Aroma Bunga.

1421 Kata
Di balkon Kastil berbahan batu alam milik Axton, Paris duduk di salah satu kursi berselimut bulu beruang. Interior klasik bercat krem dan memiliki lukisan alam tidak membuat perasaan Paris merasa lebih baik. Kemegahan kastil kakaknya ini justru membuatnya nampak kecil dan tak berharga. Paris mendesah dan merasa tak nyaman karena sikap sang kakak yang jelas menunjukkan kekecewaan teramat besar padanya. Tidak ada yang bisa Paris lakukan untuk menepis atau menyangkal kenyataan jika selama hidupnya ia telah bertindak layaknya sampah. Juga tidak bisa dipungkiri jika dirinya sama sekali tidak memiliki kualifikasi sebagai seoraang Alpha. Paris merasa jika dirinya hanyalah sampah dari Blackwolf. Namun kini ia bersedia menebus kesalahan yang seumur hidupnya ia lakukan, dan sudah melakukan langkah itu sejak lama. Dia berlatih mati-matian dan hampir kehilangan nyawanya. Jadi, bisakah kakaknya memberikan sedikit penghargaan atas usahanya selama ini? "Sesuai yang aku katakan tadi, kau bisa meminta bantuan kesatria Alpha-Beta ku jika mampu melawan kawanan Alpha-ku. " Axton dengan wajah tampannya memandang dingin Paris. Jubah gelap bersulam ukiran cakar dari bahan benang perak dan emas menambah kesan d******i yang kuat, yang memang melekat padanya. Paris bahkan sangat iri dengan gerak-gerik Axton yang seolah menunjukkan keganasan dalam penampilannya yang lembut dan menawan. "Kau harus membuktikan pada mereka jika kau layak dibantu. " Paris jelas menyambut baik ucapan Axton. Hanya dengan meminjam kekuatan kakakknya dia memiliki, maka harapan merebut wilayahnya semakin besar. "Aku akan melakukannya, " jawab Paris penuh tekat yang menyala di matanya. Tekat di mata Paris mampu ditangkap oleh Axton, dan itu menimbulkan sedikit senyum di bibir Axton. "Jadi mulai sekarang tinggallah di barak para kesatriaku. Kau harus menjalani yang namanya neraka di sana. Kau akan di bully habis-habisan, dihajar dan dipermalukan seperti pecundang. Dan itu akan berlanjut sampai kau menyerah atau mampu mengalahkan mereka. " Mata Paris membola. Dia tau benar seperti apa kehidupan barak para ksatria warewolf, apalagi kaum Alpha. Itu lebih buruk dari penjara sekalipun. Melihat Paris yang terdiam, ia melanjutkan ucapannya. "Semua pilihan tergantung padamu. " Akan tetapi Paris bukan lagi pria cengen seperti dahulu. Tekatnya sudah mengalir bersama darah di tubuhnya. Dia pernah mengalami hal yang lebih buruk di wilayah serigala abu-abu. Dia pernah mengalami siksaan fisik dan psikis. Jadi, pembullian bukan lagi hal yang menakutkan. Baginya, neraka sesungguhnya itu adalah kematian kesatria Blackwolf yang terjadi di depan mata sedangkan ia tidak mampu melakukan apapun. Kesakitan sebenarnya adalah menyaksikan jeritan para shewolf yang kehilangan mate-nya. Dan penghinaan sebenarnya adalah pengkhianatan dari gadis kejam yang munafik. Paris menyeringai senang. "Tentu saja, Kak. Aku tidak akan berhenti sampai mereka semua mengakuiku. " "Bagus, taklukan mereka tapi jangan bunuh mereka. " Axton akhirnya bangga pada Paris. Adiknya memang sudah berubah. Padahal dia nyaris membunuh Paris jika mengingat sikapnya dulu yang menyedihkan sebagai pewaris kepemimpinan pack Blackwolf. Sekarang Axton bahkan merasakan aura kepemimpinan pada diri Paris meski belum sempurna. Gelombang d******i Alpha warewolf-nya juga sudah berkembang meski tidak sekuat Alpha yang sesungguhnya. Itu membuat Axton lega. "Apa kau mengetahui di mana ayah kita? " tanya Paris. "Aku sudah menyebar orang-orangku agar menemukan ayah dan ibu. Tapi masih belum ada hasil hingga sekarang. " "Ayah ---dia mengalami luka yang cukup parah karena membendung serangan mana kesatria Alpha silverwolf yang ditembakkan bersama-sama. Aku sangat mengkhawatirkan kondisinya." "Aku juga mengkhawatirkan dia. Kejatuhan seorang pemimpin Alpha biasanya di manfaatkan pemimpin pack lain untuk membunuhnya. Dengan demikian dia mendapatkan ancaman dari pemimpin Alpha yang lain demi menaikkan prestisi mereka. " Dalam percakapan itu, samar-samar Paris mencium aroma bunga Sakura dari tubuh Axton. Itu menggelitik rasa ingin tau Paris, sebab yang ia ketahui adalah mate Axton yang meninggal beraroma Lily. "Kak, mengapa aromamu tercium aroma bunga cerry blossom? " "Kau menyadarinya? " senyum lembut tersungging di bibir Axton. "Ini aroma wanitaku. Waktu Sandra meninggal, meninggal usai melahirkan, aku menyelamatkan seorang gadis yang hampir menuju kematian. " "Tsk, ternyata kau tidak sesetia kaum warewolf. Dasar b******n yang beruntung. Apa dia cantik? " Axton tau jika Paris menganggapnya tidak setia. Tapi Axton yakin tidak ada satu pria pun yang bergetar saat melihat Vetri. "Sangat cantik, hampir seperti mimpi. Aku bahkan merasa akan gila jika aku tidak menemuinya. " "Jika dia seistimewa itu seharusnya dia sudah memiliki mate. Apa dia gadis yang di reject pasangannya? " "Kau benar. Dia adalah gadis yang di reject hewolf. Aku hanya ingin mengetahui siapa hewolf bodoh yang sudah me-reject shewolf secantik itu. " "Lalu kau menerimanya begitu saja?" "Apa boleh buat. Memang memalukan tapi aku tidak bisa menyangkal jika kecantikannya bahkan membuatku lupa akan kesedihan karena kehilangan Sandra. " Paris seakan tidak bisa percaya jika ada wanita sehebat itu. "Apa dia sehebat itu? " Axton mendudukkan dirinya di samping Paris. Ia mengambil cerutu dan mulai menyalakan lalu menyesapnya. "Ya, sudah kubilang hewolf yang me-reject nya adalah warewolf terbodoh yang pernah ada. Entah apa yang ada di pikiran pria bodoh itu saat mereject makhluk secantik wanitaku. " "Siapa tau. Mungkin saja kondisi yang tidak mengijinkan mereka bersama. " "Omong kosong." Jauh di dalam hati Paris, kisah yang baru saja diceritakan Axton--- mengingatkannya pada Vetri. Shewolf yang ia tolak hanya karena buruk rupa. Timbul rasa bersalah pada diri Paris saat mengingat kembali kejadian terdahulu. 'Aku harap dia menemukan mate yang baik untuknya. Tidak seperti diriku yang seorang pecundang dan bajingan.' "Baiklah, sekarang tinggallah ke barak kesatria. " "Ya. " Paris melangkahkan kakinya menuju barak kaum Alpha yang mungkin ia ibaratkan sebagai neraka. Namun indera penciumannya selalu menangkap aroma manis bunga Sakura yang memabukkan. Aroma ini juga mengingatkannya pada Vetri. 'Ini hampir sama seperti aroma Vetri. Ah, tidak mungkin. Vetri pasti sudah memutuskan untuk berdoa pada Moon goddes agar mendapatkan mate yang lain. Mana mungkin ia di sini. ' Sayangnya aroma itu tetap tercium hingga membuatnya gila. Paris merasa jika spiritnya berontak dan menyuruhnya untuk menemukan pemilik aroma bunga ini. Jika saja dia tidak ingat jika aroma bunga Sakura adalah wanita kakaknya, mungkin ia akan mengejar pemilik aroma ini seperti orang gila. Di barak kesatria. Kedatangan Paris sudah lama dinantikan oleh Alpha di sana. Mereka tidak sabar memberi sebuah sambutan yang menyenangkan pada Paris--si pecundang dari Blackwolf. Ketika sang pemeran utama tiba, para Alpha itu mulai menjalankan aksinya. "Well sang pangeran cassanova telah tiba! Di mana sopan santun kalian, mana wanitanya!?" salah seorang Alpha serigala bayangan mulai berulah dan menyindir Paris. "Ya, ya, sebentar lagi gadis cantik itu akan tiba. Jadi jangan khawatir. " "Ahahaha. " Tawa pun meledak saat kaki Paris melangkah ke ranjang. Meski tau jika semua ejekan itu dialamatkan padanya, Paris bersikap tidak acuh. Ia tetap berjalan ke kawanannya yang duduk di satu ranjang dan nampak ketakutan. Siapa yang tidak takut dikelilingi alpha buas dan kuat yang siap mematahkan lehermu kapan pun mereka inginkan. Bruk. Akhirnya konfrontasi dimulai. Sean, salah satu Alpha yang sangat membenci sikap pecundang Paris mulai mencari gara-gara. Ia menabrak bahu Paris dengan keras dan mulai berteriak padanya. "Kau sengaja mencari gara-gara, Eh? " Sean mendorong Paris dengan dadanya. Jelas ingin mengajukan tantangan pada sampah Blackwolf. "Duel! " "Duel! " "Duel! " Paris pun mengangguk. "Jika kau menginginkan duel. Maka aku bersedia. " "Yeaaah! " Kawanan Alpha serigala bayangan tersebut langsung mengotong Sean dan Paris menyusuri lorong berdinding batu bata. Tak lama kemudian mereka tiba di stadium luas bawah tanah yang dikhususkan untuk berduel. Bruk! Bruk! Tubuh Sean dan Paris langsung terlempar ke atas ring untuk berduel. > Di kastil utama Shadowolf. "Kau terlihat senang?" Seorang gadis mendatangi Axton yang duduk sambil memegang cangkir kristal di tangannya. Dia mengamati posisi Axton yang santai sambil menyilangkan kaki mengekspos salah satu pahanya. Tubuhnya ia sandarkan ke sisi sofa. Tak ayal otot perut dan bisep di lengannya terlihat sempurna di mata Vetri. "Aku memang mengalami hari yang baik hari ini. " "Itu bagus. " Vetri yang berpenampilan hanya dengan satu lembar kain tipis mendatangi Axton. Dia duduk di pangkuan Axton dan mulai melakukan kegemaran Axton. Wajahnya ia dekatkan pada bibir Axton dan mulai menjilat di sana. "Vetri... " Axton tau jika ia tidak mabuk. Tapi ia merasa selalu mabuk di hadapan gadis ini. Sesuatu yang seharusnya tidak terbangun saat kematian Sandra justru mengeras tanpa bisa ia kendalikan. "F*ck!" "Kau harus mendapatkan hukuman. " Vetri tersenyum, dia sebenarnya datang ke kamar Axton karena tugasnya. Posisinya yang merupakan pain killer bagi Axton mengharuskan ia datang di malam Axton teringat pada Sandra dan menenangkan kesakitan di hati Axton. "Vetri, sebut namaku. " "Ketua... " "Bukan itu. " "Axton, ketuaku. " Axton merasa sangat bahagia. Padahal Vetri hanya melakukan hal yang sederhana tapi hatinya meledak dengan rasa bahagia. "Aku yakin kau adalah malaikat yang dikirim Moon goddes untukku. " Axton memuji Vetri seperti seorang Cassanova. Padahal ia dulu tidak pernah melakukannya pada Sandra. "Dan kau adalah pahlawan yang dikirim untukku. " Dan bagi Vetri, ucapannya bukanlah rayuan. Dia memang berhutang budi pada Axton, penyelamat hidupnya. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN