Episode 23

2014 Kata
Aku sekarang berada di sebuah kapar pesiar, melihat desiran ombak yang saling bersusul-susulan dengan matahari menyingsing seakan-akan kapal ini akan mengejarnya. Dari sana, cahaya yang timbul akibat Sang Surya menunjukkan batang hidungnya membuatku merasa hangat, tenang, dan juga sejuk di saat yang bersamaan. Aku, tak bisa melakukan apa pun selain rileks sekarang, tertidur menutup mata. Suara ombak saling bersahut-sahutan, seperti mencoba untuk berkomunikasi kepadaku. Menyuruhku untuk tetap terlelap, terdiam dan tertidur di sini. Sementara kakiku yang menyentuh air kolam, membuat perasaan geli dan juga dingin secara bersamaan sekarang ini. Jika saja aku bisa membalas desiran ombak itu, aku ingin berkata kepada mereka, kalau aku membutuhkan bantuan mereka. Aku, tidak baik-baik saja. Walaupun tidak berada di sisi depan kapal, aku bisa merasakan kalau kami akan segera berada di dataran sekarang. Terdengar dari suara burung camar yang saling mengepakkan sayap mereka, berkomunikasi dengan sesama mereka, mencari ikan dan juga makanan untuk diri mereka sendiri atau mungkin keluarga mereka di rumah. Jika mereka pulang dengan mulut hampa, mungkin mereka akan kelaparan sekarang. Di sampingku, ada sebuah gelas dingin berisi jus jeruk di sana. Hiasan potongan jeruk membuatnya terlihat makin indah sekaligus membuatku tambah ingin meminumnya terus. Aku pun mengangkat badanku, supaya mulutku sampai dengan gelas yang ada di sana dan tidak tumpah sampai ke badanku. Kesegarannya, membuat tenggorokanku basah dan juga tersigap oleh rasa manis bercampur masam. “Kau, sepertinya menikmati dirimu sendiri di tempat ini. Apakah kau senang berada di sini?” tanya seorang pria kepadaku. Aku pun menengok ke arahnya, walaupun memakai kacamata hitam, aku bisa mengenal kalau pria itu adalah pria yang sudah selalu berada di mimpiku sekarang. Mendatangiku tanpa henti. Tanpa memiliki maksud dan tujuan yang jelas untukku mengetahuinya. “Connor, kau juga seharusnya menikmati dirimu sendiri sekarang, kau mungkin tidak akan dapat menikmati dirimu sendiri nantinya.” Ucapku padanya, Dengan sangat percaya diri dan juga sedikit rasa angkuh. Aku pun kembali menyedot minuman jus jeruk itu di sana bersantai dengan leyeh-leyeh agar aku bisa menikmati hawa tenang dan juga menyejukkan bercampur hangat di kapal pesiar ini. Aku bisa mendengar kalau dia tertawa terkekeh dengan kecil, seperti merasa kalau tugas dan juga tujuannya di sini sudah hampir selesai. Aku tak memiliki komentar atau tanggapan apa pun dengannya, aku merasa kalau memang sudah cukup sampai di sini saja aku akan menyelidiki siapa dirinya sekarang. Aku tak akan membiarkannya mengganggu hidupku lagi. “Kau hanya mengetahui sedikit sekali fragmen dalam hidupku, dan kau merasa seakan-akan sudah mengetahui semuanya. Apakah kau memang sudah menyerah untuk memecahkan ini semua?” tanyanya padaku. Aku tidak menoleh kepadanya, mendengar pertanyaannya yang seperti itu. Hanya, mencoba untuk melihat burung camar yang berterbangan di depanku sekarang ini. “Jadi apa maumu? Kau ingin aku menyelidiki sesuatu yang ada di dalam dirimu? Kau ingin aku menyelidiki tentang kebakaran yang telah merenggut nyawamu? Maaf, sepertinya kau telah salah merasuki seseorang. Aku, tidak peduli dengan semua itu.” Balasku dengan lugas. Anehnya, dia malah lagi-lagi tertawa dengan pernyataanku padanya. Aku, juga tidak peduli apa yang dia lakukan sekarang. “Dasar Fatima, bisa-bisanya dia membocorkan informasi seperti itu pada orang awam. Apakah dia juga membocorkan informasi yang lain kepada orang awam juga? Posisinya benar-benar mengkhawatirkan sekarang. Mungkin, aku memang terlalu cepat untuk pergi dari dunia ini.” Ucapnya kepadaku. Seperti berusaha menasehatiku karena mendapat informasi darinya. Sepertinya, wanita yang kutemui bersama dengan Wulan di sana benar-benar merupakan benar-benar orang yang mengenalnya. Hanya saja, dia tidak memberikanku informasi yang lebih lanjut. Sesuatu yang benar-benar kusayangkan. Seandainya saja dia memberitahukanku atas semuanya, mungkin aku akan dapat tidur dengan benar-benar tenang sekarang ini. “Tapi Sabrina, yang jelas, lupakan atas semua itu. Ada hal yang ingin kuberitahukan kepadamu saat ini.” Seperti berabad-abad rasanya, kami telah mengenal. Dan baru kali ini, dia ingin membicarakan dan memberitahukanku sesuatu soal apa pun itu. Bukannya aku merasa sangat antusias kalau dia mengutarakannya sekarang. Hanya saja, aku melihat situasi ini seperti melihat hujan salju di pulau jawa, sesuatu yang benar-benar mustahil untuk dilihat, ataupun dirasakan sekarang. Aku membuka kacamataku, menengok ke arahnya, dan berkata sesuatu, “Hmm... sepertinya, masih terlalu pagi bagimu jika kau mencoba untuk mengatakan sesuatu kepadaku. Mungkin, aku sudah mengetahui semua kepingan informasinya dibandingkan dirimu sekarang ini. Hanya saja, aku tak mau terlalu menyombongkan atau menggembar-gemborkannya padamu.” Ucapku padanya. Walaupun aku sangat yakin, kalau semua hal yang pernah kualami di dunia nyata pasti sudah dia lihat sendiri dengan penglihatan atau apa pun itu yang sedang dia lakukan sekarang. Aku seperti berada dalam jeratan sipir penjara yang tak henti-hentinya terus melihat dan mengawasi sel tahananku sekarang. Melihatku mandi, kencing, tidur, atau pun bahkan memakan bumbu penyedap diam-diam di dapur. Dan seperti yang kuprediksi, Connor pun tertawa sampai membuatnya sedikit menangis dan mengeluarkan air mata sekarang. “Sungguh lucu Sabrina. Kau mungkin berpikir kalau kau bisa mengelabuhiku, dengan penglihatan ataupun tujuan yang kuberikan padamu. Namun, kau benar-benar tidak bisa lepas dariku sampai sekarang ini.” Aku tak tahu bagaimana dia menjelaskan sesuatu itu dengan normal, seperti tidak ada yang aneh dengan caranya melakukan sesuatu. Hanya saja, aku yakin kalau dia sudah memiliki kondisi psikologis yang berada di bawah manusia normal sekarang. Entah kenapa pemikirannya tentang hal yang rasional dan irasional sudah benar-benar mulai menghilang dari ruh ataupun kesadarannya sekarang ini. “Aku, sebenarnya tidak ingin mencoba untuk memberikanmu sesuatu yang baru. Alih-alih, aku memang ingin meluruskan beberapa hal untukmu. Tentang sesuatu yang Fatima katakan padaku. Aku tahu, dia memang mencoba berniat untuk membantumu, ataupun membantu diriku. Hanya saja, dia tidak mengetahui apa yang benar-benar terjadi di sana. Sesimpel dia memang tidak ada di sana.” Ucap Connor. “Saat hidup di dunia, aku memang adalah seorang paranormal. Bukan dalam berarti aku mencoba untuk menjajakan kemampuanku untuk dilakukan di depan umum sebagai sebuah pertunjukkan, atau sebagai sebuah penolong umat manusia, namun sebagai sesuatu yang lain. Namun, aku sesimpel hanya seorang sederhana memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang-orang di atas rata-rata.” Lanjutnya. Aku pun meminum segelas jus jerukku lagi, meninggalkan hanya sebuah es batu di sana. Gelasku benar-benar sudah habis sekarang, tak memiliki satu cairan lagi sekarang. Saat aku meletakkan gelasku, bunyi es batu ikut berbunyi gemerisik karena akibatnya di sana. “Huh... Sungguh lucu. Aku selalu bingung, kenapa seorang paranormal yang digadang-gadang dapat meramal masa depan dan menciptakan sihir, tidak bisa mencegah nasib malangnya sendiri? Mencegah kematian dari sebuah kebakaran itu?” Sepertinya, pertanyaanku terlalu menohok bagi Connor. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi untuk menjawab pertanyaanku itu. Aku sedikit merasa bersalah. Karena meskipun Connor ada di dalam mimpiku sekarang, dia masih orang yang nyata. Orang yang pernah benar-benar hidup di masa lalu. Menanyakan perihal tentang kematiannya pasti akan membuatnya menyesal. “Tidak, tidak usah menyesal Sabrina. Memang, akulah yang bodoh di sini...” Balas Connor, yang mana aku mengucapkan kata-kataku dalam hati sekarang! Tunggu dulu, jadi selama ini, dia bisa mendengar semua omonganku yang ada di dalam hati! “Ya, aku bisa selalu mendengarnya Sabrina. Namun, aku tak berniat mendengarnya, aku tak sengaja mendengarnya tadi. Kau mengatakannya terlalu keras”> “Cukup dengan basa-basinya, aku mulai sadar dan tahu, kalau kau memang adalah seorang paranormal di masa lalu. Namun, mulai sekarang, entah dengan cara apa pun. Aku menginginkan kau untuk pergi dari hidupku sekarang! Dari pikiran dan juga otakku! Kau seorang paranormal bukan?! Kau pasti bisa melakukan sesuatu seremeh itu dengan mudah bukan sekarang?” Ucapku padanya, dengan berteriak. Connor berdiri, beranjak dari kursi kayu empuknya itu di sana. Dia menuju ke bagian depan kapal. Bagian yang belum pernah kujelajahi dan juga kudatangi sekarang. Dia berjalan dengan diam, tak mengajakku untuk pergi bersamanya sekarang. Aku hanya bisa menoleh ke arahnya, bertanya kemana dia akan pergi. “Kau mau kemana? Apakah kau mau pergi dari pikiranku sekarang?” “Jika kau memang sungguh penasaran, mengapa kau tidak pergi denganku sekarang? Mungkin, aku bisa menunjukkanmu akan sesuatu sekarang di sana.” Balasnya dengan ramah senyum dan sapa. Dia, seperti tipikal orang-orang yang ada di dalam iklan tv murah senyum dan tak pernah terlihat cemberut ataupun marah sama sekali kepada orang lain. Karena aku penasaran, mau tak mau aku pun mengikutinya, dari belakang sekarang. Yang aku yakin pasti menuju ke depan kapal, menyingsing matahari yang bersinar dan gelombang pasang yang bergantian. Di dalam bagian kapal, tempat yang seharusnya diisi oleh banyak orang dan juga bersliweran, benar-benar sepi sekarang. Namun, aku melihat banyak sekali tanda-tanda kehidupan yang pernah hidup dan meninggalkan jejak di tempat ini sekarang walaupun memang tidak ada orang di sana. Seperti banyaknya makanan dan juga perabotan yang tumpah tak terbendung ke segala sisi. Namun, makanan dan minuman itu masih terlihat segar, cantik, dan juga tidak ada apa-apa yang bisa membuatnya busuk. Mungkin, kejadian ini seperti baru-baru saja terjadi. Dan mungkin saja, ini adalah kepingan memori atas sesuatu yang telah terjadi di masa lalu, ataupun masa depan. Alasan aku dapat memiliki intuisi seperti itu adalah karena banyaknya kertas-kertas yang beterbangan dengan sedikit pena dan juga tinta tergambar di atasnya. Kertas-kertas itu kemudian rusak dan juga lecet. Orang-orang, mungkin ingin menulis sesuatu di atasnya, namun tak bisa benar-benar melakukannya karena termakan oleh waktu atau terlambat melakukannya. Apakah mungkin, suatu bencana benar-benar terjadi di dalam tempat ini? Atau mungkin, sebuah sesuatu yang membuat mereka hilang benar-benar terjadi di kapal ini? Aku tak mungkin bisa benar-benar tahu jawabannnya. Lagipula, ini hanyalah sekedar mimpi. Bahkan mungkin sesuatu yang ada disini bukanlah benar-benar lokasi yang nyata. Hanya saja, kenapa ada jejak-jejak peradaban di kapal ini? Kami pun keluar dari ruangan tengah itu, Connor menyentuh bahu kapal, merasakan angin yang menyentuh dan mendorong mukanya saat ini. Di dalam dunia mimpi ini, dia bisa melihat matahari dengan kedua matanya. Sesuatu yang sangat mungkin mustahil dilakukan di dunia nyata tanpa memakai kacamata. Aku pun, mencoba untuk berdiri di sampingnya juga dengan ikut menyentuh bahu kapal. “Sabrina, apa kau mengenal tempat apa ini sebenarnya? Apa kau memiliki ide atau sebuah secercah anggapan tentang tempat apa ini?” tanya Connor kepadaku. Seolah-olah aku adalah orang yang ada di balik ini. Sesuatu yang tentu saja kuanggap sebagai sesuatu yang sangat aneh. Aku tidak mengenal tempat ini, ataupun pernah mengunjunginya. Aku tak pernah ke kapal pesiar sebelumnya. “Apa yang kau katakan? Naik ke sebuah kapal pesiar adalah sebuah kemewahan yang tak pernah bisa aku raih. Kalaupun bisa, mungkin aku tidak akan ingin naik ke kapal pesiar. Perjalanannya yang terlalu lama membuatku benar-benar bosan dan muak di saat yang bersamaan. Aku juga tidak bisa menahan merasakan aroma dari laut ini untuk waktu yang lama.” Ucapku pada Connor sekarang. “Hah, sudah kuduga kalau kau akan mengatakan sesuatu seperti itu,” Balas Connor. Berkata seperti dia tidak pernah bisa membaca pikiranku saja, ya kan! “Benar. Aku selalu bisa membaca pikiranmu, namun, aku memiliki pilihan untuk ingin mendengarnya atau tidak. Dan tempat ini, apa yang akan kau lakukan dan respon bila aku mengatakan kepadamu bahwa kaulah yang memilih semua tempat di dalam mimpi kita? Bukan diriku? Pernahkah kau berpikir sesuatu soal itu?” Tidak masuk akal sama sekali! Aku tidak mungkin menjadi penyebab kenapa semua kejadian dan setting aneh ini terjadi! Mungkin, Connor hanya mencoba untuk mempermainkan pikiranku, mencoba membuatku kalau aku adalah orang yang bertanggung jawab di sini. Padahal, nyatanya, mungkin saja kalau dia benar-benar berbohong. Aku hanya menjadi alat untuknya mencapai sesuatu. “Tidak mungkin! Kumohon jangan bicara omong kosong! Dan juga jangan mencoba untuk mengacaukan otak dan pikiranku! Jangan menganggap kalau aku adalah seorang tersangka di sini. Padahal, aku adalah orang yang seharusnya menjadi orang yang kau libatkan di sini!” Teriakku kepada Connor i sini. “Sabrina, sebenarnya, permintaanmu untukku mencoba untuk keluar dari dalam pikiranmu adalah permintaan yang benar-benar sulit untuk kutepati. Bagaimana caranya aku bisa mundur ataupun keluar jika sejak awal, kaulah yang mengundang dan menarikku ke dalam pikiranmu? Bagaimana sejak awal, kau adalah orang yang memperangkapku? Bukan sebaliknya?” Aku mengira, mengenal Connor berarti aku benar-benar mengenalnya. Ternyata, banyak sekali hal yang menjadi misteri, menjadi enigma dan puzzle yang semakin kueari, ternyata semakin banyak kepingan-kepingan kecilnya di sana. Dan sampai sekarang, aku masih belum dipenuhi oleh jawaban, melainkan begitu banyak pertanyaan dan juga pikiran di kepalaku. Entah, harus sampai kapan semua ini harus bisa berakhir dan juga berhenti menghantui hidup dan pikiranku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN