Di hari keberangkatannya ke Manhattan, masih belum ada kepastian apakah Aurora akan diizinkan berangkat sendirian atau tidak. Beberapa jam yang lalu Abigail kembali menegaskan jika Aurora tidak boleh pergi sendirian, dia juga mengingatkan mengenai rencana liburan Natal yang Aurora sampaikan beberapa minggu yang lalu.
“Jangan bersedih, Princess. Ibumu sedang tidak baik-baik saja sekarang. Dia sangat khawatir padamu..”
Aurora tidak menjawab. Dia sibuk melihat ke arah langit yang dipenuhi oleh kabut. Sudah sangat lama Aurora tidak melihat langit biru yang cerah. Kegiatan industri membuat langit jadi dipenuhi oleh polusi yang menutupi lapisan bumi.
“Bagaimana jika kita meminta bantuan kepada Mrs Reyna untuk mengantarmu ke Manhattan?”
“Daddy, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa menjaga diriku sendiri, tapi Mommy tidak pernah mempercayaiku.”
“Mommy sangat menyayangimu, dia selalu khawatir padamu. Dia seorang ibu, dia pasti tidak ingin ada hal buruk yang terjadi padamu”
“Mommy memang sengaja tidak mengizinkan aku pergi karena dia tidak ingin aku bertemu dengan ayah kandungku. Daddy ingat rencana liburan Natalku? Mommy tidak setuju jika aku menemui ayahku, oleh sebab itu dia mencari alasan untuk tidak mengizinkan aku pergi”
Aurora sudah menghubungi Alfred beberapa jam yang lalu, tapi pria itu tampaknya sedang sibuk sehingga tidak mengangkat panggilan Aurora.
“Tidak, Mommy tidak mungkin berpikiran seperti itu”
“Daddy tidak mengenalnya dengan baik. Dia membenci ayahku, mereka selalu bertengkar dan saling menyalahkan satu sama lain. Aku masih mengingat segalanya..” Aurora menjelaskan dengan menggebu-gebu. “Mereka memang bercerai, tapi hubunganku dengan ayah kandungku tidak bisa berakhir begitu saja..”
Aurora bangkit berdiri dan meninggalkan Dalton yang sedang duduk di kursi taman rumah sakit. Dia ingin pulang ke rumah dan pergi ke bandara diam-diam, tapi Dalton tidak akan membiarkan Aurora melakukan hal itu.
“Bagaimana mungkin Daddy tidak mengenal Mommy dengan baik? Kami menikah dan hidup bersama selama lebih dari 3 tahun..”
“Waktu tidak membuktikan seberapa dalam kita mengenal seseorang. Mommy terlalu benci pada ayahku..” Aurora menundukkan kepalanya.
“Aurora..”
Aurora menyayangi Dalton, tapi dia juga sering merindukan kehidupan masa lalunya.
***
“Dia sudah mempersiapkan segalanya, Abigail. Jangan membuatnya kecewa seperti ini”
Samar-samar Aurora masih bisa mendengar suara Dalton yang mencoba untuk membujuk ibunya.
Tidak ada harapan yang tersisa, Aurora dipastikan gagal dalam mengikuti perlombaan.
“Kau akan membiarkan dia pergi sendirian? Aurora tidak pernah hidup tanpa kita, Dalton. Kau pikir dia bisa bertahan selama sepekan di sana?” Tanya Abigail.
“Maaf jika apa yang aku katakan saat ini membuatmu merasa tidak nyaman. Tapi beberapa jam yang lalu aku sempat menghubungi Alfred dan menceritakan apa yang terjadi pada kita. Aku mengatakan kepadanya jika Aurora akan pergi sendirian di Manhattan, dan dia tidak keberatan akan hal itu. Mereka berencana untuk menghabiskan liburan musim dingin di Washington. Setelah menyelesaikan perlombaannya, Alfred akan menjemput Aurora di Manhattan.”
Aurora membelakkan matanya. Jadi Dalton sudah memberi tahu ayahnya mengenai apa yang terjadi kepada Abigail? Lalu kenapa Aurora masih tidak bisa menghubungi ayahnya?
“Kau.. menghubunginya?”
“Ya, karena aku tahu jika Aurora sangat ingin menghabiskan liburan bersama dengan ayah kandungnya..”
“Kita tidak sedang membicarakan mengenai Washington dan liburan Natal. Kita berbicara tentang siapa yang akan menemani Aurora selama dia di Manhattan!”
“Alfred setuju jika Aurora berangkat sendirian ke Manhattan. Dia mengatakan jika Aurora sudah cukup besar untuk belajar bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Lagipula di sana dia akan tinggal di hotel dan mendapatkan akomodasi dan transportasi dari pihak penyelenggara perlombaan. Aurora tidak akan mendapatkan kesulitan apapun”
“Alfred tidak mengenal putriku! Dia tidak tahu apa saja yang dibutuhkan oleh Aurora. Bagaimana mungkin kau bertanya padanya mengenai apa yang harus kulakukan pada putriku?”
Aurora mulai merasa kesal pada ibunya. Memangnya apa yang salah dengan menghubungi ayahnya? Alfred adalah ayah kandungnya, pria itu memiliki hak untuk menyampaikan pendapat mengenai Aurora.
“Abigail, berhentikan bersikap berlebihan. Ini semua untuk kebaikan Aurora. Alfred sendiri berjanji jika dia akan menjemput Aurora dari Manhattan dan dia juga akan mengantarkan Aurora pulang ke Colombus”
“Aku tidak bisa berada di tempat yang sama dengan Alfred. Kau tahu itu..”
“Abigail—”
“Kenapa Mommy sangat egois?” Aurora bangkit berdiri dan berjalan ke ruangan tempat ibunya dirawat. Sejak tadi Aurora hanya duduk diam di ruang tunggu yang memiliki lorong penghubung dengan tempat tidur pasien, mendengar semua kalimat dan ungkapan keras kepala ibunya membuat Aurora merasa tidak tahan.
“Aurora, tolong tetaplah dudu di luar, Princess.” Dalton berjalan mendekati Aurora yang sedang berdiri di samping ranjang ibunya.
“Aku tidak bisa terus diam dan mengikuti segala hal yang Mommy ucapkan. Aku bukan boneka, aku putrinya!”
Menatap bagaimana keadaan ibunya saat ini membuat Aurora merasa tidak tega. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Jika Aurora tidak berhasil mengubah pikiran ibunya, maka dia tidak akan bisa berangkat ke Manhattan.
Aurora akan mengikuti sebuah perlombaan yang cukup penting. Lembaga meteorologi yang ada di Manhatta mengadakan sebuah perlombaan dimana pemenangnya akan mendapatkan kesempatan mendapat beasiswa untuk berkuliah di universitas negeri di seluruh Amerika.
Aurora tidak berasal dari keluarga kurang mampu sehingga dia mengalami kesulitan pembiayaan, tapi siapa yang tidak ingin mendapatkan beasiswa?
“Aurora.. tenangkan dirimu. Daddy akan berusaha untuk mengurus ini, jangan berbicara kasar pada Mommy-mu.” Dalton kembali menenangkan Aurora.
Sampai kapan dia akan seperti ini? Menjadi boneka yang dikuasai oleh ibunya tanpa pernah mendapat kesempatan untuk melakukan kemauannya sendiri.
“Kita bisa mencari perlombaan lainnya. Lagipula ini perlombaan meteorologi, Aurora.. ini tidak terlalu penting”
“Bagaimana mungkin Mommy mengatakan jika meteorologi tidak penting? Memangnya siapa yang selalu memberikan ramalan cuaca kepada kita setiap pagi? Siapa yang memperkirakan adanya badai atau perubahan cuaca ekstrem sebelum kita keluar rumah? Bisakah Mommy berhenti menjatuhkan bidang keilmuan yang dipelajari oleh ayah kandungku?”
“Aurora! Kenapa kau selalu menyudutkan ibumu sendiri?”
“Karena Mommy pantas untuk mendapatkannya. Semua ilmu di dunia ini sangat penting untuk dipelajari. Jangan menganggap remeh sebuah ilmu hanya karena Mommy tidak berhasil untuk mempelajarinya. Aku suka meteorologi, aku tidak peduli apakah Mommy menyukainya atau tidak”
“Aurora, berhentilah, Princess” Dalton menarik Aurora dengan pelan.
“Baiklah, pergilah, Aurora! Pergilah ke Manhattan dan ikuti perlombaan itu. Jika nanti kau menjadi seorang ilmuan tidak berguna seperti ayahmu, jangan pernah datang dan mengucapkan penyesalan pada Mommy”
Aurora tercengang ketika mendengar kalimat yang dikatakan oleh ibunya. Apa pantas seorang ibu menanamkan kebencian pada putrinya?
“Ini hanya sebuah perlombaan, kenapa Mommy menganggap semuanya serius?”
Aurora menatap ibunya dengan pandangan kecewa.
Hari sudah semakin sore, penerbangannya akan berangkat pada pukul 11 malam. Tidak ada waktu berdebat karena saat ini Aurora harus segera berkemas dan menyiapkan keberangkatannya.
“Karena kau tidak berhenti mendebat Mommy!”
“Hentikan semua ini. Aurora, pergilah keluar. Jangan membuat ibumu semakin marah”
Aurora mengusap wajahnya dengan kasar. Selain merasa marah, Aurora juga sangat kecewa atas setiap kalimat yang diucapkan oleh ibunya sendiri.
***
“Hei, sayang. Maaf karena Daddy baru sempat menghubungimu”
Aurora menatap pantulan dirinya di cermin toilet. Beberapa kali ada suara pengumuman keberangkatan pesawat yang terdengar melalui pengeras suara.
Malam ini bandara cukup ramai sehingga membuat Aurora jadi sedikit gugup.
“Tidak masalah, aku masih belum naik ke pesawat” jawab Aurora dengan pelan.
“Apakah semuanya baik-baik saja? Suaramu terdengar sedikit berbeda..”
Aurora membasuh wajahnya lalu mencuci tangan di kran wastafel. Untuk mengurangi rasa gugup, Aurora memilih untuk menghabiskan waktu di toilet. Ini adalah salah satu kebiasaannya sejak kecil.
“Aku baik-baik saja”
“Maaf karena Daddy tidak bisa menemanimu di Manhattan, ada beberapa proyek yang harus Daddy selesaikan sebelum malam Natal”
“Tidak masalah, aku akan berangkat sendiri ke sana. Ingatlah untuk menjemputku ke Manhattan, aku tidak ingin pulang ke Colombus”
“Pasti. Daddy pasti akan menjemputmu. Kau akan menikmati liburan natal di sini bersama dengan Daddy”
“Kurasa aku harus segera mematikan ponselku. Aku akan menelepon ketika sudah sampai di Manhattan” Kata Aurora.
“Baiklah, sampai jumpa”
Ribuan manusia yang hilir mudik di bandara tampak sangat sibuk untuk mengurus keberangkatan mereka. Beberapa orang tampak fokus dengan ponsel di tangannya, dan beberapa orang lainnya terlihat sangat sibuk untuk memperhatikan barang bawaan mereka. Bandara menjadi salah satu tempat yang tidak memiliki jam istirahat.
“Hubungi Daddy kapanpun kamu membutuhkan bantuan. Jangan lupa untuk memesan makanan, jangan keluar dari hotel sebelum mendapatkan kendaraan jemputan, dan jangan lupa untuk mengunci jendela kamarmu di malam hari” Dalton memperingatkan Aurora yang sebentar lagi akan segera berangkat.
“Aku tahu apa yang harus aku lakukan, Daddy tidak perlu khawatir..” Aurora menjawab dengan pelan.
Untuk yang pertama kalinya, Aurora masuk ke dalam pesawat tanpa menggandeng tangan ibunya. Melangkah sendirian sebagai seorang gadis mandiri yang bebas dari setiap aturan. Aurora menyayangi ibunya, dia menghargai setiap pendapat ibunya karena itu selalu menginginkan hal terbaik untuk Aurora. Aurora menggenggam tangan seseorang yang berjalan beriringnya dengannya, bukan ibunya, tapi kini ada orang lain yang berdiri di sampingnya.
Senyuman Aurora mengembang ketika menatap Victor yang sedang sibuk meletakkan tas ke atas bagasi.
“Kau yakin kita akan pergi ke Manhattan bersama?” Pemuda itu bertanya ketika Aurora menatap ke arah langit yang tampak gelap karena tidak ada satupun bintang.
“Kita sudah berada di dalam pesawat..” Aurora menjawab sambil mengendikkan bahunya.
“Ibumu pasti akan membunuhku jika tahu aku pergi bersamamu, Aurora..” Victor tersenyum dengan geli.
“Well, dia pasti juga akan membunuhku..” Aurora kembali menjawab sambil tertawa pelan.