Episode 21

2056 Kata
“Apa maksudnya mbak?” Tanyaku kepada penjaga stand pakaian itu. Dia menunjuk kalungku seakan-akan ia benar-benar tahu kalung apa ini sebenarnya. Padahal, kami tak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Wulan yang mengetahui itu memalingkan pandangannya dari pakaian tersebut beralih kepadaku dan juga wanita yang menjaga stand itu sekarang. “Ada apa ini Sabrina?” tanyanya keheranan. Dia mungkin terlalu sibuk untuk mengamati pakaian itu sampai tak bisa mendengarkan percakapan kecil yang terjadi antara aku dan juga penjaga toko itu di sana. “Tidak, pelayan ini mengatakan sesuatu tentang kalung ini. Dia mengatakan kalau kalung ini berbahaya.” Ucapku kepada Wulan mencoba untuk menjelaskannya. Sementara itu, wanita itu celingak-celinguk menengok ke belakang. Seperti takut akan seseorang di sana. Aku pun juga akhirnya menoleh ke belakang, penasaran dengan apa yang dia lihat di belakangku. “Mbak, lihat apa sih? Kok celingak-celinguk begitu?” tanya Wulan padanya. Pelayan itu malah bertingkah aneh, membuatku sedikit curiga dan juga khawatir dengan dirinya. Mungkin saja, ini adalah modus operandi pencurian yang baru. Pura-pura mengenal sesuatu yang berharga punya kita dan mencoba untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Aku tak tahu apakah cara seperti ini efektif dan berhasil, namun aku hanya perlu waspada dengan gerak-geriknya sekarang. Pelayan itu bahkan terus saja celingak-celinguk tanpa menghiraukan kami di depannya. Sampai akhirnya, lehernya yang bergerak ke sana kemari berhenti bergerak dan mencoba untuk menatap mataku dengan tajam. “Begini mbak, saya sedang sibuk sekarang. Bos saya akan memarahi saya jika terlalu lama berkata dengan pelanggan. Jika mbak ingin tahu, mari kita bertemu di KFC nanti jam 4.” Pelayan itu menjelaskan lagi kalau dia sedang berada di ambang pemecatan sekarang. Dan dia tidak ingin dipecat hanya karena menjelaskan sesuatu yang diketahuinya di sana. Dia kemudian berjalan berpaling, mencoba untuk menyapa pelanggan yang lain. Seperti tidak terjadi sesuatu apa-apa antara kami dengan dirinya. Aku merasa benar-benar kebingungan sekarang. “Wulan, apakah kita bisa mempercayainya?” tanyaku pada Wulan. “Entahlah, namun aku mengutip dari dukun Valesta sebelumnya, jika dia memang memiliki niat jahat, dia pasti sudah melakukannya tadi. Bukannya malah membuat kita untuk menunggu kemana dia akan pergi nantinya.” Ucapnya dengan yakin. Aku, juga memiliki pemikiran yang sama dengan Wulan itu sekarang. Aku merasa kalau penjaga wanita itu memiliki sesuatu untuk dia ceritakan kepada kami. “Jadi bagaimana sekarang? Apakah kita harus pergi ke KFC untuk menunggu dia pulang?” tanyaku kepada Wulan. Sesuai perjanjian, dia entah kenapa menginginkan untuk pergi ke restoran ayam itu. Mungkin, restoran itu adalah restoran yang bisa masuk ke dalam kantongnya sebagai penjaga pakaian di mall ini nantinya. Dan aku juga tidak keberatan untuk berada di sana sekarang. Wulan pun melihat jam tangannya, berpikir untuk sebentar dengan apa yang terjadi dengannya sekarang. Sampai akhirnya dia memutuskan sesuatu untuk kami berdua. “Hah... tidakkah kau lihat sekarang masih jam 1 siang? Jika kita menunggunya, maka kemungkinan kita akan menunggu selama 4 jam atas keberadaannya. Kau memangnya mau untuk menunggu dengan waktu selama itu?” tanya Wulan padaku. Memang benar apa katanya, aku akan sangat bosan untuk menunggunya selama 4 jam di sana. Dan kemungkinan, aku akan bisa memutari seluruh mall ini dan mengunjungi tokonya satu persatu dalam kurun waktu selama itu sekarang. “Lalu, jika memang kau menolak untuk berada di KFC sekarang, apa yang kau inginkan kita lakukan sekarang untuk menunggu waktunya pulang?” tanyaku padanya. Wulan menunjuk tangannya memutar ke seluruh sudut di tempat ini. Entah memang aku yang terlalu bodoh sampai-sampai tak mengerti apa yang dia instruksikan atau memang dia yang tidak mengatakannya dengan jelas. “Lihat sekelilingmu! Ini adalah tempat yang paling tepat bagi kita untuk menunggu seseorang! Aku lebih baik berdiam diri dan melihat tumpukan baju timbang tumpukan ayam!” Dengan amat keras, Wulan menarik tanganku lagi, pergi dan mencari pakaian lain bersama-sama. Dia pun mengayun-ayunkan tanganku, serasa seperti memang mengajak sahabat masa kecilnya dengan riang gembira. Walau bisa kukatakan kalau hubunganku dengan Wulan tidak sedalam itu juga sebenarnya. Hanya saja aku senang dia memperlakukanku seperti ini sekarang. Wulan pun berhenti di rak baju kemeja pendek, kemeja-kemeja yang mirip sekali dengan kemeja yang kugunakan sehari-hari. Hanya saja, aku melihat beberapa variasi warna, kain, dan juga corak di kemeja ini. “Lihat baju ini. Ini adalah baju yang sering kau gunakan di kantor bukan? Aku akan memberikanmu salah satu baju itu untuk kau gunakan besok di kantor. Percayalah, orang-orang akan melirikmu!” “Aku rasa, aku tidak perlu baju baru untuk membuat orang-orang di kantor melirikku. Dengan penampilanku yang biasa saja, orang-orang sudah melirikku kok.” Ucapku dengan santainya, juga dibumbui sedikit rasa sombong. Wulan memutar matanya, seakan-akan muak dengan kata-kata yang kuucapkan padanya saat itu juga. Sambil melet dan mengolok-olokku layaknya anak kecil. “Oke, Tuan putri! Kau memang sudah menjadi perhatian banyak orang semenjak kau masuk ke dalam kantor. Namun jika kau menggunakan baju ini, kau bukanlah putri lagi. Kau akan menjadi naik pangkat menjadi seorang ratu jalanan dan juga gedung tempat kita berdiri! Semua perusahaan lain akan ikut melirikmu!” Balas Wulan, dengan berlebihan. Sebuah baju tidak mungkin mendapat perubahan itu. Wulan pun mengambil baju yang dicantolkan ke hanger di sana. Sebuah kemeja putih, namun memiliki corak berwarna merah-merah delima dan juga bunga mawar menghiasi keseluruhan kemeja itu sekarang. Wulan menempelkan kemeja itu ke badanku, mengukur ukurannya dan juga mencoba untuk mengepaskannya denganku. “Lihat ini, cocok bukan? Makanya, kalau kamu mau shopping, ajak aku!” *** Kami berdua pun berakhir membeli 4 pakaian, 3 celana, dan juga dua sepatu dari bazaar itu. Tak kusangka, dengan mengajak Wulan kantongku bisa dikuras habis dengan sangat cepat seperti sebuah keran yang bocor dan air mancur di tengah taman bermain. Namun tentu saja, sebagai imbalannya aku mendapatkan barang-barang sekaligus pakaian super bagus dari tempat itu. Mungkin, jika suatu hari nanti aku bosan dengan pakaianku sekarang, aku akan mengajak Wulan untuk berbelanja denganku. Karena entah kenapa ucapannya yang mengatakan kalau dia bisa melihat kualitas baju hanya dengan melihatnya saja membuatku sedikit percaya sekarang. Percaya kalau yang dia lakukan mungkin bukanlah bualan semata. Aku jadi ingin mempelajari ilmu gaibnya itu. Kami pun pergi dari toko itu sekarang juga, dan aku pun mengikuti Wulan kemanapun dia pergi sekarang. Tak terasa, kami telah berbelanja di tempat tadi dalam kurun waktu 2 jam, berkeliling-keliling mencari baju padahal aku tahu kalau baju yang kami datangi tadi adalah baju yang sudah persis sama seperti baju sebelumnya. Hanya saja Wulan beralasan kalau dia sedang menerapkan “kemampuan” miliknya itu berulang-ulang untuk sekedar memastikan apa yang sebenarnya terjadi dengan pakaian itu sekarang. Kami, sekarang sudah berada di KFC. Jam menunjukkan jam 4, sudah setengah suntuk kami duduk di sana, memesan 2 porsi makanan sambil menunggu pelayan itu datang menceritakan pengalaman yang dia punyai kepada kami. Walaupun memang aku tidak tahu pengalaman seperti apa yang akan dia ceritakan kepadaku nantinya. Aku hanya berharap pengalaman yang benar-benar berharga dan layak untuk kami. “Wulan, menurutmu ada apa dengan kalung ini sebenarnya? Apakah kau pernah melihatnya di suatu tempat atau suatu konten yang ada di channel milik paranormal itu?” Tanyaku kepada Wulan, melepaskan kalung itu sekarang memberikannya kepada Wulan agar dia bisa memeriksanya secara langsung. Mungkin, dia bisa melakukan kemampuan ajaibnya itu kepada kalung ini sekarang. “Entahlah, sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi yang jelas, benda ini mungkin terlihat sangat umum di berbagai tempat, namun entah kenapa di saat yang bersamaan benda ini juga cukup langka sampai informasi yang ada di dalam benda ini tidak terdokumentasi dengan baik oleh banyak orang. Banyak sekali hal misterius berkembang dalam benda semungil ini.” Ungkap Wulan padaku. “Bukankah memang kebanyakan benda seperti itu? Apakah kau tahu sesuatu soal mandela effect? Sebuah sindrome dimana kita seperti mengetahui soal sesuatu padahal informasi yang kita ketahui itu adalah sebuah informasi yang salah? Dan anehnya, banyak orang yang mengalami efek itu secara bersamaan. Apakah kau tahu sesuatu yang berhubungan soal itu?” Tanyaku pada Wulan. “Ya, aku tahu soal Mandela Effect itu. Hal yang paling membuatku kaget dan tak habis pikir adalah ternyata tidak ada kata ‘Looney Toons’, yang ada hanyalah ‘Looney Tunes’. Sementara ternyata pikachu tidak pernah memiliki corak hitam di ekornya. Sesuatu yang masih tak bisa kupercaya sampai sekarang!” Wulan menyebutkan beberapa contoh soal mandela effect itu. Dan memang, aku juga ikut bingung. “Tapi Sabrina, aku merasa benda ini tidak memiliki hubungan dengan mandela effect. Aku merasa, kalau informasi tentang benda ini memang sengaja disembunyikan kepada banyak orang hanya semata-mata untuk membuatnya terasa sebagai sesuatu yang misterius. Seperti dibuat-buat. Kau tahu kan, trik marketing.” Ungkap Wulan. Yang memang masuk akal jika sesuatu seperti itu terjadi di dunia ini. Seperti layaknya sebuah lelang barang-barang kuno atau lukisan legendaris, yang mengklaim kalau barang itu dibuat oleh sosok yang legendaris dan bisa dibilang maestro di zamannya, menciptakan berbagai mahakarya yang luar biasa. Padahal, lukisan itu tak khayal hanya sebuah lukisan biasa diciptakan oleh sebuah pabrik berasal dari cina. Tidak ada spesialnya sama sekali. “Mungkin saja, pendapatmu itu benar. Namun jika memang begitu, tidak mungkin pelayan dari toko itu akan mengucapkan sesuatu soal kalung ini sampai dia berkeringat dan juga sangat ketakutan seperti tadi. Kau tahu kan bagaimana raut mukanya saat mengatakan kalau kalung ini adalah kalung yang berbahaya? Aku mencium sebuah bau ketakutan yang asli dan juga nyata di sana!” Ungkapku kepada Wulan. Tak lama kemudian, seorang wanita, memakai baju kaos biasa dan menguncir rambutnya datang kepada kami berdua. Awalnya, kami sedikit kaget dan kesal karena seseorang yang tak dikenal tiba-tiba menaruh tasnya dengan keras di meja kami. Namun saat kami mendongak ke atas, mengetahui siapa wanita itu sebenarnya, kami sadar kalau dia adalah wanita pelayan yang sebelumnya. “Maaf ya mbak-mbak. Saya agak telat sekarang. Saya tadi disuruh bos saya beli makanan dulu, makanya telat nyampe sini.” Ucapnya meminta maaf, padahal waktu telatnya tidak seberapa parah. Dia pun mengambil kursi dari meja lain, meletakkannya di samping kami berdua sekarang ini. Dia terlihat benar-benar kelelahan dan keringat di wajahnya meskipun tempat ini memiliki AC sebagai penyejuk ruangan. Dia melihat kalung taring macan yang sudah kuletakkan di meja itu, mengamatinya dengan sangat seksama sampai aku yakin dia lupa untuk berkedip. “Ya, ternyata memang benar dugaanku. Ini adalah barang yang asli. Barang ini terlalu berbahaya, apalagi untuk Anda yang tidak mengetahui apa-apa soal dunia ini. Katakan kepadaku, darimana kalian mendapatkan benda ini?” Wanita itu mengatakannya dengan sangat serius, sampai-sampai aku tak tahu dia mengatakannya dengan nada sarkas atau tidak. Aku pun mengatakannya tentang darimana aku mendapatkan benda itu. “Dari Dukun Valesta. Aku mendapatkannya setelah aku berkonsultasi dengannya. Tidak mendapatkannya sih, lebih tepatnya aku membayarnya seharga tiga juta rupiah.” Ucapku kepadanya. “Hah! Tiga juta!!” Balasnya dengan sangat terkejut melihat angkanya. Dia meremas taring itu dengan sangat erat seperti ingin menghancurkannya dengan berkeping-keping. “Jika saja kalian sedikit lebih tahu tentang benda ini. Kalian mungkin tidak akan tertipu oleh aksi licik yang dia gunakannya kepada kalian”. “Tunggu, memangnya, ada apa dengan benda itu? Bisakah kau menjelaskan sesuatu kepada kami berdua?” tanyaku kepada wanita itu. Dia telah mengatakan dan menuduh banyak sekali sesuatu sampai kami tidak tahu siapa wanita yang tampaknya serba tahu soal seperti ini. “Ah... maaf, aku lupa memperkenalkan diriku sendiri kepada kalian. Perkenalkan, namaku adalah Fatimah, aku hidup di dalam keluarga yang memiliki kekuatan mistis sejak kami lahir. Namun, kami tidak pernah menggunakannya untuk keuntungan kami. Akhir-akhir ini, kami tahu kalau banyak sekali dukun yang berpura-pura memiliki kekuatan, menampilkan batang hidung mereka di TV ataupun media. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah mereka hanya seorang penipu. Memanfaatkan banyak sekali keluguan dan kenaifan seseorang hanya untuk kepentingan mereka saja. Aku, disini berniat untuk menolong Anda mbak. Karena aku yakin, benda ini telah dicuri dari sebuah gudang artefak milik dunia mistis sebelumnya. Kami telah mencarinya, sampai aku menemukan Anda!” Aku baru tahu, kalau dunia perdukunan ada sesuatu semacam gudang mistis dan juga dunia kegelapan. Mirip seperti film-film paranormal pada umumnya. Hanya saja, aku juga baru tahu kalau dukun-dukun itu hanyalah penipu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hati dari Wulan mendengar semua fakta itu di lepaskan di depannya sekarang ini. “Lalu, memangnya kenapa dengan artefak ini?” “Aku yakin, dukun itu mengatakan kalau artefak ini mampu untuk menghalau Anda mendapatkan serangan dari sebuah roh jahat atau makhluk halus yang malang melintang. Padahal kenyataannya justru sebaliknya, artefak ini malah akan mengundang makhluk-makhluk tersebut untuk mendekat kepada Anda.” Mungkin, kata-katanya memang mengandung sesuatu yang benar-benar nyata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN