjingnya itu terlihat kesal. Greyzia bangkit dan berjalan agak sempoyongan menuju rak. Untungnya, semalam ia sudah mengisi daya. Daya ponselnya terisi penuh. Ia cabut kabel pengisi daya dari lubang connector-nya. Wah, ternyata banyak notifikasi. Ada dari i********:, f*******:, YouTube, hingga beberapa aplikasi obrolan. Kelihatannya Greyzia lupa untuk melakukan log out setiap akun media sosialnya. Dahi Greyzia berkerut. Kedua matanya terpicing-picing. Ternyata ada pesan dari Firman. Spontan saja Greyzia tersenyum lebar. Rona wajah Greyzia langsung memerah setiap pesan dari Firman tiba. Akan tetapi, ia masih saja terus menyangkal dirinya memang jatuh hati ke laki-laki berdarah Batak tersebut. Masih dibaca oleh Greyzia, Firman sudah mengirimkan pesan lagi. Puisi ini diciptakan mati-matian, tampaknya. Hello, Luv! Aku hanya mau ucap satu kalimat dalam bahasa yang aku suka Coba, deh, kamu dengar! Daisuki Anata ni daisuki Totemo suki-suki Hontou ni daisuki Luv, pahamkah maksudku? Biar kuterjemahan, spesial untuk kamu More loving you Love you more Over loving you That's it, Luv! Tujuh hari, tujuh malam Kepalaku terasa berat Seperti ada pertunjukan saja Pertunjukan tiga bahasa Apa cinta seperti itu? Karena cinta, aku memahami bahasa Jepang Sebelumnya mana paham Lagi pula apa pentingnya? Padahal yang kucari ada di sini bukan di Jepang Namun, tak apa! Aku rela berkelana hingga Jepang asal berjumpa dengan jodoh Biarlah tersesat hingga Hokkaido Berputar-putar di Atlantik Singgah sebentar di Pulau Paskah Luv, bukankah cinta seperti itu? Kian membuat kota berputar-putar Intinya, di situ-situ saja Ke mana 'ku pergi pasti kembali ke kamu Dari Alaska hingga Selandia Baru Berputar-putar di Gurun Sahara Mentok di kamu-kamu saja Luv, how about you? Dou shimashita? Jantung Greyzia berdebar-debar. Untuk kali pertama, ada yang membuatkan puisi untuk dirinya. Apakah maksudnya ini? Pertandakah ini jika Firman benar-benar menyukainya? "Bang Firman suka sama aku?" tanya Greyzia mengernyitkan dahi. Ia baca sekali lagi puisi tersebut. Apa maksud kata 'luv' itu? Tidak biasanya laki-laki Batak itu mengirimkan pesan obrolan seperti ini. Apa ia harus bertanya untuk memastikan? Greyzia menggeleng-gelengkan kepala. Rona wajahnya masih merah muda. Mau ditanya, tapi gengsi juga. Apa sebaiknya ia bertanya ke salah seorang teman mengenai ciri-ciri seseorang sedang ditembak oleh peluru cinta? Di saat seperti itu, Greyzia teringat Christy, temannya sesama guru sekolah minggu. Menurut pengakuan Christy, gadis berdarah Menado itu sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan lawan jenis. Pasti Christy tahu ciri-ciri seorang perempuan sedang didekati oleh laki-laki. Greyzia langsung mengirimkan pesan ke Christy. "P" tulis singkat Greyzia. Entahlah, mengapa Greyzia selalu membuka obrolan dengan mengetik huruf P terlebih dahulu. Mungkin Greyzia terlalu terbiasa dengan gaya bahasa para pengguna BlackBerry. Sembari menunggu, Greyzia memberikan Cinderella makanan. Masih makanan anjing dari Gideon, sahabat Firman, yang sekaligus mentor Greyzia dalam hal menulis tulisan-tulisan rohani. Datang juga balasan pesan dari Christy. Isinya, "Ada apa, Gre? Tumben jam segini chat gue?" "Baru bangun, yah?" "Baru selesai mandi, malah." "Ada yang gue mau tanya, Kit." "Tanya apa?" Greyzia ragu apakah harus bertanya atau tidak. Namun, satu gonggongan Cinderella membuyarkan keraguan tersebut. Tulis Greyzia, "Soal cinta, nih." Christy memasang emoticon tertawa. "Yah, jangan ketawa dong, Kit." "Sorry, deh. Habisnya lu kan jarang ajak gue chat soal cinta. Eh, cie." "Apaan, sih?" "Maaf, deh. Emang ada apa?" Bersamaan dengan balasan chat dari sahabatnya itu, pintu kamar Greyzia diketuk. Greyzia segera membuka pintu. "Ada apa kamu teriak pagi-pagi, Zia?" tanya Ibu Kezia tersenyum. "Hah? Teriak?" Greyzia mengernyitkan dahi. "Kapan aku teriak, Ma?" "Tadi kamu teriak. Satu rumah dengar, loh. Kalau ada berita bagus, cerita dong ke Mama. Roman-romannya ada yang harus disampaikan ke Mama, nih." pancing Ibu Kezia. Greyzia cengar-cengir. Seharusnyakah ia bertanya ke ibunya langsung? Perihal asmara, selain itu topik yang jarang sekali keluar dari mulut Greyzia. Jika kepepet, paling ia bercerita ke teman-temannya. "Cerita, dong, ke Mama. Padahal dulu kamu lumayan sering curhat sama Mama. Begitu gede, curhatnya ke teman-teman kamu melulu. Mama kan pengin dengar langsung isi hati kamu, Zia. Soal cinta juga nggak apa-apa." "Hehehe." "Wah, kayaknya kamu abis ditembak cowok, yah, Zia!?" terka Ibu Kezia karena melihat cara bicara dan rona wajah anak sulungnya tersebut. *** Luv, suki, suki! Kimi ni hontou ni daisuki Love, love, Luv! Really love you, Luv! More loving you, Luv! Firman segera mengakhiri ketikannya. Ia sedikit ragu apakah harus mengeklik kursor kirim. Sekonyong-konyong ia teringat kata-kata Gideon beberapa hari yang lalu. "Yah, kalau susah disampaikan dengan kata-kata, coba ucapin lewat tulisan. Eh, gue baru ingat, lu kan jago bikin puisi. Coba kirimin Greyzia itu puisi." Makanya, setelah mengirimkan pesan berupa ucapan selamat hari minggu, Firman nekat untuk mengikuti saran Gideon. Selepas pesan ucapan selamat hari minggu tersebut terkirim ke beberapa teman-temannya, ia memutar otak untuk membuat sebuah puisi. Puisinya sudah selesai. Namun, Firman masih meragu hati. Apakah tekadnya sudah bulat untuk mengirimkannya ke Greyzia? Firman meletakkan sebentar ponselnya ke sebelahnya. Ia melipat tangan sebentar. Sebuah doa dipanjatkan. Begitulah Firman, di saat diliputi kebimbangan, pelariannya selalu ke Tuhan. Pengetahuan kitan sucinya pun cukup baik. Andai benar-benar berpacaran dengan Greyzia, perempuan itu seorang perempuan yang beruntung. Sebab, calon pacarnya itu selalu ingat Tuhan. Selesai berdoa, Firman menghela nafas. Ia pandangi layar ponsel. Dibacanya sekali lagi puisi. Beberapa kali sudahlah ia membaca puisi ciptaannya. Tampaknya ia makin mantap mengirimkan puisi tersebut ke Greyzia, perempuan Tionghoa yang belum lama ia kenal. "Bodoh amatlah." ucap Firman gelisah sendiri. "Kalau nanti dia ngerespon, bilang aja mau minta pendapatnya soal puisi yang bakal aku posting di platform." Ah, tentu saja Firman sedang mencari-cari alasan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN