Jalinan Mate Yang Terluka.

1458 Kata
Dua warewolf, dua hati dan dua jiwa yang seharusnya disatukan dalam ikatan oleh Moon goddes saat ini berada pada posisi saling bersebrangan demi dendam masing-masing. Mereka seharusnya saling melengkapi sebagai mate yang berharga, bukannya berkutat pada kesendirian dalam merajut dendam. Jalinan benang merah mereka kacau karena tujuan masing-masing. Paris yang mendendam pada pack serigala perak, sedangkan Vetri yang dendam pada Paris. b******n yang sudah me- reject-nya. Dua warewolf itu kini berada di satu wilayah. Salah satunya sedang bertarung dengan sengit sedangkan yang lain tengah melakukan tugasnya pada Axton. Padahal mereka begitu dekat, tapi mereka terpisah karena hati mereka yang tak menyatu. Vetri, tidak akan pernah melupakan hinaan dan pengusiran yang ia alami karena Paris. Pria yang seharusnya menjadi mate-nya dan melindunginya justru membuatnya menjadi rogue betina dan mengalami sebuah pengalaman menyakitkan. Paris membuatnya merasakan pedihnya perjuangan di hutan liar serta pengalaman buruk lainnya. "Ketua... " Kini Vetri hanya bisa menyebut Axton kala jiwanya didera kenikmatan. Nafasnya terengah, tubuhnya bergetar. Dia bahkan tidak sanggup mengatakan ini sebuah tugas, di saat Vetri sendiri ikut menikmati dan terlena. Siapa yang tidak terlena pada pria sesempurna Axton. "Axton, aku ingin kau menyebutku Axton. " Mungkin bagi Axton yang dilakukan Vetri adalah sebuah kesepakatan yang harus dilakukan Vetri. Namun bagi Vetri, dia sangat tulus. Bagaimana tidak, Axton adalah penolongnya di kala ia kesakitan dan putus asa. Dia muncul seperti cahaya di tengah kegelapan. Oleh karena itu, Vetri bersumpah akan mengabdi pada Axton sebagai budaknya, bawahannya atau apapun asal bersama Axton. Sesuatu yang seharusnya ia lakukan pada Paris. Axton ternyata tidak menganggap sumpah yang ia lakukan sepeleh. Itu menuntunnya menjadi wanita seorang pemimpin pack serigala bayangan yang terhormat. Selain itu, Vetri ternyata mampu menarik Axton dari kesedihan. Awalnya kondisi Axton yang baru saja kehilangan mate-nya usai melahirkan membuatnya hancur. Kemunculan Vetri secara ajaib membuat Axton tidak lagi merasakan perasaan kesakitan. Dan itu adalah awal mereka menjalin kegiatan ranjang. 'Sumpah itu memang layak dilakukan karena apa yang aku dapatkan sekarang adalah pemujaan seperti ini. ' Beda halnya dengan Axton. Baginya Vetri adalah obat penghilang rasa sakit ketika ia mulai merindukan Sandra. Malam tanpa Sandra sama halnya dengan deraan kesakitan tanpa akhir. Ia ingin membenci putranya yang baru lahir. Ia ingin mengarahkan semua amarahnya pada bayi serigala tak berdosa itu. Beruntung Vetri mencegahnya dari kegilaan. Flashback On. "Aaaghhh Sandra...! " Jeritan kesedihan Axton menyayat hati. Dia terus memukul apapun di depannya sekaligus menyakiti dirinya. Dia nampak terbalut kesedihan tanpa akhir karena kematian mate nya yang berharga. Axton hanya bisa menghancurkan barang-barang di sekitarnya. "Ugh... Sandra ku... Mengapa kau pergi... Sandra. " Seperti biasa Axton selalu memulai periode menyakiti diri sendiri saat malam tiba. Terutama di bulan sabit yang sangat mirip dengan Sandra. Langit gelap bagaikan rambut Sandra. Bulan yang berwarna perak kekuningan mewakili iris Sandra yang sewarna. "Sandraku... Ugh. " Di sela-sela kesedihan dan raungan kemarahan, Axton teringat dengan penyebab mate-nya meninggal. Dendam pun mulai mengambil alih kewarasan Axton. Giginya yang gemeletuk lama-lama membentuk taring tajam yang berliur. "Di mana bayi itu! Di mana anak yang menyebabkan Sandra-ku mati! " Para pelayan jelas tidak ingin membiarkan Axton menyakiti putranya sendiri. Sang pengasuh segera membawa bayi sang alpha dan berlari ke barak alpha untuk mendapatkan perlindungan. Vetri tidak sengaja lewat ketika pengasuh Excel, bayi Axton berlari. "Ada apa? Mengapa kau berlari ketakutan seperti ini? " "Ketua akan membunuh Excel jika aku tidak segera ke barak Alpha. Dia hampir tiap malam meraung untuk membunuh putranya yang meninggal karena persalinan. " "Apa?! " "Aku harus segera pergi. " "Yah. " Vetri kemudian mendatangi kamar Axton yang dijaga dua kesatria Beta. "Buka pintunya. " "Nona, kau bisa terluka. " "Tidak apa-apa. Kalian sebaiknya menyiapkan barikade jika aku tidak bisa mengendalikan ketua. Lindungi tuan Excel. " Kedua Beta itu menurut. Insting mereka mengatakan jika Vetri bisa mengendalikan ketua mereka. Kedua Beta itu pun berlari untuk mendukung pengasuh Excel. Vetri menarik nafas panjang sebelum membuka pintu kamar Axton. Brak. Vetri menatap tak percaya pada pria tangguh yang sudah menyelamatkannya. Di sana ia mendapatkan Axton yang berlutut dan mengeram. Kondisi pria yang tadi pagi begitu mulia ketika menyelamatkannya--- malam ini terlihat berantakan. Rambutnya yang hitam mengalir seperti tinta kini acak-acakkan. Pakaian yang sobek tak tersisa dan tubuh penuh cakarannya sendiri. Jelas pria ini tengah menyakiti dirinya sendiri. Blam. Vetri menutup lembali pintu ganda berbahan kayu tebal itu. Perlahan dia mendekat pada Axton yang menatapnya kosong. "Ketua... " sapa Vetri. Layaknya keajaiban, suara Vetri yang indah mengalihkan kemarahan jiwa Axton. Setiap langkah yang diambil Vetri membuat Axton terpesona dan hanyut ke dalam keindahan gerak-gerik Vetri. Dengan surai pirang keperakannya yang diterpa cahaya bulan, dia nampak seperti ilusi indah dari dunia peri. "Vetri... " "Ketua, katakan apa yang harus aku lakukan agar kau berhenti menderita? " Vetri ikut berlutut di samping Axton. Menatap wajah yang kosong tapi dengan air mata yang mengalir. Pria itu hanya terdiam seakan terhipnotis hingga melupakan kemarahannya. Amarah yang meledak-ledak di gantikan gairah yang mulai tumbuh. "Jangan mendekatiku Vetri. Kau akan menyesalinya, " peringat Axton. Axton mengeram kesal karena tidak bisa mengendalikan gairahnya yang tiba-tiba hadir. Dia takut akan menyerang Vetri dan dibenci gadis itu. Akan tetapi gadis itu justru semakin mendekat. Dia memeluk Axton dengan lembut. Dia ingin pria ini membagi penderitaan padanya. "Sejak kau menyelamatkanku, aku sudah berikrar padamu. Hidupku sudah sepenuhnya milikmu. Bahkan jika kau membunuhku, aku tidak akan menyesal. " Axton mengeram dalam ceruk leher Vetri. Dia begitu mabuk akan kecantikan Vetri yang lembut. "Bagaimana mungkin aku bisa menyakiti makhluk seindah dirimu. Aku bahkan tidak bisa berpikir apapun selain menidurimu dengan keras. " Nafas Axton tersengal. Dia seakan lupa dengan kemarahannya. Ia juga tidak ingat pada kesedihannya lagi. Semua digantikan dengan gairah yang meluap-luap karena kehadiran Vetri. "Jika demikian maka jangan berpikir. Hanya lakukan yang kau inginkan. " Vetri mengangkat wajah Axton agar menatapnya, lalu menempelkan bibirnya pada bibir Axton. Dia berhenti dan menunggu keputusan yang Axton buat. Axton menyambut ciuman Vetri dengan rakus. Tangannya yang tidak lagi berhias cakar tajam merobek pakaian Vetri hingga tak tersisa. Kesetanan karena kemarahan telah berganti. Dan Vetri yang baru melakukan hal ini secara sadar bersiap akan apa yang menimpanya. "Kau akan menjadi milikku! " "Yah, aku sudah menjadi milikmu sejak kau menyelamatkanku. " "Itu bagus, karena aku akan membunuh siapa pun yang merebutmu. " Axton seakan lupa jika gadis ini bukan matenya yang telah meninggal. Dia dengan membabi buta dalam meniduri Vetri yang baru pertama melakukan hal ini. Di pikirannya hanyalah ingin menenggelamkan dirinya jauh ke dalam tubuh Vetri dan memuaskan diri. Tak terhitung menit yang berlalu untuk memuaskan Axton. Semakin lama ia semakin menyukai lembut dan lezatnya gadis di bawahnya. Aromanya, suaranya semua yang dimiliki gadis ini mampu membuatnya kembali bersemangat dengan cepat. Kejadian ini adalah awal hubungan panas untuk mengawali malam-malam selanjutnya. Flashback off. Seperti itulah kisah awal mereka berdua hingga berakhir seperti ini. Jadi, di malam yang membuat Axton mengingat Sandra maka Vetri datang untuk membuat Axton melupakan rasa sakitnya. Seperti malam ini. "Vetri... " Mereka tenggelam bersama dalam nafas nikmat tak berdasar. Axton mati rasa dengan tetesan manis yang Vetri hadirkan. Meski itu tak lebih dari sekedar hubungan ranjang, tapi itu cukup untuk meringankan luka yang mereka miliki. Luka karena Axton kehilangan mate dan luka Vetri yang di reject mate. "Ketua. " "Kau milikku, " desisnya ketika mengalami pelepasan. Axton terus menatap bibir yang indah yang terbuka, mata hijau yang jernih menatapnya sayu. Dia ingin mengklaim semua yang gadis ini miliki. Ia ingin memiliki seutuhnya meski tidak melepaskan perasaannya Sandra yang sudah meninggal. "Aku milikmu... " Vetri melengkungkan punggungnya. Gerakan yang semakin menggoda Axton agar lebih brutal. "Tubuhmu yang indah, kulitmu yang cantik dan basah dengan keringat,semua hanyalah milikku. " "Yah... " Dan segala tanda merah di tubuhnya adalah bukti jika setiap jengkal yang dimiliki Vetri, sudah ia tandai. Axton benar - benar tak berhenti. Perasaannya hangat waktu bersama Vetri, dia tidak bisa memikirkan apapun selain wanita ini. Meski ia bukan matenya Axton tak perduli. Pagi pun mulai menjelang. Axton menghentikan kegiatannya saat waktu yang di mana ia teringat pada Sandra berlalu. Dia menatap gadis yang kelelahan di pelukannya dengan rasa bersalah. "Aku bersyukur kau hadir di hidupku. Apa yang bisa kulakukan tanpamu?" "Tidak ketua. Kaulah yang menjadi pahlawan di sini. Akulah yang tak mampu membayangkan apa yang terjadi pada diriku tanpamu. " "Vetri, kau begitu berharga. " Axton mencium kening Vetri yang bersandar di dadanya. "Kau sangat berharga. " "Aku mendengar kau kedatangan tamu. " "Yah, adikku sedang berada di wilayahku. Dia akan berlatih untuk menjadi lebih kuat. Aku akan mengenalkanmu padanya nanti. " "Tentu saja. " Vetri tidak tau jika adik dari tuannya adalah mate yang menolaknya. Dia menyetujui ide Axton tanpa membantah. "Kurasa kau lelah. Tidurlah. " Vetri mengangguk. Ia perlahan memejamkan mata karena lelah. Kegelapan menyambutnya sebagai sarana beristirahat. Ia sama sekali tidak tau jika jalinan rumit benang percintaannya mulai terbentuk. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN