Dalam perjalanan menuju apartemen Xavier, Zea tak henti-hentinya memandang ke jendela yang sengaja tak ia tutup dengan gorden. Pikirannya menerawang jauh memikirkan bagaimana nasib adik kembarnya, Keana. Dia yang sudah jahat karena telah membunuh Angle tatapi malah Kea yang harus menanggung akibat dari segala perbuatannya. Harusnya dia yang diculik, harusnya dia saja yang menjadi tahanan, rasa-rasanya Tuhan begitu tak adil kepada Keana. Wanita lugu itu tak tahu apa-apa, wanita polos itu tak mengerti semuanya. Ia sedang membayangkan bagaimana nasib Keana sekarang, pasti saudara kembarnya itu sedang menangis ketakutan. Dia harus segera menyelamatkan Keana. Walau nyawanya harus ia tukar sekalipun.
"Kau tak apa-apa, dear?" tanya Sean, dia sengaja menyetir sendiri untuk sampai ke hotel. Sementara ada dua mobil suruhan daddy-Nya dan Uncle Lian yang menjadi pengawalnya. Memang lebih baik seperti ini, berjaga-jaga jika dirinya dihadang oleh musuh di perjalanan.
"Apa kau melihat wajahku baik-baik saja, Sean?" Zea malah balik bertanya, sementara Sean berdehem kecil. Seharusnya ia tak bertanya pada Zea yang jelas-jelas keadaan dan hatinya sedang tak baik-baik saja.
Ada yang membunuh ego untuk memuaskan hatinya dan ada yang membunuh ego untuk memuaskan hati seseorang. Tetapi Zeana malah membunuh perasaan seseorang demi memuaskan egonya. Menurutnya selama ini, apa yang ia lakukan adalah benar. Desahan demi desahan dan tubuh yang saling bersahutan itu terus terngiang di kepala Zeana saat dia memergoki Alzy bersama Angle di apartemen milik Alzy. Dia begitu jahat, untuk melampiaskan nafsunya dia bermain dengan Angel yang notabene adalah adik sepupu Alzy.
Penyatuan keduanya yang begitu membuncah mampu membuat wajah Zeana merona dan malu sekaligus membuat dirinya merasa menjadi orang hina karena matanya sudah melihat hal-hal yang menurutnya tabu sekaligus kotor. Dia masih mengingat bagaimana ganasnya Alzy saat berada di atas Angle yang terus-menerus mendesahkan namanya. Sial! Air mata meluncur bebas di pipi Zea, kejadian menjijikan itu terngiang-ngiang di otaknya. Harusnya dia sudah move on pada Alzy yang sudah hampir dua tahun berpacaran dengannya. Tetapi kenapa, saat dia menyebut nama itu. Hatinya sakit air mata juga ikut turun seakan mendukung.
"Kau tak apa-apa baby?" kembali Sean melontarkan pertanyaan.
"Ya, aku baik. Tenanglah!" balas Zeana tegas. Ia tak ingin di pandang lemah oleh siapapun.
Bahkan, Sean juga bingung tak tahu harus melakukan apa. Karena ini adalah kali pertama Zea menangis setelah wanita itu t tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik pintar tetapi ganas. sifat Lian yang tidak bisa dibantah dan sering membunuh siapa saja yang jahat padanya menurun kepada dan juga Galins.
Sumpah demi apapun Sean merutuki dirinya sendiri, ia tak tahu harus berbuat apa kala ada seorang wanita yang menangis, meskipun kenyataannya dia sering melihat wanita menangis contohnya adalah keana. wah mengingat wanita itu wanita cantik yang wajahnya serupa dengan wanita yang berada di sampingnya itu dia jadi teringat sesuatu, Apakah keana menangis di sana? atau malah pura-pura kuat dan mencoba melawan sepertinya opsi kedua bukanlah perkataan yang cocok untuk Keana. mengingat jika wanita itu adalah wanita yang cengeng Dan lemah lembut berbanding balik dengan saudara kembarnya yaitu Zeana. Sean selalu berdoa, semoga Kea baik-baik saja dan masih ada waktu untuk mereka semua menyelematkan wanita itu. Sungguh Sean tak ingin Keana celaka dan ketakutan seorang diri.
"Sudah sampai," Sean keluar dari pintu terlebih dulu, mengeratkan blazer dan jaket tebal lalu memutari mobil untuk membukakan pintu pada Zeana. Awalnya dia tak akan membukakan pintu tetapi Zea tak kunjung juga membuka pintu. Jadi dia berinsiatif saja.
"Kau benar tak apa-apa?" tanya Sean sekali lagi. Kali ini Zeana berdecak kesal. Ia memang kenapa-napa tetapi belum tentu dirinya tak bisa dalam tugas yang diberikan oleh Daddy nya.
"Cepat ambil kunci duplikat dan aku akan segera kesana."
Sean mengangguk, menggandeng tangan Zeana sebelum melepaskan Zeana untuk pergi di ikuti oleh para bodyguard yang akan membantunya dia mencium kening Zea terlebih dulu.
"Hati-hati, dear." ujar Sean sementara Zea hanya mengangguk sebagai jawabannya.
...
Zea memencet bel agar Xavier membukakkan pintu untuk dirinya, Zea meerasa tak tenang takut kalau Xavier berbuat jahat padaya.
Suara piintu terdenngar, membuat Zea terlojak.
''Hai Zea, benarkah ini kau?!" Xavier juga terperangah karena tak percaya dengan wanita yang berada dihadapannya adalah wanita yang sama.
Zea tersenyum canggung, lalu menganggukkan kepalanya. "Apa aku boleh masuk?"
"Kau serius?" Xavier malah balik bertanya, pasalnya kemarin saja Zea buru-buru pergi.
Zea mengangguk kembali, dia tak ingin banyak berbicara diluar, hatinya sudah menggerutu tak jelas karena Xavier terlalu banyak memberikan dirinya pertanyaan.
"Ah mari masuk," Xavier mempersilahkan Zea untuk masuk ke dalam dan menggiring wanita cantik itu sampai ke sofa.
"Humm, ngomong-ngomong, mau minum apa?"
Zea menggeleng, dia cukup waras untuk meminum pemberian dari Xavier yang notabene berasal dari keluarga Darwin, keluarga yang terkenal akan kelicikannya.
"Tidak usah Xavier, aku hanya sedang berkunjung saja."
"Memangnya siapa yang percaya kau hanya berkunjung saja?"
Zea tak bisa berkutik merasa tak bisa melawan perkataan tersebut, benar apa kata daddy dan para uncle-Nya. Otak keluarga Darwin tak bisa diragukan lagi, cocok dengan kelicikannya.
"Maafkan aku, kemarin aku mabuk. Makannya aku seperti itu pada-"
Zea menggeleng, "Tidak!"
Kening Xavier mengerut, meminta penjelasan atas kata tidak yang diucapkan oleh Zea.
Zea menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ah maksudku tidak apa-apa, Xavier. Aku memakluminya, aku juga sempat mencium bau alkohol yang menyeruak."
Xavier tersenyum kecil, netra berwarna Xavier nya sangat cocok dengan warna dia. Apakah orang tuanya memberikan Xavier nama karena warna bola matanya? Sepertinya begitu.
"Lalu ada keperluan apa kau kemari? Ah sebenarnya aku merasa tersanjung dikunjungi oleh Putri William."
Zea membulatkan matanya kesal, "A..apa maksudmu?"
Xavier menyunggingkan senyum tipis, "Bukankah benar? Kau adalah salah satu putri Mr. William? Tentu saja dia adalah musuh bebuyutan keluargaku. Dan sekarang kau malah datang menyerahkan diri pada musuh mu sendiri, sebenarnya apa yang kau cari Putri Zeana?"
Zeana terdiam mematung, dia tak bisa berkutik lagi. Xavier bukan pria bodoh seperti apa yang dia kira. Xavier terlampaui pintar untuk membaca keadaan dan situasi, seperti sudah terlatih saja. Xavier pria tampan itu mampu membuat Zea bungkam.
"Alice Darwin." satu nama itu terucap begitu saja dari bibir Zeana, dia bingung harus berbicara apa selain mengucapkan satu nama wanita itu. Tetapi hanya satu nama saja, membuat Xavier terbungkam dengan mata yang menelisik; menatap dirinya dengan intens.
"Kenapa kau membawa nama wanita itu?"
Zea tersenyum kecil, "Siapa Alice Darwin?"
Bukannya menjawab, Xavier malah menyentuh dagunya seperti nampak berpikir. Zea tahu kalau Xavier mengetahui satu hal tetapi ragu untuk mengucapkannya.
"Apa kau benar ingin mendengarnya?"
Zea mengangguk antusias, "Apa kau percaya pada musuh mu sendiri?"
Xavier terkekeh pelan, "Ah sepertinya Darwin adalah musuh ku. Aku bisa memanfaatkan keluarga William untuk menghancurkan keluarga Darwin."
"Kau berbicara pada musuh mu sendiri, kau ingat? Se benci itukah kau pada Darwin? Humm, aku tak sabar mendengar ceritanya."
"Kalau begitu, dengarkan baik-baik ya."
Zea mengangguk, lalu mulai mendengarkan Xavier bercerita. Cerita yang akan membawa semua masalah ini pada titik terang, pria itu pasti tau apa yang menjadi kelemahan dan pasti bisa membantu dirinya membawa Keana. Semoga saja, Xavier memang benar-benar baik. Sepertinya Xavier sama halnya seperti Alice.
**
Hai...
Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE.
Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB.
Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya?
Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.
Dan untuk yang ingin copyright cerita abal-abal ku ini, mendingan mikir-mikir lagi. Saya tak mau ada kesalahpahaman seperti sebelumnya, mending cerita hasil sendiri akan lebih puas, daripada cerita hasil orang lain.
Untuk PUEBI atau typo, nanti saya akan benarkan sesudah cerita ini TAMAT. InshaaAllah, karena kehidupan saya bukan hanya tentang n****+. Maaf kalau mata kalian perih dengan cerita saya?????????????????? ?
Salam
Saghita laa