Episode 3

2078 Kata
“Cobalah tersenyum...” Pinta Wulan kepadaku. Menurutinya begitu saja, aku pun tersenyum kepadanya. “Bagaimana, apa kau sudah puas?” “Menolehlah ke kanan dan juga kiri.” Pintanya lagi kepadaku sekarang. Aku pun berhenti tersenyum, mulai menyadari kalau permintaannya kepadaku mulai sungguh sangat aneh. “Aku tidak akan melakukannya! Untuk apa aku melakukannya? Orang-orang yang menatapku pasti akan menganggapku perempuan yang aneh nantinya!” Dengan paksa, Wulan pun menaruh tangannya di daguku, memutar kepalaku ke kiri dan juga kanan dengan sangat keras sampai-sampai aku bisa merasakan tulang leherku berbunyi seperti dipijat oleh seseorang di sana. “Hei!! Jangan memutar kepalaku seenaknya! Jika kau mungkin memutarnya, mungkin sekrup di leherku akan terputus! Apakah kau mau tanggung jawab soal itu?!” “Hmmm.., semuanya normal. Lalu apa yang membuatmu menjadi seperti ini ya?” tanya Wulan kepadaku sambil mencoba memejamkan kepalanya berpikir tentang mengapa diriku ini tidak kunjung mendapatkan pasangan. Aku sudah seperti boneka di hadapannya, menuruti setiap perintahnya kenapa aku tidak memiliki pasangan sekarang. Aku mengira kalau Wulan akan melakukannya dengan serius, tapi dia malah mempermainkanku sampai sekarang. Aku merasa bodoh tertipu oleh muslihat Wulan! Kami berdua sudah melakukan ini beberapa kali sekarang. Dia memeriksa tubuhku, wajahku, pantatku, pemikiranku, hampir semuanya, termasuk hal-hal yang tak masuk akal di dalam sana. Aku bahkan tak pernah melakukan inspeksi secara ketat seperti ini saat aku mendaftar untuk melamar di dalam perusahaanku sekarang. Dan Wulan bertindak lebih ekstrim daripada para HRD kantor ini! “Tunggu, kenapa kau begitu keras mencoba untuk mengetahui kenapa aku masih single, sementara dirimu sampai sekarang aku tak pernah melihat kalau kau dekat dengan siapa-siapa!” Balasku kepada Wulan. Secara fisik dan juga penampilan. Wulan juga sama cantiknya sepertiku, meskipun memang tentu saja lebih cantik aku daripada dirinya. Aku tak mungkin ditandingi oleh siapa pun. “Ah... inilah yang kau tidak tahu Sabrina. Aku, single. Karena ini adalah pilihanku! Aku bukannya tidak laku, ditolak, ataupun diabaikan. Aku memang memilih pilihanku untuk tetap sendiri! Kau sebagai seorang jomblo tidak mungkin bisa memahami diriku yang single sekarang!” Jelas Sabrina. Walaupun begitu, aku yakin kalau setiap kata-kata yang keluar itu adalah kejadian yang sedang dialaminya. “Lalu, sampai kapan kau akan memilih untuk sendiri? Kau akan melakukannya seumur hidupmu sampai kau menjadi perawan tua?” Sahutku kepadanya dengan tajam. Wulan pun menutup mulutku dengan satu jari di tangannya, mencegahku untuk berkata dengan keras-keras sekarang. Akhirnya dia tahu rasa malu jika di hujat dengan terang-terangan seperti itu olehku sekarang! “Jangan bilang kalau aku adalah perawan tua! Memang aku nanti akan menjadi tua, namun perawan belum tentu hehe.” Jawab Wulan dengan nakal. Aku tak heran jika seseorang seperti wulan bila belum perawan, dia pasti pernah menjajahi lelaki selama hidupnya sekarang. “Aku memilih menjadi single sampai entah waktu yang tak ditentukan. Kau sudah tahu kan kalau cinta itu datang tiba-tiba?” “Halah... aku tahu kalau kau pasti hanya sedang beralibi! Kau mungkin mencoba menipuku dengan berkata kalau kau lebih laku daripada diriku agar aku mempercayai saran asmara darimu kan!” Aku hafal dengan perawakan orang-orang yang sok-sokan menjadi dokter cinta padahal kisah cinta orang tersebut sendiri saja sudah cukup tragis. Mereka ingin dipercaya dengan sangat akurat. “Ckck.... Sabrina... sabrina. Pantas saja kau jomblo begitu lama. Kau tidak mengerti konsep sederhana!” “Memangnya, apakah kau pernah lihat seorang dokter yang sakit mencoba untuk mengobati dirinya sendiri? Atau mungkin seorang tukang bangunan membangun rumahnya sendiri? Tidak kan? Seseorang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Dan sama seperti dirimu, aku berusaha membantumu mendapatkan apa yang kau inginkan di dalam hidupmu. Yaitu seorang pasangan!” jelas Wulan kepadaku. Aku pun hanya diam, ucapan Wulan memang ada benarnya, namun aku tidak perlu menganggapnya sebagai sesuatu yang serius. Hanya sebuah saran. Karena memang, mendapatkan sebuah pasangan bukanlah sebuah sesuatu yang menjadi tujuan utamaku sekarang. Tujuan utamaku adalah untuk mendapatkan kebahagiaan semaksimal mungkin dengan apa yang kulakukan sekarang. “Dan dari pengamatanku, kau bukanlah orang yang terlalu buruk. Aku merasa curiga, apakah kau pernah berinteraksi dengan makhluk halus sebelumnya?” tanya Wulan lagi. Aku tahu kalau ini mungkin pertanyaan yang tak begitu berguna untuk ku jawab, karena pasti Wulan akan menyambung-nyambungkannya dengan kejadian mistis atau supranatural. “Apakah menjitak kepala tuyul termasuk berinteraksi dengan makhluk halus? Aku pernah bertemu mereka saat aku ke kuburan orang-orang chinese, dan mereka tak sengaja lewat. Aku sebenarnya ingin mencubit pipi mereka yang menggemaskan, tapi saat aku teriaki dan tak berhenti, aku pun menjitak kepala mereka sampai bagian atas botak itu sampai merah. Mereka hanya menangis seperti ingin melaporkan perbuatanku kepada orang tua mereka. Tunggu, aku sekarang tidak yakin apakah yang aku lihat benar-benar seekor tuyul.” Jawabku kepada Wulan. Wulan hanya memandangku dengan kesal. “Ya ampun Sabrina, serius dikit napa sih? Apakah kamu gak bisa agak serius begitu? Ini demi kepentingan kamu sendiri loh! Aku itu pingin bantuin kamu. Kamu beneran ingin dapet pasangan gak sih?” Tanyanya kesal. Aku pun hanya tertawa dalam hati merasa puas mengerjainya dengan ceritaku. “Memangnya, apa yang kau pikir aku akan jawab saat kau berkata tentang berinteraksi dengan makhluk halus? Apakah kau ingin aku berkata kalau aku pernah bercinta dengan genderuo sampai-sampai aku harus mengugurkan anaknya begitu? Atau aku pernah dijadikan tumbal proyek?” tanyaku kepada Andin. “Enggak Sabrina... Kamu ini kayaknya harus banyak-banyak nonton ekspedisi mistis deh. Interaksi yang aku maksud itu apakah kamu pernah bertemu sama makhluk halus sampai-sampai mereka ngintilin kamu sampai sekarang? Karena itu kemungkinan adalah penyebab kamu bisa jomblo sampai sekarang!” Namun aku tak mengerti apa yang Wulan baru saja katakan. Aku tidak bisa menemukan bagian mana yang merupakan menjadi penyebab aku jomblo. “Memangnya hubungannya apa? Kamu itu tuh yang kebanyakan nonton ekspedisi horor! Semua hal yang mistis-mistis main disangkut pautin saja. Padahal jelas-jelas gak ada yang berhubungan atas itu semua!” ungkapku kepadanya. “Nah ini nih... ciri-ciri orang yang sok tahu padahal tidak tahu apa-apa. Di dunia ini Sabrina, ada yang namanya ketempelan. Jadi seorang makhluk halus, menempel kepada diri seseorang kemanapun dia pergi dan menolak apa pun yang akan diterima oleh seseorang itu mulai seperti rezeki, jodoh, atau pun apa pun yang makhluk halus itu benci. Dan aku takut, kalau kau mengalami sesuatu seperti itu sekarang!” “Emangnya ada bukti nyata orang yang memiliki nasib kayak begitu? Malang banget nasibnya.” Balasku. Entah kenapa, aku sedikit percaya dengan omongan Wulan itu sekarang. Karena memang aku pernah mendengar ada seseorang yang ditolak oleh sesuatu seumur hidupnya sampai dia meninggal. Dan mungkin orang yang aku dengar itu memiliki nasib yang sama seperti yang disebutkan Wulan. “Banyak Sa yang kejadian kayak begitu. Dan parahnya, mereka gak pernah sadar kalau mereka ketempelan seumur hidupnya, menjadi kesialan tersendiri seumur hidupnya. Menurutku sih Sa, kamu harus pergi ke dukun deh. Buat cari tahu dengan pasti arti dari mimpimu dan juga penyebab kenapa kamu jomblo sampai sekarang. Aku takut jika kamu ketempelan tapi kamu gak pernah nyadar sampai sekarang!” ungkap Wulan kepadaku sekarang di sana. “Ah enggak deh Lan, aku ngeri kalo ke dukun-dukun begitu. Kamu tahu kan banyak kasus-kasus tentang dukun c***l sekarang. Aku takut kalau bukannya dapet jodoh, dukun itu ntar malah yang jadi jodohku.. Ihh enggak banget.” Jawabku kepada Wulan di sana. Aku Anti sekali dalam namanya dunia perdukunan. “Yaudah kalau kamu gak mau. Satu-satunya jalan bagi kamu agar bisa dapet jodoh sekarang adalah melalui jalan dan juga pedoman dariku! Aku akan memandumu dan mencarimu berbagai calon jodoh yang mungkin bisa kamu pilih untuk mendampingi kamu. Mau gak aku bikin gituan?” “Ah.. pasti calon yang kamu sebutin calon yang gak bener-bener. Bukannya bikin aku jadi dapet jodoh malah dapet orang-orang gak jelas. Terserah kamu deh mau jodohin aku apa nggak. Yang jelas aku gak bisa bilang kalau aku bakal mau sama rekomendasi orang-orang yang kamu pilihin ke aku sekarang!” Jelasku dengan lantang kepadanya. Wulan tampak tidak memperhatikanku, dia malah masih mencoba untuk mencari sesuatu di dalam ponselnya itu sekarang. “Baiklah tunggu sebentar Sabrina. Aku tahu bagaimana kriteria pria yang kau inginkan. Aku ingin mencari seorang cowok yang cocok dengan kriteria-kriteria itu darimu.” Ucap Wulan kepadaku. Aku pun hanya diam sambil meminum segelas jus mangga yang tak kunjung habis dari tadi. “Ini, aku punya 3 kandidat. Aku yakin kamu cocok dengan mereka! Paling tidak, salah satunya mungkin kamu cocok. Coba cek deh.” Wulan menyodorkan ponselnya kepadaku, memberikanku 3 profil pria yang memang tampan. Aku sempat meragukan apa yang Wulan coba lakukan kepadaku, ternyata dia memang sudah cukup mudah untuk diandalkan sekarang. “Ini yang paling tengah, pakai baju kemeja hitam. Siapa dia? Apakah dia temanmu, teman dari temanmu. Atau bagaimana?” Tanyaku tertarik dengan seorang pria memakai kacamata hitam dengan rambut klimis mengkilat. Profil di fotonya mirip seperti seorang pengusaha-pengusaha terkenal dan juga keren. Namun itu hanya persepsiku saja, aku tak kenal siapa dirinya. “Ohh... ini mah Agus. OB dari kantor kita. Kamu kan sering nyuruh-nyuruh dia, masa kamu gakenal sih? Atau jangan-jangan kamu memang selama ini menyimpan rasa sama si agus?” Ucap Wulan kepadaku. Aku pun melihat foto itu sekali, lagi dan memang itu memang OB dari kantorku! Tapi, ada yang aneh dengan fotonya, tidak terlihat seperti seoran agus yang biasa kukenal. “Tunggii, tapi foto ini, kenapa dia terlihat berotot dan juga berisi? Bukankah dia memiliki badan yang sangat kurus sampai-sampai orang-orang sering mengoloknya sebagai tengkorak berjalan?” tanyaku kepada