Ada yang berbeda dari salah satu tokoh utama kita ini. Maksudnya, yang perempuan, si Greyzia Gunawan. Untuk kali pertama, ia bangun dari tidur sembari cengar-cengir tak keruan. Ah, lagi-lagi Cinderella menggonggong.
Dengan rona wajah memerah Greyzia bangkit dari tempat tidur. Ia mempersiapkan makanan untuk anjing Poodle tersebut. Kali ini bukan Royal Canin lagi. Makanan anjing khusus untuk Cinderella sekarang ini pemberian dari salah seorang teman. Bisa dibilang teman barunya Greyzia. Sebelumnya Greyzia tidak mengenal Gideon Pattinama. Gideon bilang makanan anjing itu dibeli di Singapore. Saat itu, Gideon berpelesiran ke Singapore karena menghadiri pertemuan antar penulis tulisan-tulisan religi Kristiani.
Greyzia lalu terkenang pertemuan dengan Gideon pasca perayaan tahun baru.
"Tulisanmu juga bagus, Zia." puji Gideon saat Greyzia menemui laki-laki itu di Kota Kasablanka lagi. "Tapi, hindari pakai bahasa-bahasa yang menjurus ke perumpamaan, ungkapan, atau, yang dalam bahasa Inggris-nya, idiom. Bagaimanapun yang kita tulis ini harus bisa membuat seseorang merenungi makna hidup dan makin mendekatkannya ke Tuhan."
Greyzia mengangguk-angguk sembari menyesap minumannya, jus semangka.
"Oke, deh, nanti saya baca dulu tulisan kamu. Saya baca, t'rus kasih masukan bagian mana saja yang harus kamu edit. Nanti, kalau sudah fixed, saya sodorkan ke teman saya yang saya bilang waktu itu. Yah, kamu tenang saja, penulisnya tetap kamu. Saya nggak sejahat itu. Tulisan orang langsung saya klaim sebagai tulisan saya." ujar Gideon panjang lebar. Ia lalu memberikan flash disk itu ke tangan Greyzia.
"Makasih, Kak Gideon, atas ilmunya, juga bimbingan serta nasihatnya." kata Greyzia tersenyum.
"Oh iya, kata Firman, kamu punya anjing, yah."
"Iya, jenis Poodle. Usianya tiga tahun."
"Waktu itu, kan, sebelum Natal, saya baru pulang dari Singapore. Mungkin karena khilaf, yah, hahaha, kebeli dog food begitu. Sayang saja, mubazir di rumah terus. Makanya, begitu ingat cerita Firman, kamu pelihara anjing, saya bawa saja ke sini. Bentar." Gideon membungkuk dan meraih sesuatu dari dalam ransel.
"Ini buat aku?" Greyzia mengernyitkan dahi.
"Yah, nggak, lah, Zia, hahahaha." Gideon lepas kontrol untuk tidak tertawa. "Ini buat anjingmu yang di rumah itu. Lucu, yah, kamu. Kayaknya saya paham kenapa Firman naksir berat sama kamu."
Greyzia makin mengernyitkan dahi. Untuk kali ini, kata-katanya lebih ia gemakan dalam kepala saja. 'Bang Firman naksir aku? Yang bener?'
Gideon menyerahkan satu beberapa lembar kertas (yang mungkin berisi tulisan religi ciptaannya) ke tangannya. "Baca saja dulu tulisan saya ini. Pernah dimuat di The Upper Room versi Indonesia beberapa tahun yang lalu. Kamu pelajari, yah, Zia."
"Guk!" Gonggongan Cinderella membangunkan Greyzia dari lamunannya. Greyzia bergegas menuju rak buku. Di sana, ia simpan kertas kliping dari Gideon. Greyzia membaca sekali lagi tulisan Gideon.
*****
Setia dalam Hikmat
ditulis oleh Gideon Pattinama
Bacaan Alkitab: Amsal 1:1-2a
Kata hokma dalam bahasa Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi hikmat. Kata ini memiliki sinonim dalam bahasa Ibrani yang berarti musar. Musar artinya instruksi atau perintah. Kurang lebih seperti itulah makna musar secara harfiah.
Jika diterjemahkan secara lebih luas lagi, musar bisa pula diartikan sebagai pelatihan dengan pertanggungjawaban yang kuat. Ada pula yang mengartikan sebagai seseorang yang dilatih di bawah otoritas instruktur yang sering marah-marah.
Namun, di sini, selaku penulis, saya tidak ingin membahas lebih lanjut seputar musar. Yang saya hendak sampaikan adalah bagaimana cara kita memperoleh hikmat?
Jawabannya berada di Amsalb1:1-2. Ada tiga yang bisa saya tangkap seperti:
1) Rasa sakit karena konfrontasi pribadi (27:5)
2) Belajar dari kesalahan (26:11)
3) Penderitaan yang Tuhan ijinkan masuk dalam hidup kita (3:11-12)
Dari ketiganya, bisakah kalian bayangkan seandainya mobil kalian mengalami suatu kerusakan yang disebabkan oleh cara kalian berkendara. Setelah kalian membawa mobil itu ke bengkel, montir-montir di sana akhirnya mengetahui kondisi mobil kalian. Dari sana, kalian mungkin bisa mengetahui caranya berkendara dengan baik dan benar.
Hidup ini juga seperti itu. Kita bisa menjadi lebih bijak bila kita masuk ke dalam padang gurun yang tidak dapat dibuat oleh siapapun dan tidak dapat dielakkan oleh siapapun.
Lalu, dengan berhikmat, itu salah satu cara untuk mendisiplinkan diri. Itu membuat kita tidak impulsif, memiliki sikap refleksi diri yang kuat, dan pemikiran yang jernih. Kita akan menjadi tangguh, karena penempaan terus menerus dalam hidup.
Makanya, sebaiknya kita sebagai murid-murid-Nya, tidak anti terhadap penderitaan dan masalah. Penderitaan itu justru seharusnya bisa membuat kita makin taat, setia, dan lebih pasrah kepada kehendak Tuhan. Itu seperti bangsa Israel yang masuk ke dalam pembuangan. Karena mereka terus setia menantikan Tuhan menggenapi setiap janji-Nya. Tidak sekadar setia, namun pula lebih berhikmat.
Hikmat dalam pengertian hokma dan bukan musar itulah yang akhirnya mengantarkan bangsa Israel kembali ke tanah terjanji. Bangsa Israel saja bisa, mengapa kita tidak bisa?
*****
Kepala Greyzia mengangguk-angguk saat membaca tulisan Gideon tersebut. Ia begitu mengagumi bagaimana sahabatnya Firman itu merangkai kata-kata, yang juga betapa cerdasnya Gideon. Dalam hati Greyzia, tebersit rasa iri. Ada pula rasa minder. Greyzia ragu ia bisa menulis tulisan yang seperti ini.
"Guk!" Lagi-lagi gonggongan Cinderella menyadarkan Greyzia. Terburu-buru perempuan itu menepis perasaan-perasaan negatif itu.
Greyzia menggeleng-gelengkan kepala. "Ayo, Greyzia, nggak boleh iri. Nggak boleh cemburu. Kamu juga pasti bisa bikin tulisan sebagus Kak Gideon. Ayo, jangan bikin malu Bang Firman. Udah capek-capek dikenalin, harus bisa dipertanggungjawabkan."
Entah kenapa Cinderella menyalak lagi dan sepertinya sedang memberikan sebuah senyuman yang begitu memotivasi Greyzia. Yang seperti hendak berkata, 'Gitu dong. Majikanku itu bukan orang yang minderan.'
Pada saat Greyzia menyebutkan nama 'Firman', jantung Greyzia berdebar lebih kencang. Wajah laki-laki beretnis Batak itu muncul di kepalanya. Greyzia menelan saliva sambil memegangi dadanya.
"Ini kenapa lagi?" tanya Greyzia yang bingung sendiri.
Di tengah kegelisahan Greyzia ini, pucuk dicinta, ulam pun tiba. Laki-laki Batak itu mengirimkan sebuah pesan.
"Sudah tahukah kamu, minggu ini merupakan minggu Epifani? Epifani merupakan sebuah momen di mana Tuhan menampakkan kemuliaan-Nya, yang memang dirayakan setiap minggu pertama tahun baru. Selamat hari minggu pertama di 2024, Greyzia. Pasti habis selesai berdoa, kan."
Greyzia membaca baik-baik pesan Firman tersebut. Rasa-rasanya ada yang aneh. Sekitar tiga menit kemudian, barulah perempuan itu sadar. Di setiap pesan Firman yang sebelumnya, sepertinya dikirimkan tidak hanya ke Greyzia. Kali ini, di hari minggu pertama di 2024, astaga!
Dibaca sekali lagi dan benar-benar secara baik-baik, dan itu membuat Greyzia makin mengernyitkan dahi. Jantungnya makin berdesir-desir. Sekonyong-konyong Greyzia teringat kata-kata Gideon, "Kayaknya saya paham kenapa Firman naksir berat sama kamu."
Mungkinkah Firman jatuh hati kepada Greyzia?