Wanita Pengganti Yang Terbuang

1109 Kata
Udara telah berganti, seperti waktu yang sudah berputar dengan cepatnya. Saat ini, Hans menatap jauh ke arah jendela kaca ukuran besar untuk memastikan waktu. 'Sudah tiga puluh menit. Di mana wanitanya?' tanya Hans sambil memperhatikan jam tangannya yang berwarna silver dan bermerk. Tampaknya ia sudah tidak bisa lagi bersabar. Tak lama, ponsel laki-laki pemilik otot hangat itu bernyanyi, "Tuan, silahkan. Makan malam ada sudah tersedia di tempat biasa." Orang kepercayaannya memberikan isyarat yang Hans tunggu-tunggu, sejak dua jam yang lalu. "Oke, thanks." Hans menghela napas panjang dan melempar pulpen ke atas meja kerjanya. Saat ini, ia langsung memisahkan diri dari siapa pun di kantor. Bukan disebabkan stres akan permasalahan besar yang sedang ia hadapi. Melainkan karena keinginan yang tidak terduga dari hasratnya yang tiba-tiba saja mencuat. Jangankan orang lain, bahkan dirinya sendiri juga bingung pada sensasi yang terus mengutuk, sehingga ia tidak ingin apa pun, termasuk bernapas. Satu-satunya cara untuk kembali hidup adalah melepas rudal asli miliknya yang sudah siap siaga. 'Kutukan seperti apa ini? Kenapa begitu menyiksa? Baru kali ini aku merasakan sengatan kuat dari hasrat. Siaaal! Mungkin gadis itu sedang memantraiku dari kejauhan.' Langkah kaki Hans tampak sangat cepat, sepertinya ia tidak tahan lagi ingin membuang perkakas miliknya yang hangat dan kental ke dalam l**************n yang lembab. 'Ada yang tergesa-gesa. Mau kemana tuan muda?' Moza terus berdiskusi pada dirinya sendiri, sembari menatap tajam ke arah laki-laki yang biasa bersamanya. *** Setibanya di hotel bintang lima, Hans disambut senyum manja dari seorang gadis yang terlihat begitu sempurna. Ia pun membalas senyuman itu, tanda suka. "Perlihatkan, apa yang bisa kamu berikan kepadaku?!" perintah Hans sambil membuang jas berwarna coklat miliknya di atas sofa. Liukan nakal membayangi kedua bola mata Hans Prawira. Untuk sesaat, ia tersenyum. Namun tiba-tiba bayangan Aurora kembali muncul dan menutupi tubuh gadis muda yang tengah menari erotiis di atas lantai berwarna putih. Hans menggelengkan kepala untuk mengusir bayangan tersebut. Tidak ingin terus-menerus dihantui musuhnya, Hans meneguk wine yang sudah tersedia di atas meja bundar pada sisi kanan kursi kulit berwarna hitam. Ia menghabiskan satu botol penuh wine bermerk dan mahal. Sayangnya, Hans tidak juga dapat menghapus bayangan Aurora dari matanya. Tidak ingin terus terjebak ke dalam perasaan yang hanya ia sendirian lah merasakannya, Hans meminta gadis itu untuk menyentuh pusat keperkasaannya yang sudah membatu sejak tadi. Dengan lihai dan sorot mata penuh hasrat, gadis tersebut memainkan milik Hans, seperti seorang bocah yang sangat menyukai sebuah lolipop ukuran besar. Untuk sementara, Hans mendesis dan mulai menyukai sentuhan lembut dari lidah sang gadis cantik serta seksi yang berada di hadapannya. Laki-laki yang banyak menghabiskan waktu untuk berolahraga itu, terlihat mulai terlena di dalam belaian lidah dari permainan manja sang bunga malam. Gadis itu tampak masih muda, namun sudah sangat ahli dalam memanjakan p****************g dan nakal seperti dirinya. Setelah lebih kurang 10 menit memainkan milik Hans yang berurat besar, gadis tersebut menanggalkan busananya demi semakin memancing keinginan lelaki itu untuk menyentuh seluruh tubuhnya. Mulanya, gadis tersebut menghadap ke belakang dan mengambil posisi membungkuk. Seketika, ia memperlihatkan bokoong bulat miliknya yang indah. Saat itu, Hans semakin terperdaya. Namun ketika gadis tersebut membalik tubuh dan memamerkan buah dadanya yang besar dan tidak sesuai dengan bentuk tubuhnya, hasrat Hans menurun drastis. 'Ternyata.' Tuan Hans kembali berkata di dalam hatinya. Tiba-tiba saja, miliknya yang sudah membatu, jadi lunglai seperti menolak untuk menyentuh gadis yang sebenarnya cantik dan seksi tersebut. "Aku kecewa, ternyata kamu palsu sama saja seperti yang lainnya," ucap Hans sambil berdiri dan kembali mengenakan celana panjang yang sebenarnya sudah turun hingga ke batas mata kaki. Gadis tersebut memahami arti dari kalimat laki-laki yang sudah membayarnya mahal tersebut. Sebab, memang bagian tubuh atasnya adalah hasil dari operasi plastik yang sudah dua kali ia jalani. Gadis tersebut sengaja melakukannya agar tampak sempurna di mata setiap laki-laki yang berada di hadapannya. Namun sayang, nasib baik tidak berpihak kepadanya kali ini dan pelanggan barunya tersebut malah menolak mentah-mentah. Sang gadis terdiam dan tidak mampu berkata apa-apa lagi. Yang ia takutkan hanya satu saat ini, yaitu jika jasanya tidak dibayar sesuai dengan perjanjian karena ia akan terkena masalah besar. Namun, Hans tetap meminta Jack memberikan hak gadis tersebut meskipun tidak menyentuhnya. Setidaknya agar ia bisa tersenyum. "Aku sudah memberikan kewajibanku dan kamu tidak perlu melaksanakan kewajibanmu," kata Hans sambil menarik jasnya yang sudah terlanjur dilempar. Laki-laki kekar dan biasanya sadis tersebut meninggalkan kamar hotel bintang lima dengan perasaan kecewa. Tapi di sisi lain ia juga cukup lega. Sebab, setidaknya senjata pribadi miliknya tidak lagi menyiksa jiwa karena sudah tidak berselera. 'Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku?' Hans kembali berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri, sembari melangkah pergi dan meninggalkan gadis tersebut dengan rasa yang tidak biasa. Ponsel Hans kembali berbunyi. "Tuan apa yang terjadi?" tanya Jack ketika mengetahui Hans tidak menikmati gadis pilihannya. "Lain kali, kalau kamu masih ingin bekerja kepadaku, carilah sesuai permintaan!" Hans menjawab dengan suara yang dingin. "Ma-maaf, Tuan. Saya mohon, maafkan saya," pinta Jack dengan suara yang penuh ketakutan. Kemudian Hans memutuskan teleponnya dan kembali ke dalam mobil. "Kita akan ke mana, Tuan?" tanya sopir pribadi berkostum serba hitam yang selalu menemani kemana pun tuan mudanya pergi. "Kasino!" Tampaknya Hans ingin berjudi atau berdansa dengan beberapa perempuan cantik, sebelum benar-benar pulang ke rumah megahnya. Malam ini ia berjanji di dalam hati untuk tidak melihat Aurora dan membiarkannya begitu saja di peternakan kuda. 'Terserah! Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi. Tidak akan pernah!' Kata Hans tanpa suara, sambil berjanji di dalam hati dan mengepal kedua tangannya. Di tempat yang berbeda, Aurora memilih untuk melanjutkan pekerjaan yang terjangkau olehnya. Besok ia harap sudah bisa kembali dan bergabung dengan para manusia. Seraya mengusir peluh dari wajah dan lehernya yang jenjang, Aurora membayangkan bahwa kedua orang tua dan adiknya yang saat ini, mungkin tengah bergembira dengan semua kebutuhan yang tercukupi. Apa pun akan Aurora lakukan demi membahagiakan keluarganya. Meskipun ia harus menumbalkan tubuh, kebahagiaan, bahkan kehidupan masa mudanya. "Tuhan, mohon jaga semuanya di sana. Di sini, saya pasti kuat. Rindu mereka semua," ucap Aurora sambil menatap langit tinggi dengan taburan bintang yang begitu ramai. 'Aku harap, kami akan bisa kembali bertemu dan berkumpul bersama.' Doa Aurora tanpa suara. Sementara di dalam tempat perjudian kelas kakap, Hans masih saja tidak bisa berkonsentrasi. Otaknya sudah dipenuhi dengan keindahan Aurora. 'Apa yang sedang ia lakukan di kandang kuda? Kenapa aku tidak bisa melupakannya? Apakah aku harus berpura-pura menjadi orang lain, kemudian menyelinap ke sana dan merenggut tubuh moleknya? Agggh ... sangat menyebalkan. Jangan-jangan, dia masih suci. Kenapa aku jadi penasaran seperti ini?' Tuan muda berparas dewa itu tidak dapat fokus saat bermain di meja judi. Padahal, ia sudah dikelilingi dua perempuan seksi dan menarik lainnya. Bahkan, malam ini ia kalah telak dan merogoh kantong cukup dalam. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN