Manhattan, New York (US)
Salju turun ketika Aurora dan Victor mendarat di Manhattan. Ini menjadi salju pertama yang Aurora rasakan tahun ini. Untunglah Dalton memintanya membawa mantel hangat yang tebal, jika tidak maka bisa dipastikan jika Aurora pasti akan sangat kedinginan.
“Manhattan mendapatkan salju lebih awal” Kata Victor sambil menarik koper mereka untuk mencari mobil penjemput yang telah tersedia di depan bandara.
Aurora beberapa kali menggosokkan kedua telapak tangannya karena merasa kedinginan.
“Aku suka pada hujan salju” Kata Aurora dengan pelan.
“Apakah kau kedinginan, Aurora? Pakailah mantel milikku” Kata Victor sambil melepaskan mantelnya.
“Tidak! Hei, kau akan kedinginan” Aurora berusaha untuk menolak.
“Kita akan segera masuk ke dalam mobil, aku tidak akan merasa kedinginan”
Victor tertawa pelan ketika melihat Aurora terkubur di dalam mantelnya yang besar.
Udara Manhattan terasa sangat asing bagi Aurora yang sangat jarang bepergian ke luar kota. Tempat ini sangat asing baginya, tapi dia merasa tenang karena Victor ada bersamanya.
Tidak pernah ada jam istirahat di New york, tempat ini seakan selalu ramai dengan lampu-lampu indah yang menerangi jalan. Salju berhenti turun ketika Aurora sampai di depan hotel. Musim dingin baru saja dimulai, wajar jika salju hanya turun dalam beberapa menit saja.
“Kita memiliki 2 kamar di dalam ruangan ini?” Victor bertanya kepada Aurora ketika mereka masuk ke dalam kamar hotel setelah melakukan reservasi.
“Ini kamar keluarga, ibu dan ayahku biasanya akan memesan dua kamar untuk kami. Kau bisa menggunakan kamar itu..” Kata Aurora dengan sedikit gugup.
Bukan hanya pertama kali melakukan perjalanan dengan Victor, tapi ini juga akan menjadi kali pertama dia berada di dalam satu ruangan hotel dengan pemuda itu.
Aurora tahu jika Victor adalah pemuda yang baik, dia tidak akan melakukan sesuatu yang buruk meskipun mereka berada di dalam satu ruangan yang sama. Aurora mempercayai Victor sepenuhnya, tapi masalahnya dia tetap saja merasa gugup..
“Aku merasa berdosa karena menipu kedua orangtuamu, Aurora..” Victor masuk ke dalam kamar yang ada di sisi kiri sambil menarik koper miliknya.
Tidak seperti Aurora yang membawa dua koper besar berisi pakaian dan beberapa buku miliknya, Victor hanya membawa satu koper.
“Kau tidak melakukan kesalahan apapun..” Kata Aurora sambil ikut masuk ke dalam kamar milik Victor.
Hotel ini mengambil konsep vintage dengan meletakkan warna-warna yang menggambarkan kehangatan di dalam setiap dinding hotel. Ada beberapa ukiran indah yang diletakkan di atas meja di ruang utama. Ada sebuah televisi besar yang menyatu dengan tembok dengan cat sweet peach yang dipadukan dengan warna coklat gelap di bagian sudut. Aurora merasa jika tempat ini sangat nyaman untuk ditinggali saat melakukan liburan keluarga.
Ada kolam renang yang turun melengkapi fasilitas hotel, tapi di musim dingin seperti ini, siapa yang akan berenang?
“Tempat ini sangat indah” Kata Victor sambil melihat ke sekeliling wilayah kamarnya.
Aurora setuju pada pendapat Victor.
Tangan Aurora bergerak untuk mendekati penghangat ruangan yang diletakkan di dekat lemari pakaian. Satu pekan ini Aurora akan tidur di tempat yang sangat luar biasa.
“Segeralah menghubungi orangtuamu agar mereka tidak khawatir, Aurora..” Kata Victor.
Aurora baru ingat jika dia harus menghubungi Dalton begitu dia sampai ke hotel. Untung saja Victor mengingatkannya.
Aurora mengeluarkan ponselnya dan segera menyalakan sambungan data seluler agar bisa menghubungi Dalton.
Ini sudah lewat tengah malam karena perjalanan dari Ohio ke New York memakan waktu hingga lebih dari 2 jam, lalu dilanjutkan dengan perjalanan menggunakan mobil dari bandara ke hotel yang hanya memakan waktu sekitar 10 hingga 15 menit.
“Aurora? Semuanya baik-baik saja?”
Di dering kedua, panggilan Aurora langsung tersambung.
“Ya, semuanya baik-baik saja. Aku sudah sampai di hotel, tempat ini sangat indah..” Kata Aurora dengan antusias.
Keluar dari kamar Victor, Aurora memilih untuk duduk di ruangan utama yang berhadapan langsung dengan televisi 42 inch yang menyiarkan berita cuaca karena beberapa jam lalu Manhattan baru saja mendapatkan salju pertamanya.
“Apakah di sana turun salju?”
“Ya, sempat turun salju selama beberapa menit..”
“Baiklah, segeralah tidur karena besok pagi kau harus mulai melakukan perjalanan untuk mempersiapkan perlombaanmu Senin depan. Oh, jangan lupa untuk memesan makanan, Aurora”
Aurora baru saja makan beberapa jam sebelum dia berangkat ke Manhattan, dia tidak mungkin makan di jam 1 tengah malam.
“Aku masih sangat kenyang, Daddy. Aku akan makan besok pagi..”
“Apakah itu Aurora?”
Aurora mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara ibunya dengan samar.
“Iya, dia baru saja tiba di hotel. Kau mau bicara dengannya?”
“Tidak.”
“Kurasa aku akan tidur, aku akan menghubungi Daddy besok pagi..” Aurora buru-buru memutuskan sambungan teleponnya bahkan sebelum Dalton menjawab.
***
Pagi datang dengan sangat cepat karena Aurora baru bisa terlelap pada pukul 2 pagi.
Victor telah lebih dulu bangun, pria itu sudah siap di ruang utama sambil mendengarkan berita mengenai cuaca Manhattan yang disiarkan di televisi.
“Hei, apakah tidurmu nyenyak?” Tanya Victor sambil tersenyum.
Aurora sedikit merasa malu karena dia bertemu dengan Victor di saat pria itu sudah rapi sementara dirinya masih sangat berantakan karena dia belum mandi, bahkan belum menggosok gigi ataupun mencuci muka.
“Ya, bagaimana denganmu?”
“Tempat ini sangat menyenangkan, aku tidur dengan cepat dan bangun terlambat pagi ini”
Well, Aurora jauh lebih terlambat dari pada Victor.
“Aku akan segera mandi agar kita bisa turun untuk sarapan..” Kata Aurora dengan pelan.
“Baiklah..”
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Aurora untuk mandi dan bersiap-siap. Hanya dalam waktu 30 menit, mereka sudah berada di salah satu restoran yang ada di dekat hotel. Victor menemukan tempat itu dari rekomendasi yang ada di internet.
Aurora memesan pancakes dengan buah stroberi dan pisang yang disiram oleh saus caramel dan krim kocok. Ibunya sering membuat pancakes untuk sarapan, oleh karena itulah Aurora terbiasa memakan pancakes di pagi hari. Sementara Aurora memilih makanan manis untuk disantap di pagi hari, Victor lebih tertarik dengan burrito yang berisi telur, bacon, kentang dan juga keju.
“Kau mau mencoba burrito?” Tanya Victor begitu pesanan mereka tiba.
Aurora menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dia tidak terlalu tertarik dengan makanan yang berisi keju.
“Aku tidak suka keju”
“Ah, iya.. Aku lupa jika kau membenci keju” Victor tertawa pelan sambil menikmati sarapannya.
Pagi ini Manhatta terasa cukup dingin karena semalam sempat turun salju. Beberapa pejalan kaki tampak siap dengan payung dan juga mantel tebal yang mulai digunakan saat musim dingin. Aurora dan Victor juga membawa payung untuk berjaga-jaga seandainya salju akan kembali turun.
“Apa yang akan kau lakukan setelah sarapan?” Tanya Victor.
“Nanti siang aku akan pergi ke gedung perlombaan untuk mengikuti pengarahan sebelum perlombaan. Kau mau ikut?” Tanya Aurora sambil memotong pancakes miliknya.
“Tentu saja aku akan ikut. Untuk apa aku ada di sini jika tidak mengantarmu kemanapun kau pergi?” Tanya Victor.
“Bagaimana jika sepulang dari pengarahan kita pergi mengunjungi Morgan Library & Museum? Itu adalah perpustakaan riset yang menyimpan naskah dan buku cetak kuno. Kurasa kita juga melihat beberapa lukisan J.P. Morgan”
“Apakah lokasinya tidak jauh?” Tanya Victor.
“Aku tidak tahu. Kita bisa naik taksi ke sana..”
“Baiklah, kita bisa mengunjungi tempat itu setelah kau selesai mengikuti pengarahan”
***
Selesai mengikuti pengarahan di sebuah gedung universitas, Aurora dan Victor menaiki taksi untuk pergi sebuah museum terkenal di daerah Manhattan. Museum ini didirikan oleh seorang bangkir terkemuka yang juga menjadi seorang kolektor seni di wilayah Amerika, J.P. Morgan.
Aurora sering membaca beberapa informasi mengenai salah satu orang yang menjadi pelaku usaha paling kuat di dunia melalui sistem pendirian bank swasta pada akhir tahun 1800-an tersebut. Ada banyak hal yang Aurora kagumi dari kepribadian J.P. Morgan terhadap pengaruhnya dalam perekonomian Amerika.
“Dia berasal dari keluarga yang kaya, wajar jika dia mengikuti jejak keluarganya dan menjadi orang paling berpengaruh dalam perekonomian Amerika pada saat itu” Kata Victor.
“Kurasa dia berhasil bukan karena faktor latar belakang orang tuanya saja, dia juga seorang pria yang gigih dalam membangun kariernya sendiri” Aurora menyampaikan pendapatnya kepada Victor.
Langkah kaki mereka bergerak dengan pelan sambil sesekali berhenti ketika menemukan sesuatu yang menarik. Bangunan museum yang masih mempertahankan gaya klasik semakin menambah nilai estetika sehingga membuat Aurora tidak berhenti mendecakkan bibirnya karena merasa kagum.
“Orang tuanya adalah keluarga yang cukup berpengaruh, Aurora. Jujur saja, orang tua juga sangat berpengaruh pada karir dan pola pikir anak mereka”
Aurora menganggukkan kepalanya. Penjelasan Victor cukup masuk akal untuk diterima. Peran orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan anak. Bagaimana caranya mendidik, cara berpikir, serta konsep kehidupan yang ditanamkan oleh orang tua pasti akan sangat mempengaruhi kehidupan anaknya.
Ada beberapa orang yang beruntung karena hidup di keluarga yang baik, tapi ada juga beberapa orang yang diberikan kekuatan untuk membentuk keluarga yang baik karena dia tidak memiliki keluarga itu di masa kecilnya.
“Dia juga memiliki keberuntungan yang cukup baik. Tidak semua orang diberkati oleh kemampuan dan keberuntungan seperti dia..” Kata Victor.
“Aku tidak pernah menganggap jika pencapaian seseorang ada sebuah keberuntungan, kurasa itu adalah hasil yang seimbang dengan perjuangannya selama ini”
“Tidak, Aurora. Keberuntungan juga salah satu hal yang menjadi komponen penting dalam keberhasilan. Memang benar jika J.P Morgan adalah seorang pria ambisius yang bekerja keras selama masa hidupnya, tapi dia juga sangat beruntung karena mendapatkan jalan yang tepat untuk meraih keberhasilannya. Kau pernah dengar jika dia salah satu orang yang selamat karena tidak jadi menaiki kapan Titanic?” Tanya Victor.
Aurora menganggukkan kepalanya. Dia pernah membaca mengenai berita tersebut di salah satu artikel saat peringatan tenggelamnya kapan Titanic beberapa tahun lalu.
Ada teori konspirasi mengenai pembatalan J.P Morgan dan beberapa rekan kerjanya di detik terakhir keberangkatan Titanic. Beberapa orang mengatakan jika J.P. Morgan ingin membuat pembaharuan sistem regulasi bank yang ditolak oleh beberapa kritikus ekonomi. J.P. Morgan tidak jadi ikut berlayar dengan kapal Titanic, tetapi hampir semua kritikus yang menentang pembaharuan sistem yang ia rencanakan tenggelam bersama dengan kapal tersebut. Satu tahun setelah tenggelamnya kapal Titanic, rencana J.P Morgan terlaksana tanpa adanya hambatan.
“Apakah itu sebuah keberuntungan?” Tanya Aurora.
“Tentu saja. Dia tidak jadi meninggal padahal dia sudah berencana untuk ikut pada pelayaran perdana kapal mewah tersebut” Jawab Victor sambil menatap Aurora. “Aku selalu berharap menjadi orang yang beruntung. Itu terasa lebih baik dari pada menjadi orang kaya..”