"Jangan merasa menang dulu Lian!"
"Kenapa? Aku memang sudah menang!" sinis Lian pada Adrian.
"Tentu saja kita menang" ujar Geraldo, dia kembali bangun dan langsung berdiri tegak. Merangkul Bahu Lian dengan senyum sinisnya.
"Apa yang kalian lakukan?" ujar Adrian terbata-bata. Bukan hanya Adrian yang tak percaya dengan semua ini tetapi Lisha juga menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang telah terjadi.
Wajah Adrian nampak pucat, tangannya gemetar. Namun sedetik kemudian ketakutannya tergantikan dengan seringaian kecil. Adrian menekan sebuah tombol didindinh sampingnya yang membuat Lisha tercebur ke dalam sebuah kolam.
"Ah sialan!" dengan kemampuan berenangnya lisha mendongak dan berusaha meminta tolong pada Lian maupun kakeknya.
"Kalian akan dimakan oleh peliharaan kalian sendiri" ujar Adrian tersenyum sinis. Akan tetapi Lian tak mendengarkannya. Dia langsung menceburkan diri ke dalam kolam renang sebelum sesuatu terjadi pada Kekasihnya. Sementara Revano, Geraldo dan juga Adrian terlibat baku tembak. Yang mengakibatkan Adrian meninggal ditempat itu juga bersama Erlin.
Lian meraih tubuh Lisha, dia segera memeluknya lalu berenang secepat mungkin di saat satu ekor ikan hiu peliharaanya, berenang ke arah mereka berdua.
"Lian Bagaimana ini" Ujar Lisha dia memeluk tubuh Lian. Badannya tidak kuat lagi untuk berenang.
Disaat Hiu itu akan menerkam Lian, dia segera menembakkan peluru ke arah wajah hiu itu, membuat air kolam yang asin bercampur dengan darah Hiu. Lian segera berenang kembali dengan cepat sambil memeluk tubuh Lisha ke arah pintu kolam yang menghubungkan langsung ke laut lepas.
Ikan hiu itu mengamuk semakin menjadi, Hiu mengejar Lian dengan cepat. Namun untung lah pintu dapat di dobrak dengan segera. Sehingga dia langsung menuju ke lautan, dan memang ini adalah moment keberuntungannya. Ternyata Ada satu kapal disana yang sudah diketahui oleh Lian siapa pemiliknya.
"Emelly, turunkan tangga!" teriak Lian, pada Emelly yang sedang duduk di depan kapal sambil memegang laptopnya. Emelly segera melihat siapa orang yang telah berbicara padanya. Emelly melihat ke arah bawah dan pandangannya bertemu dengan Lian dan Lisha yang sedang di kejar oleh seekor hiu gila.
Emelly segera berlari ke dalam dan menekan tombol berwarna hijau untuk menurunkan tangga. Akhirnya setelah menembekkan peluru beberapa kali pada ikan Hiu Lian dapat naik ke atas tangga sambil menggendong Lisha. Dia segera menaiki satu persatu anak tangga dan membawa Lisha ke dalam sebuah ruangan yang dapat di sebut kamar di dalam kapal tersebut.
"Kakak, bagaimana bisa seperti ini?" tanya Reza, dia baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Lian yang tengah memangku seorang wanita dan membawanya ke dalam kamar.
Reza tidak merasa asing dengan wanita yang ada di pangkuan Lian, seperti pernah melihatnya namun tak tahu dimana. Reza mencoba mendekat ke arah Lisha dan akan mencoba untuk membuka masker yang menutupi mulut Lisha, namun ucapan Lian segera menghentikan tangan Reza.
"Cepat bawa kapalnya ke arah depan. Kita akan berkumpul disana" Ujar Lian. Yang di angguki oleh Reza, dia segera menjalankan tugasnya menjadi Nakoda kembali, Di ikuti oleh Emelly.
Lian akan melepas masker yang menutupi mulut Lisha namun Lisha segera menggeleng, "Aku belum siap jika Reza tahu tentang ini sekarang"
"Kau aman. Aku akan mengunci pintu" jawab Lian. Dia malepaskan tubuh Lisha agar berbaring di atas ranjang dengan baju basahnya dan mengunci pintu dengan segera.
"Pakailah selimut, disini tidak ada baju ganti" Ujar Lian kepada Lisha, tangannya menarik selimut lalu menutupi tubuh Lisha yang begitu mengigil.
"Kenapa kakekku tidak meninggal?" tanya Lisha membuat Lian tersenyum lalu mengusap rambut basah Lisha dengan lembut.
"Mana bisa aku membunuhnya, dia sudah ku anggap seperti kakek ku"
"Lalu darah itu?"
"Orang seperti kita selalu membawa kantung darah kemanapun, itu bukanlah darah asli" jawab Lian membuat Lisha mengangguk.
"Bagaimana perasaan dirimu setelah mengetahui siapa dalang dari kematian orang tua kita" Ujar Lian kembali.
Lisha mengedikkan bahu, "Aku ingin membunuhnya langsung, tetapi tidak apa-apa. Aku dapat melampiaskan kekesalanku pada mu, Nanti." jawab Lisha, membuat Lian gemas. Andai saja ceritanya tidak seperti ini mungkin Lian akan menerkam Lisha sekarang juga.
"Kita harus mengikhlaskan, dan membuka lembaran baru" Ujar Lian, membuat Lisha mengangguk lalu tersenyum.
Lisha mengernyit, "Dimana kakak ku? Dan apakah kalian sudah menemukan Bella?"
Pertanyaan Lisha membuat Lian terdiam. Dia baru saja teringat dengan ledakan itu, namun ia tidak boleh membicarakan ini sekarang pada Lisha, Bukan saatnya. Lagipula dia tidak tahu mereka selamat atau malah ... Tidak.
"Ya, baik-baik saja" jawab Lian dengan nada dingin , membuat Lisha mendengus kesal. Karena tidak puas dengan pernyataan dari Lian.
**
Lisha memakai kembali maskernya saat akan turun dari kapal, ia tidak ingin Reza mengetahui jati dirinya sekarang dan juga hubungannya dengan Lian.
Di pesisir pantai sudah ada semua orang berkumpul, Lisha mencoba melirik ke arah mereka satu persatu, memastikan jika tidak ada yang gugur. Dan ternyata tidak ada mereka semua selamat.
Lisha masih berada di dalam gendongan Lian, dan beberapa menit kemudian beralih ke dalam gendongan Zayn.
Zayn sangat bersyukur, untung saja adiknya selamat dari kejaran Hiu dan tidak ada luka yang serius. Dia juga bersyukur karena dirinya selamat dari ledakan bom yang sangat sulit sekali untuk dijinakkan. Untung saja sebelum meledak, bom sudah bisa di lepaskan dari badan Bella, dan Zayn segera membuangnya lewat jendela.
"Bagaimana dengan mu Lian" ujar Geraldo pada Lian. Lian tersenyum simpul lalu mengangguk.
"Ya baik, hanya saja aku melepaskan peliharaan kakekku. Hiu itu mungkin sudah kembali ke laut" jawab Lian terlihat sendu.
Geraldo menepuk bahu Lian, "Masih ada dua ekor Hiu di mansion ku. Lain waktu datanglah untuk melihat, Hiu itu salah satunya adalah peliharaan kakek mu" Jawab Geraldo membuat Lian mengangguk lalu tersenyum.
"Kakak, ibu ku bagaimana?" tanya Reza yang sedari tadi diam.
"Dia bukan ibu mu Reza!"
"Ma-maksud mu"
"Kau hanyalah anak yang di pungut dari panti asuhan oleh Erlin, karena hanya ingin memanfaatkan dirimu saja. Nanti aku akan menunjukkan rekamanya langsung padamu agar kau percaya"
Mendengar penjelasan dari Lian,membuat Reza terdiam mematung. Detik demi detik tubuh nya semakin meluruh ke atas pasir. Dia menunduk, menangis tanpa air mata. Tidak percaya jika selama ini dia bukanlah anak kandung dari Erlin. Lalu dimana orang tua kandungnya? Sekarang dirinya sendiri tanpa siapapun.
Lian berjongkok di hadapan Reza, "Meskipun begitu kau tetaplah adik ku Reza" Ujar Lian. Jawaban Lian membuat Reza mendongak lalu tersenyum berseri-seri. Pilihannya untuk memihak kepada Liandra memang tidak salah. Untung saja dia masih memiliki sisi baik di dalam hatinya.
Akhirnya masalah sudah terselesaikan dengan baik, tanpa ada korban dari pihak nya. Sebentar lagi Lian akan melamar Lisha dan segera melangsungkan pernikahan.
Sementara Reza juga berpikiran sama dengan Lian. Dia akan segera menemui Lisha dan meminta maaf, lalu membawa Lisha kedalam pelukannya kembali.