Aku terbangun, oleh suara teko yang berisik. Entah sejak kapan, aku menyalakan teko untuk memasak air panas itu. Karena jika aku memang menyalakan teko itu dan tertidur, maka akan menjadi sangat berbahaya nantinya. Aku pun langsung buru-buru mengangkat kepalaku, mencegah sesuatu yang buruk nantinya akan terkena dan terimbas lebih dalam kepadaku nantinya. Aku sudah kehilangan banyak sekali kompor dan juga teko, aku tidak boleh bertindak terlalu bodoh dengan kehilangan satu teko yang lainnya saat aku berada di rumahku sendiri sekarang ini.
Namun, aku terbangun dalam kondisi tak berbusana sama sekali sekarang, sesuatu yang jarang sekali kulakukan saat aku tidur di tengah malam ataupun juga saat aku mencoba untuk beristirahat. Aku mencoba untuk bertanya kepada diriku sendiri sekarang, apa yang sebenarnya terjadi di malam kemarin? Aku seperti telah hilang ingatan karena memang separuh ingatanku telah menghilang.
Saat aku berjalan, jauh dari kasur, kepalaku terasa benar-benar pening, seperti berusaha sangat keras dan kesakitan untuk mencoba mengingat kejadian apa yang sebenarnya terjadi kemarin. Apakah aku telah berbuat sesuatu yang buruk atau mungkin sangat kacau sehingga aku sampai-sampai kehilangan ingatanku sekarang? Jika memang benar, aku tidak bisa membiarkan itu semua terjadi.
Melewati ruang santai, aku bisa melihat banyak sekali botol alkohol kosong berserakan di atas meja, tanda mungkin seseorang, atau bisa saja aku meminumnya dengan habis sekarang. Aku tak pernah meminum atau memiliki botol itu sebelumnya, dan kemungkinan besar aku telah membeli sesuatu itu dari orang lain untuk kuminum bersama mereka. Adiksiku terhadap alkohol semakin parah akhir-akhir ini.
Tak hanya itu, di meja juga masih ada sebuah struk pembelian dari alkohol itu, yang nampaknya dibeli di sebuah gerai minimarket atau toko pinggir jalan, karena tidak ada nama dari pembeli tercantum di sana. Hanya saja, untuk satu malam, aku telah menghabiskan sebuah alkohol seharga 1 juta itu sekarang. Angka yang begitu fantastis bahkan bagiku yang hanya seorang pegawai kantoran di perusahaan terkenal.
Dan tiba-tiba, aku bisa merasakan kakiku terasa begitu lelah, sendi-sendi di paha dan juga telapak kakiku sangat nyeri dan susah sekali untuk digunakan, aku sampai-sampai harus berjalan perlahan-lahan menyentuh dinding dan juga tembok untuk bisa sampai ke dapur sekarang. Tentu saja, dengan tujuan untuk menghentikan suara teko air panas yang begitu mengganggu itu di sana.
Sampailah aku di dapur, teko air panas itu mengeluarkan uap dengan sangat tinggi, mengepul ke atas dan masuk ke dalam corong ventilasi di dapurku itu sekarang. Di bagian kanan, ada begitu banyak cucian piring dan juga cangkir yang kotor menunggu untuk dibersihkan. Dan dari jumlahnya, seperti baru saja ada sebuah pesta besar-besaran di sini. Pesta yang tidak bisa aku ingat.
Aku pun mematikan air dari teko itu, mencoba untuk membuka penutupnya dan melihat bahwa isi di dalamnya masih sebuah air yang hangat dan juga panas menunggu untuk benar-benar di seduh dengan sesuatu yang menghangatkan dan juga menyejukkan di sekitar sini. Aku mencari bubuk kopi, di bagian lemari kaca dan juga etalase tempatku menyimpan berbagai bumbu makanan dan minuman.
Sedangkan di samping, aku bisa mendengar suara shower yang menyalakan kerannya. Dengan suara seorang pria yang bersenandung dengan penuh gembira. Ini, adalah sesuatu yang sangat gawat, aku mungkin telah mengundang seorang pria di tempat ini, tanpa aku bisa mengingat siapa dia sebenarnya. Aku harus terus waspada meskipun aku berada di rumahku sendiri saat ini.
Di dekat kamar mandi, aku mendekatkan telingaku di tembok sekarang, mencoba untuk menguping siapa pria itu sebenarnya. Mungkin saja, dia adalah seorang perampok atau pencuri yang sedang berada di apartemenku, mencoba untuk mengetes dan juga melihat situasi apa yang sebenarnya terjadi di sini. Aku masih memegang gelas itu sekarang, akan bersiap-siap melemparnya jika dia melemparku.
Dugaanku semakin meyakinkan, saat aku melihat pakaian seorang pria di jatuhkan tepat di luar pintu kamar mandi. Untuk itu, aku tidak tahu apa yang dia maksud dengan melakukan hal semacam itu. Apakah mungkin dia mencoba untuk mengejek dan menghinaku? Dengan mengatakan kalau dia bisa menaruh pakaiannya dengan sembarangan di mana saja? Aku benar-benar harus waspada sekarang.
Suara keran berhenti berbunyi, aliran derasnya telah berubah menjadi hening sementara lantunan nada dari lagu dari pria itu sudah tamat. Aku berdiri di depan pintu itu sekarang, menunggu seseorang itu untuk mencoba untuk keluar dan aku akan memukulnya sekarang juga. Dan benar saja, dia keluar dengan sangat entengnya, menunjukkan batang hidungnya kepadaku. “Keluar kau dasar maling sialan!”
Ternyata, sosok yang ada di dalam kamar mandiku itu adalah Arya! Dia terpaksa terkena serangan lemparan cangkir dadakanku dan mengenai hidungnya sekarang. Cangkir itu pun terpental dan masuk jatuh ke dalam lantai hingga pecah menjadi berkeping-keping. Aku tak bisa membayangkan betapa rasa sakitnya terkena lemparan Arya itu. Yang lebih membuatku kaget adalah dia keluar dengan telanjang.
“Arya! Kenapa kau ada di rumahku sekarang ini?” Tanyaku berteriak kepadanya dengan sangat keras. Arya membuka kedua telapak tangannya, bingung dengan pertanyaan yang aku ajukan. “Apa maksudmu? Apa kau lupa dengan apa yang terjadi semalam?” tanyanya padaku. Sebuah kesalahan menanyakan hal seperti itu kepadaku, karena aku berada dalam mode linglung sekarang.
***
Arya menjelaskan kepadaku, tentang apa yang terjadi sebenarnya di malam kemarin. Saat kami sehabis pulang dari mall dan juga aku meminta maaf kepada Arya saat itu. Aku, mengobrol sangat banyak dengan Arya sampai aku mengajaknya untuk pergi ke rumahku.
Dan di malam itu, karena gabungan pengaruh alkohol, aku menjadi tidak ingat dengan apa yang kulakukan. Semua ingatanku buram pasca aku meminum alkohol di dalam rumah itu. Dan mobilku, di bawa oleh Wulan sekarang, karena memang sehabis itu aku pergi ke rumah menggunakan mobil milik Arya untuk sampai ke sini. Aku percaya kepada Wulan kalau mobilku akan aman dengannya.
Dan di saat aku tidak sadar diri pula, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Aku, bersetubuh dengan Arya, yang juga menjelaskan kenapa aku bangun-bangun dengan kondisi yang tidak memakai busana seperti tadi. Namun, Arya menjelaskan kalau kejadian tadi malam sama persis seperti kejadian yang terjadi di hotel, akulah yang memulai ini semua bukan dia, memberikannya tidak mempunyai banyak pilihan.
Arya berkata, kalau malam itu, benar-benar brutal. Lebih brutal saat terjadi di dalam hotel. Arya berkata kalau aku sangat bersenang-senang saat melakukannya bersama dengannya, sesuatu yang tentu saja tak bisa kukonfirmasi secara langsung, karena aku tidak sadar telah melakukannya saat itu. Yang juga bila waktu bisa diputar, aku ingin merasakan tubuh hangat Arya masuk ke dalam tubuhku lagi.
Dan setelah itu, karena terlalu malam dan Arya terlalu kelelahan, ia memutuskan untuk tidur bersamaku. Di apartemenku, belum sempat untuk membereskan apa pun yang ada di sini. Mungkin, saking brutalnya kejadian malam itu, tetanggaku sampai tak bisa tertidur mencoba untuk menghentikan dan meredam kegaduhan yang aku dan Arya telah hasilkan. Entah sesuatu yang bisa kubanggakan atau tidak.
Namun karena mendengar aku telah kehilangan ingatanku, Arya pun meminta maaf kepadaku. Dia tak tahu kalau kejadian seperti itu akan benar-benar berdampak kepadanya. Walaupun memang, dia sama sekali tidak salah dengan kejadian ini. Dia telah terperangkap dan terdorong oleh hawa nafsu yang aku berikan kepadanya. Sesuatu yang mungkin tidak akan bisa dibiarkan semua laki-laki di dunia ini.
Berbeda dari sebelumnya, Arya mencoba untuk bangun lebih pagi kepadaku, bertanggung jawab untuk membereskan apa pun yang ada di apartemenku saat ini. Namun, sebelum dia membereskannya, dia mencoba untuk mandi terlebih dahulu membersihkan badannya yang benar-benar lengket dan juga kotor di sana. Dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan benar jika dia merasa risih.
Tetapi, seperti yang terjadi sekarang, sebelum Arya selesai mandi, aku sudah terbangun. Dan berakhir malah memukul wajahnya dengan cangkir sangat keras. Aku memeriksa kepalanya, dan benar-benar benjol besar sekarang ini. Aku, merasa bertanggung jawab karena membuat wajah Arya yang tampan telah rusak sekarang. Mungkin, jika Arya memiliki fans mereka akan memarahiku sekarang.
“Sabrina, mengapa kau tidak mandi sekarang? Hari ini adalah hari senin tahu. Kau mengatakan kepadaku kalau kau memiliki jadwal untuk bertemu dengan pak bos kan siang nanti?” Sahut Arya kepadaku, dengan kepala yang masih benjol di sana. Aku teringat akan sesuatu, dan benar apa yang dikatakan oleh Arya kepadaku. Kalau aku memiliki hari yang penting saat ini.
Aku pun buru-buru mandi, dan menyuruh Arya untuk keluar dari sekitaran kamar mandi ini. Menunggu di kamar santai untuk menonton TV atau apa pun itu yang menjauhkanku dari kamar mandi. Walaupun memang, Arya telah melihat tubuhku telanjang bulat dan juga tak berpakaian apa-apa, namun aku masih belum berada di tahap terbuka untuk melakukan semuanya sekarang ini.
Aku telah selesai mandi, dan Arya duduk di sofa kamar santaiku sambil meminum segelas kopi yang dia buat sendiri sekarang. Dia menonton TV yang ada di sana, menoleh ke arahku yang telah berpakaian rapi siap untuk pergi berangkat bekerja. “Cepat sekali kau berdandan, tidak seperti wanita kebanyakan. Apa kau mau langsung pergi sekarang ini?” tanya Arya, yang tentu saja akan mengantarku ke kantor.
Hanya saja, sepertinya aku memiliki sesuatu yang harus kuurus terlebih dahulu. Namun aku lupa akan sesuatu itu. Untungnya, aku telah mencatat semua yang ingin kulakukan di dalam laptop, aku hanya harus mengeceknya sekarang untuk mengetahui sesuatu apa itu. “Sebentar Arya, sepertinya aku memiliki suatu urusan yang harus aku kerjakan terlebih dahulu sekarang. Tunggu 15 menit lagi yah.” Ucapku pada Arya.
Aku pun membuka laptopku, dan melihat kolom tab browser yang sangat banyak. Dan aku mengingat, tentang mimpi itu, tentang Connor, dan juga semua yang telah terjadi di malam mimpi itu. Aku tak menyangka, kalau berita kebakaran yang pernah kucari sebelumnya benar-benar berhubungan dengan pria itu, sesuatu yang aku mungkin menganggap tidak masuk akal dan irasional.
Dan sekarang, aku melihat wajah dari Connor dengan tampangnya yang sangat manis dan juga tampan itu di sana. Dia seperti mencoba tersenyum sambil menatap wajahku sekarang ini, sesuatu yang jika aku pikir-pikir cukup menyeramkan dan juga mengerikan. Bagaimana mungkin, orang yang telah mati bisa berkomunikasi denganku sampai dengan sekarang ini?
Aku juga mengingat, kata-kata dari Connor yang ada di dalam mimpiku tadi. Dia mengatakan kalau aku adalah orang yang berpengaruh baginya, orang yang telah menariknya untuk masuk ke dalam mimpi dan alam bawah sadarku. Sesuatu yang tentu saja tak bisa kupahami apa mengapa bisa terjadi. Apakah kata-katanya itu hanya bualan dan juga tipuan agar dia bisa memanipulasiku juga? Atau mungkin dia memang mengatakan sesuatu berupa kebenaran hanya saja aku tak bisa menerima kebenaran itu.
Tapi anehnya, aku merasa kalau perlahan-lahan ingatan soal diriku di dalam alam mimpi itu mulai terkikis sekarang. Aku merasa kalau memori yang aku miliki itu seperti sebuah padang batu di tengah pantai, akan hancur dan terkikis sedikit demi sedikit, menunggu waktu untuk benar-benar melahapnya di sana. Entah, itu sesuatu yang harus aku syukuri atau aku takuti sekarang.
Karena selain kata-kata Connor, aku tak bisa mengingat apa yang terjadi di mimpi itu lagi. Biasanya, aku akan bisa mengingat setting waktu, lokasi, dan juga suasana yang ada di sana. Sekarang, aku tak bisa mengingat apa pun lagi di dalam mimpiku. Mungkin, rambutku sudah mulai tumbuh uban, memori yang ada di dalam mimpi tak akan bisa selamanya ada dan abadi untuk aku dengarkan di sana.
“Sabrina, apa yang kamu lakukan? Sekarang sudah 15 menit lebih loh!” tanya Arya, masuk ke dalam ruangan kerjaku sekarang. Aku menoleh ke arahnya, dan dia berada di dalam kursiku sekarang. Arya, memegang pundakku, mencoba untuk melihat ada apa yang ada di dalam laptopku sekarang ini. “Tidak apa-apa, aku sudah selesai dengan ini kok Arya. Ayo, kita berangkat”.
“Tunggu, siapa pria ini?” tanya Arya dengan foto Connor yang ada di layar laptopku. Aku tahu, pria tampan yang ada di sana mungkin akan membuatnya cemburu atau mungkin merasa dikhianati, namun aku juga kebingungan mencoba untuk menjelaskannya sekarang siapa pria yang ada di dalam mimpi itu. Dan mungkin, Connor akan menganggap diriku sebagai wanita gila, lagi.
“Kau ingatkan kalau aku pernah bercerita kalau aku bertemu dengan seorang pria di dalam mimpiku? Dengan berulang-ulang? Dan pria itu, adalah pria ini. Aku telah berhasil menemukan identitasnya. Naasnya, dia sudah meninggal sekarang, terkena kebakaran yang merenggut nyawanya. Mungkin, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku atau dirinya lagi sekarang.” Jelasku pada Arya, dengan lancar.
“Tunggu, apakah kau pernah bertemu dengannya? Bagaimana caranya kau memimpikan seseorang yang kau tak pernah kenal atau temui sebelumnya? Apalagi dia sudah meninggal sekarang?” Tanya Arya kepadaku, yang tentu saja merupakan pertanyaan yang sama ada di dalam kepalaku. “Sabrina, ini tidak benar, aku merasa ada yang salah dengan pria ini sebenarnya!”