Aku dan Wulan sudah berteman akrab semenjak kami masuk ke dalam kantor ini. Awal kedekatan kami tentu saja dimulai saat kami bekerja dalam satu divisi yang sama. Divisi yang membuat kami selalu berkomunikasi dan saling mengutarakan cerita tentang diri kita masing-masing. Dan aku tak menyangka kalau Wulan adalah orang yang benar-benar cocok dengan kepribadianku.
Cocok bukan berarti kepribadian kita benar-benar sama. Cocok dalam artian bahwa Wulan memiliki sifat yang ceria, cerewet dan sedikit banyak omong untuk diobrolkan. Setiap hari, hampir tidak ada topik yang tidak bisa dia ungkapkan kepadaku.
Sedangkan aku adalah tipe wanita pendiam, apa-apa dipendam. Tidak biasa mengeluarkan pendapat atau perasaannya di muka umum. Lebih tepatnya, terlalu banyak ketakutan dan kekhawatiran yang ada di dalam diriku sehingga aku kadang-kadang ragu untuk mengutarakannya. Dan karena Wulan, aku mulai bisa mengeluarkan sesuatu yang menjadi kelemahanku itu di sana.
Sementara itu, aku ingat kalau Wulan memiliki pengetahuan Supranatural yang tinggi, lebih tinggi daripada diriku. Aku ingin mencoba bertanya kepadanya, tentang mimpi yang baru saja aku alami dan juga temui. Tentang sosok pria itu, apakah mungkin Wulan mengetahui sesuatu soal itu sehingga aku bisa tahu pertanda apa yang akan disampaiakn oleh sang Pria di dalam mimpi.
Namun, aku masih ragu-ragu untuk menanyakannya, aku menduga kalau Wulan akan menertawaiku, menyebutku sebagai perempuan halu karena di umur dan juga jabatan seperti sekarang tidak kunjung menikah. Aku takut jika dia malah meminjam ponselku dan memasang aplikasi pencari jodoh di sana untuk mencari pasangan yang mungkin akan cocok denganku.
Tapi sebelum aku mencoba untuk bertanya, Wulan ternyata sudah ingin membahas soal Supranatural terlebih dahulu daripadaku. “Sabrina, kamu tahu tidak jika sekarang lagi marak kasus pembegalan secara sengaja oleh orang-orang di jalan raya. Dan katanya ini ya, pelaku dari pembegalan itu bukan lagi karena manusia, roh penasaran juga ikut-ikutan! Seperti kuntilanak, pocong, tuyul. Begitu-begitu!”.
“Bentar, Kalau kuntilanak begal aku masih paham dan sedikit masuk akal. Tapi kalo pocong membegal itu bagaimana? Orang yang pakai motor diseruduk pakai kuncir di kepalanya begitu? Terus kalo tuyul? Tuyul nginjek pedal gas saja aku yakin gak akan bisa, bagaimana cara mereka nyerang pengendara? Ngelempar pakai air got begitu?” Tanyaku kepada Wulan tentang cerita tak masuk akal.
“Yee.. kamu dibilangin malah ngeledek. Katanya juga ini ya, setan-setan ini mempunyai giliran masing-masing. Kalo pocong Januari sampai april, kuntilanak mei-agustus, tuyul september-november. Kamu harus tandain bulan-bulan itu biar nggak di begal sama makhluk-makhluk gentayangan itu! Aku bayanginnya saja serem tahu hii...” Lanjut Wulan dengan cerita mistis anehnya.
“Tunggu, kalo desember? Giliran siapa?” tanyaku karena Wulan tak menyebutkan bulan-bulannya dengan lengkap.
“Mereka libur, setan, juga butuh refreshing kali.” Jawab Wulan dengan santainya.
“Terus Tuyul, kenapa giliran mereka Cuma 3 bulan? Kenapa gak digenapi saja sampai desember?” Tanyaku lagi kepada Wulan. “Yee... kamu mah. Tuyul kan masih anak-anak, kalo kerja kelamaan entar di aduin ke Komisi perlindungan anak Indonesia. Emangnya kamu mau dimarahin sama kak Seto? Aku sih mending dimarahin tuyul timbang dimarahin kak seto!”
Aku tak bisa menahan kepercayaan kalau apa yang dikatakan oleh Wulan barusan hanyalah sebuah bercanadaan. Aku hampir saja tertipu karena cara dia berbicara seperti sesuatu yang benar-benar serius. Aku lupa bahwa aku berbicara dengan Wulan sekarang ini. “Hahhh... kalo tuyul masuk ke daftar anak kpai, mungkin negara bisa manfaatin mereka buat nyolong kekayaan negara tetangga, biar hutangnya gak numpuk terus tiap tahun hahahaha!”
Kami pun tertawa bersama-sama. Wulan juga ikut tertawa, dan saat itu aku mulai yakin kalau yang dia katakan barusan itu hanyalah sebuah omong kosong belaka. Siapa coba yang akan percaya kalau hantu-hantu memiliki pekerjaan magang seperti itu di dunia ini sekarang? Menurunkan harkat dan martabat setan saja!
“Ngomong-ngomong, kamu bisa tafsir mimpi gak sih lan?” tanyaku kepada Wulan. Dia seperti bergidik melotot ke arahku, karena tertarik dengan apa yang baru saja aku ucapkan kepadanya.
“Hah? tafsir mimpi? Mimpi apa memangnya?” tanya Wulan lagi.
“Ya mimpi apa dulu! Kalo kamu mimpi ketiban truk isinya bola plastik ya mana aku tahu soal apaan! Jelasin dulu secara spesifik! Mungkin aku akan tahu apa jawabannya!” tanya Wulan lagi dengan sangat penasaran. Mungkin, Wulan memang tahu dengan apa yang akan kuinginkan mengingat pengetahuannya tentang dunia mistis sangatlah luas. Aku hanya harus menjelaskannya kepadanya sekarang.
“Aku bermimpi bertemu dengan seorang pria, pria yang sangat tampan. Memiliki mata yang manis berwarna biru, bertopi fedora, jaket tebal, di sebuah kota metropolitan yang gelap. Rasa-rasanya seperti di jalanan New York City walaupun aku memang belum pernah ke sana. Tapi saat itu musim dingin, aku benar-benar bisa merasakan hawa dingin masuk ke dalam rusuk tulangku. Aku seperti mengenalnya, namun saat kuingat-ingat kembali. Aku tidak pernah bertemu pria seperti dia di dalam hidupku. Kami berjalan menuju ke sebuah tempat, dan jalan yang kami lalui benar-benar sepi, tidak ada orang maupun kendaraan lewat di sana. Seperti kota yang telah mati. Tapi lampu-lampu di jalanan masih menyala dengan warna-warni. Sampai akhirnya, kami berada di ujung tepi laut, berciuman di sana. Apakah kau tahu apa maksudnya dari itu semua?” Jelasku kepada Wulan dengan panjang lebar.
Wulan pun memejamkan matanya, menaruh tangannya di dagu miliknya, dan dia mulai berpikir apa yang terjadi dengan mimpiku itu barusan dan maksud apa yang coba ia ingin sampaikan. “Hmm... sebentar. Kau memiliki mimpi yang menarik. Seberapa tampan pria yang kau bicarakan ini? Apakah seperti artis boyband korea? Model eropa? E-boy yang bersliweran di internet atau bagaimana?”
Wulan cukup membuatku kesal sekarang. Bukannya menganalisa ada apa di dalam mimpiku, dia malah mencari tahu seberapa tampan pria itu di sana. “Cukup tampan sampai aku yakin ibumu saja ingin menikahinya. Dan kau ingin menjadi pelakor atas pernikahan ibumu sendiri. Apakah itu cukup tampan bagimu!” Jawabku dengan alis bersungut-sungut.
Bukannya terpicu, Wulan malah masih berpikir dan juga mengkhayal seperti apa ketampanan pria yang kutemui tersebut. “Tunggu, jika ibuku menikah lagi, pria yang cocok untuk kurusak pernikahannya olehku adalah pria seperti...”
“Hey!!! Apa kau memang memiliki rencana untuk merusak hubungan ibumu sendiri jika memang dia terlalu tampan untuknya!” Lanjutku dengan kesal, tak tahu kalau masalah ini tetap berlanjut ke dalam pikiran Wulan. “Ya tentu saja. Kau tahu kan, tidak ada yang tahu kapan datangnya cinta”.
Aku menghela nafasku panjang-panjang, lelah dengan apa yang telah diucapkan oleh Wulan. Aku mungkin telah sia-sia mencoba untuk mengatakannya kepada Wulan, dan benar saja hasil yang kudapatkan adalah hasil yang nihl. “Baiklah Wulan, lupakan saja soal cerita itu. Aku juga tak terlalu peduli, mungkin saja aku memang perlu menikah sampai kepalaku saja ingin agar aku memiliki pasangan. Mungkin otakku ini butuh yang namanya perasaan dan juga pengetahuan soal Cinta”.
“Hey... hey tunggu dulu Sabrina! Aku sudah tahu apa yang kupikirkan sekarang! Soal mimpimu itu! Aku sudah tahu jawabannya!” Ucap Wulan menghentikanku untuk pergi dari tempat duduk ini sekarang. Aku pun kembali duduk, berharap Wulan mendapatkan jawaban yang masuk akal dari mimpi tak masuk akal tersebut. “Aku tahu apa maksud dari mimpi yang kau alami!”
“Tapi sebelum itu, untuk memastikan, aku harus mencarinya di internet terlebih dahulu.” Tidak berguna, benar-benar tidak berguna. Tanpa bantuan Wulan pun aku juga bisa mencari arti dari mimpi itu di internet. Dia pasti hanya berdalih tidak mengingatnya karena memang dia tidak tahu arti dari mimpi yang kualami tersebut sampai meminta bantuan orang lain!
“Arti... mimpi... berpacaran... dengan... orang... asing...” Ucap Wulan mengeja setiap kata-kata itu dengan pelan-pelan, persis seperti nenek-nenek saat mencoba mengetik sesuatu dari keyboard dan juga komputer. “Nah ini dia aku ketemu! Apa maksud dari mimpi dan juga apa yang kau alami kemarin! Kau sepertinya benar-benar beruntung Sabrina!”
Aku mulai duduk di samping Sabrina sekarang, mencoba membaca arti dari mimpi tersebut di sana. “Di lansir dari my primbon, mimpi berpacaran dengan orang asing bagi wanita remaja adalah sebuah tanda-tanda kalau cintanya bertepuk sebelah tangan atau ditolak. Sementara untuk wanita dewasa berarti akan ada sebuah perubahan dalam hidup wanita tersebut.” Ucapku membacanya keras-keras agar Wulan juga bisa mendengar apa yang k*****a di dalam ponselnya itu di sana.
“Nah!! Benar kan apa ucapanku Sabrina! Aku yakin, sesuatu yang besar itu adalah sesuatu yang baik! Aku yakin antara dua kemungkinan, kau akan mendapatkan sebuah kenaikan jabatan sehingga dirimu menjadi super kaya, atau kau akan menikah dengan seorang pria super Kaya sehingga seluruh kehidupanmu berubah! Kau benar-benar beruntung Sabrina!”
“Tunggu, kenapa semua ujung-ujungnya berakhir dengan sebuah kekayaan? Apakah memang kekayaan adalah hal yang begitu besar sampai-sampai bisa membuat hidupku berubah?” tanyaku kepada Wulan. Dan tiba-tiba wanita itu menggetok kepalaku karena telah berkata sesuatu yang bodoh. “Hey, siapa yang tidak ingin menolak kekayaan! Apakah kau kerja di kantor ini karena kau ingin menjadi miskin!”
“Aku bekerja di sini karena memang pekerjaan ini sesuai dengan passionku sih. Uang bukan tujuan utama,” Jawabku kepada Wulan. Karena memang, sejak kecil aku sudah terbiasa untuk hidup dengan kekayaan. Aku tidak menjadikan kekayaan sebagai tujuan utamaku, berbeda dengan kebanyakan orang yang bekerja di sini.
“Tapi saat aku mendengar dua kemungkinan itu. Aku entah antara kecewa, tidak terima, atau tidak puas sih sebenarnya. Aku berharap kalau mimpi mendapatkan pasangan berarti aku akan benar-benar mendapatkan pasangan nantinya. Tapi aku tentu saja tak bisa bergantung sepenuhnya terhadap mimpi bukan, kurasa takdir juga berperan penting dalam faktor itu.” Ucapku kepada Wulan di sana.
“Ya, di dunia tafsir mimpi memang jarang berarti bahwa sesuatu yang kita alami di dalam mimpi akan benar-benar terjadi di kenyataan. Kebanyakan malah memang akan berarti sesuatu yang lain, atau bahkan berlawanan dari apa yang kita inginkan seperti tafsir mimpi untuk gadis tadi.” Balas Wulan kepadaku lagi. Dia memang lebih tahu soal sesuatu seperti itu.
“Sabrina, apakah kau memang ingin berpacaran ataupun menikah? Maksudku, itu benar-benar keinginanmu? Bukan desakan dari orang tua, kerabat, ataupun juga lingkunganmu bukan? Karena memang pernikahan adalah sesuatu yang suci dan sakral. Kita tidak bisa melakukannya dengan sembarang orang. Kita harus menemukan orang yang cocok dengan kita.” Tanya Wulan khawatir.
“Tidak, tidak ada sih. Orang tuaku saja bahkan tidak pernah menyinggung soal itu walaupun usianya memang sudah renta. Hanya saja, aku merasa kalau diriku sekarang memang membutuhkan sesuatu seperti itu, untuk mengisi hati yang lumayan kosong sejak waktu lama itu. Aku bahkan ragu apakah aku bakal menikah nanti di masa depan...” Ucapku di depan Wulan di sana.
Wulan pun tiba-tiba menarik pundakku, melihatku dengan tajam seperti mencoba untuk menginspeksi sekarang. Aku bingung kenapa ia melakukan ini, cukup membuatku curiga sekaligus takut akan dirinya. “Hei apa yang kau lakukan! Aku berkata seperti itu bukan berarti aku suka terhadap perempuan ya!!”
“Dasar bodoh! Kau mengucapkan sesuatu yang sangat bodoh Sabrina! Lihatlah dirimu, tampangmu bukan tampang wanita biasa! Bahkan, aku bisa bilang kalau kau adalah wanita yang sangat cantik dengan rambut lurus panjangmu, dagu yang tegas, dan juga hidung mancung. Pertanyaannya, kenapa kau tidak memiliki jodoh sampai sekarang?!” ucap Wulan dengan begitu keras sampai aku malu dilihat oleh orang-orang lain di sekitar sini. “Heiii! Bisakah kau mengecilkan suaramu sekarang!”
“Tidak, kau tidak perlu menjawab pertanyaanku barusan! Aku sudah tahu jawabannya, kau adalah wanita yang tertutup Sabrina! Para Pria akan terlalu takut untuk menghadapimu karena sifatmu itu!”
“Lalu, apa yang ingin coba kau sarankan padaku? Apakah aku harus membuka kepribadianku kepada semua pria yang aku temui dengan berkata seperti ‘Halo, namaku Sabrina, aku berusia 26 tahun, apakah kau mau menjadi suamiku?’ setiap saat? Apakah kau pikir sesuatu yang seperti itu malah membuat mereka semakin takut kepadaku?” Tanyaku kepada Wulan. Dia berlagak seperti dokter cinta tiba-tiba.
Dan tiba-tiba, Wulan malah tertawa, dengan sangat lebar, seperti merupakan kalau di sekitarnya masih banyak orang-orang yang ingin berkonsentrasi untuk memakan camilan di depan meja mereka. Namun terganggu karena gelak tawa Wulan yang benar-benar mengganggu di telinga mereka sekarang itu juga. “Tak heran jika kau masih belum memiliki pasangan dengan pemikiran seperti itu.
“Kau tak harus memperkenalkan dirimu kepada setiap pria yang kau temui setiap saat seperti tadi. Kau cukup hanya harus bersikap ramah, sopan, dan senyum kepada mereka semua. Karena aku yakin, setiap pria yang kau senyumi pasti merasa kalau kau menyukai mereka! Jika kau menebar jaring seperti itu, aku yakin dengan waktu yang cepat kau pasti akan menjadi primadona setiap saat dimana kau berada. Apakah kau mau menjalankan nasehatku?”
Perkataan Wulan seperti menganggap kalau aku adalah wanita judes, tak memiliki emosi, tinggi hati, dan juga tak berperasaan. “Hei... apa kau pikir aku tidak berkelakuan seperti itu selama ini!”
“Hmm... kau sudah berkelakuan seperti itu ya... sepertinya ada sesuatu yang kurang dari dirimu”.