Wulan. “Ya memang, aku telah mengajari Agus cara untuk mengedit fotonya sendiri. Dia memintaku untuk memiliki tubuh yang keren. Aku pun membantunya dengan menaruh kepalanya ke dalam tubuh seorang atlet model binaraga. Maka jadilah dirinya yang baru di dalam foto ini. Tidak perlu latihan keras-keras ataupun berlangganan di sebuah Gym bukan untuk mendapatkan tubuh seperti dirinya?” “Apa kau mencoba menipuku Wulan! Aku lupa kalau aku seharusnya tidak tertipu olehmu!” Sahutku kepada Wulan. Wanita itu hanya tertawa dengan cekikikan dengan sangat keras sampai-sampai orang-orang di sampingnya sadar akan tertawanya. “Baiklah, bagaimana dengan pria yang sedikit lebih dewasa ini? Dia memang tidak setampan Agus yang fotonya sudah kau edit itu, tapi dia masih cocok untuk disebut sebagai seorang pria mapan. Darimana kau mengenalnya?” tanyaku lagi kepada Wulan seorang pria memakai jas berwarna hitam dan juga dasi kupu-kupu. Terlihat sangat rapi dan juga professional. Dia sepertinya adalah seorang pengusaha. “Ohh... dia adalah mantan bosku. Dia adalah orang yang sangat kaya. Dia memiliki 3 mercedes sekarang. Anaknya sudah dua, satunya berumur 8 tahun, satunya lagi 4 tahun.” Ucap Wulan kepadaku. Cukup berat untuk memilih pasangan seorang Duda, apalagi jika aku belum siap untuk merawat anak-anaknya juga. Aku tidak memiliki sebuah pengalaman untuk mengasuh anak-anak karena aku memang tidak tahan berada di dekat mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa dibilang, kesabaranku terhadap anak-anak hanya bisa dihitung dengan menit sebelum aku menjitak mereka satu persatu yah. “Hmm... duda yah... aku tidak tahu apakah aku siap untuk merawat anak-anaknya juga”. “Hah? Duda? Siapa yang bilang kalau dia adalah duda? Dia memiliki istri yang sah kok.” “Lalu kenapa kau mencoba menawarkannya kepadaku! Apakah wajahku ini memiliki vibes-vibes seperti pelakor drama korea yang sering kau lihat di sana?” tanyaku dengan kesal kepada Wulan. Karena memang rekomendasi yang dia berikan kepadaku sangat tidak bermutu aku dapatkan. “Pak Heru, mantan bosku yang dulu, memang hobi memiliki simpanan. Dan aku mendengar dia telah putus dengan simpanannya sekarang. Dan mungkin saja, kau tertarik untuk mendaftar menjadi salah satu simpanannya. Daftar saja Sa, itung-itung buat ngisi CV mu di dunia kerja!” “CV bapak kau sini yang ku isi!” Teriakku dengan kesal. Bisa-bisanya aku terbodohi oleh Wulan lagi. Aku pun memilih pilihan terakhir, seorang cowok berkacamata. Aku tak memilihnya sejak awal karena memang, dia terlalu tampan untukku. Aku tak tahu apakah foto yang Wulan berikan kepadaku sekarang itu memang foto asli atau sebuah tipuan yang lain lagi dia berikan padaku. Dan aku pasrah bila harus mendapatkan pria itu nantinya. “Baiklah, sepertinya kau memang menjebakku untuk memilih pria ini. Artis korea mana yang kau colong profilnya untuk kau rekomendasikan kepadaku? Apakah kau sudah izin dengan yang mempunyai foto untuk kau tunjukkan kepadaku di sini sekarang?” tanyaku ke Wulan. “Oh... yang ini. Ini mah Arya, pegawai baru kantor kita. Memangnya, kamu belum pernah lihat dia ya di sekitar kantor ini? Tapi wajar sih kalau kamu memang belum pernah melihatnya. Dia berasal dari divisi IT, kebalikan dari divisimu. Dan menurutku, kalian berdua cocok kok. Mungkin, aku nantinya bisa mengatur pertemuan kalian berdua, jika memang kau ingin untuk berkenalan dengannya sih”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN