Tanah yang Paris dan kawanannya pijak menjadi saksi perjuangan sang rogue untuk menempa diri menjadi lebih kuat. Pohon yang tumbuh di atasnya juga turut menyaksikan betapa kerasnya mereka berlatih. Demi kekuatan, demi harga diri pack Blackwolf yang terkoyak, demi para kesatria yang tewas dalam penyerangan. Mereka berlatih, beradu tanding, mengasah cakar juga menguatakan otot-otot tangannya yang dulu hanya mereka gunakan untuk bersenang-senang.
Itu semua karena satu tujuan yaitu meraih kembali harga diri pack Blackwolf agar tidak ada lagi anggota pack mereka yang diperbudak. Semua yang mereka alami adalah alasan yang cukup untuk membuat mereka berlatih lebih keras dari hari ke hari.
Dan kemarin adalah puncak latihan mereka. Mana yang terbangun adalah alasan untuk meninggalkan goa pedalaman hutam tempat mereka bersembunyi dan menuju wilayah di mana kakak Axton tinggal.
Tidak ada lagi rasa takut menghadapi Alpha lain. Tidak ada niatan menyembunyikan diri lagi seperti dahulu. Kawanan Paris tidak lagi menghindar jika bertemu dengan Alpha lain. Sekarang mereka memiliki kepercayaan diri untuk menyerang siapa pun. Jadi mereka tetap berjalan masuk menyusuri desa-desa wilayah kekuasaan serigala yang lain untuk membeli makan atau penginapan. Meski mendapat tatapan curiga, kawanan Paris masih bisa berdiri tegak tanpa takut.
Perjalanan ke wilayah barat sudah berlangsung tiga hari. Di tengah perjalanan itu. Peter yang tidak tahan dengan suasan sepi mulai mengoceh. "Aku ingin menemukan mate ku usai mengalahkan pack serigala perak." Peter membuka percakapan di tengah perjalanan. Sebagai pria yang suka mengoceh jelas ia tidak tahan dengan keheningan.
Clay dan Max terkekeh mendengar penuturan Peter.
''Kuharap mate-mu menerima segala macam kegilaan otakmu, Peter. "
Peter mendelik tak terima. "Hei, aku tidak gila, aku ini terlalu jenius jadi tidak banyak orang yang mengerti tentang pemikiranku. Lihat, kalian sudah membuktikan betapa jeniusnya aku, Kan? "
"Yah dan hampir membuat Paris gepeng dengan batu, " celetuk Smith.
"T-tapi liat hasilnya. Dia berhasil membangkitkan mana petir, dan kalian juga. Iyakan, iyakan? " bela Peter.
"Baiklah, lain kali cobalah memikirkan cara yang tidak membuat salah satu dari kami gepeng. " Clay turut menggoda Peter.
"Terutama mate-mu, atau kau bisa berada dalam masalah. "
"Sialan kalian! " dengus Peter jengkel, dan itu di sambut kekehan teman-temannya.
Mereka masih bercanda di tengah perjalanan. Hal yang dulu tidak pernah mereka lakukan karena terus menjaga kewaspadaan.
Hanya Paris yang terdiam tanpa menanggapi celotehan kawanannya. Masalah mate sudah tidak lagi penting baginya. Pengalamannya mengenai mate tidak pernah dia katakan pada temannya. Harga dirinya yang hancur dan pengkhianatan yang menyakitkan cukup membuatnya menjauh dari hal-hal berbau perasaan. Jadi saat menyebut kata mate, yang terpikir di otaknya pertama kalinya adalah Amy--- gadis yang harus di hukum.
Untuk memenuhi hal itu, dia hanya terfokus pada dendam dan ambisi yang harus ia capai.
"Ayo, " ajak Paris.
Mereka yang tadinya berhenti karena bergurau langsung mengejar Paris di depan. Tidak ada satu pun yang tau apa yang di alami Amy dan Paris. Mereka mengira jika mate Paris menjadi tawanan pack serigala abu-abu saat penyerangan. Jadi tidak ada satu pun yang bertanya karena takut mengungkit luka hati Paris. Siapa pun tau jika mate para Alpha biasanya akan menjadi b***k seksual alpha yang lain ketika mereka berhasil merebut area kekuasaan pack lainnya. Begitulah hukum di dunia warewolf.
Hari demi hari mereka lewati. Beberapa rintangan dan godaan juga datang menghampiri ketika perjalanan berlangsung. Dan ada kalanya juga mereka bertemu musuh dan terlibat pertarungan. Mereka juga mengalami kalah dan menang. Itu membuat mereka semakin dewasa dalam berpikir.
Dan hari di mana mereka sampai di wilayah Axton pun tiba. Suasana misterius begitu terasa di pintu masuk kawasan hutan selatan di mana Axton berkuasa. Semua nampak indah besar dan mengagumkan.
"Wow, apa aku sedang berada di dunia euthopia? "
"Aku sependapat dengan pemikiranmu, Clay. "
"Aku mendengar dari kakakku jika wilayah kekuasaannya istimewa. Tapi aku tidak menyangka jika seistimewa ini."
"Ayo. "
Auuuuuu!
Suara lolongan terdengar begitu kaki mereka melangkah. Itu membuat mereka terdiam kaku. Lolongan itu adalah sebuah peringatan dan ancaman itu sangat serius. Mereka benar-benar akan menyerang siapa pun yang melanggar wilayah selatan.
Paris mendesah frustrasi. Dia tidak mungkin mundur dan menyerah tapi dia juga tidak ingin mendapatkan bentrokan dengan kawanan di bawah pimpinan kakaknya. Sebuah pilihan sulit harus ia ambil.
"Kalian tetaplah di sini. Biar aku yang akan menghadapi mereka. "
"Tapi..."
"Jangan membantah!"
Paris mengeluarkan gelombang energi d******i Alpha pada mereka. Mereka terdiam oleh ancaman Paris yang tidak main-main. Jadi mau tidak mau, mereka tunduk dan menurut pada pemimpin Alpha-nya.
Paris bersiap melawan anggota pack serigala bayangan pimpinan kakaknya. Dia maju selangkah dari tempatnya berdiri. Dan benar saja, sebuah bayangan dengan kecepatan tinggi menuju ke arah Paris dan menghantamnya begitu telak. Paris bahkan tidak sanggup menghindari serangan yang mampu ia lihat dengan kasat mata.
Bugh.
"Ugh... "
Paris berusaha bangkit dan menghindari serangan, tapi serangan itu masih dapat mengenai tubuhnya dan menimbulkan luka padanya.
"Berhenti! Aku di sini bukan untuk bertengkar! Aku ke sini untuk menemui kakakku! " teriak Paris.
Serangan itu pun berhenti. Hanya saja, Paris tidak menyangka jika sosok yang menyerangnya adalah kakaknya sendiri, Axton. Dia menatap adiknya dengan rasa malu.
"Sebagai seorang Alpha, kau sungguh menyedihkan Paris! " cela Axton. Dia sangat kecewa melihat sosok adiknya yang jauh dari kata membanggakan. Padahal ia di tingkat dengan alpha, seharusnya ia tidak selemah ini. Tidak heran jika pack serigala gelap bisa hancur.
"Kakak ~"
"Jika saja orang melihatmu, tidak akan ada yang percaya jika kau adalah adikku. "
"Kau lemah, menyedihkan, seperti wanita. Serangan selemah ini saja kau tidak bisa menghindar. "
Tak lama kemudian, sekawanan pack serigala bayangan datang. Mereka adalah kesatria Alpha bawahan Axton. Keributan di wilayah perbatasan pack shawowolf.
Melihat Paris yang tergeletak di tanah, lusuh dan bau. Jelas saja para kesatria milik Axton memandang rendah sosok Paris. Sudah dari dulu mereka mendengar betapa tidak bergunanya Paris. Dan sekarang mereka membuktikan dengan mata kepalanya sendiri.
"Tetua, kau memiliki adik yang menyedihkan," ejek Sean, salah satu alpha.
"Dia bahkan terlihat seperti wanita, begitu lemah gemulai. "
Paris hanya bisa bangun dan menunduk menerima hinaan dari alpha kesatria kakaknya. Dia tidak memiliki alasan membantah hinaan itu. Tapi!
"Diam! Bagaimanapun aku adalah adik tetua mu. Menghinaku bearti menghina tetua kalian!"
Siiing.
Hening.
Mereka semua terkejut dengan ucapan Paris. Sedangkan Axton hanya memasang wajah datar. Dia pun mendekati Paris.
"Jadi apa maksud kedatanganmu ke wilayahku, Paris? " tanya Axton.
"Aku ingin merebut kembali wilayah Blackwolf!"
Axton mendengus geli. "Tekad tanpa kekuatan hanyalah suatu kesia-siaan belaka, apa kau ingin aku mengorbankan Alpha ku hanya untuk mu? "
"Kak! Tolonglah. Aku sudah berlatih keras untuk menjadi lebih kuat! "
Axton memindai Paris dari ujung kaki dan kepala. Ia melihat adiknya yang jauh lebih berotot dan dewasa dari yang terakhir kali ia ingat. Axton juga melihat bekas kapal dan luka goresan di tangan Paris.
'Seberapa berat latihan yang ia lakukan hingga menjadi seperti ini? "
"Aku tidak ingin menyerahkan kawananku pada pemimpin yang lemah, Paris. " Axton membelakangi Paris, "Tapi jika kau berhasil mengalahkan para kesatria Alpha ku maka aku akan meminjamkan kesatriaku untuk merebut wilayah Blackwolf lagi.
Paris tersenyum mendengar keputusan Axton. Dia pun mengikuti langkah Axton menuju ke kastilnya. Hal serupa diikuti oleh kawanan Paris yang menunggunya.
Paris sama sekali tidak melihat seringai senang kesatria Axton. Mereka terlihat jelas merencanakan sesuatu yang mengerikan pada Paris.
"Aku ingin sekali memukul wajah pecundangnya, " geram Sean.
"Tunggu saja. Kita bisa bersenang-senang dengannya nanti. ''
"Tentu saja. " Mereka bersumpah untuk tidak tunduk pada Paris dengan mudah. Apalagi jika pria itu lemah. Paris bisa menunggu seumur hidupnya untuk menundukkan mereka jika dia lemah.
Tbc.