SIKAP DINGIN BIMA

1358 Kata
Aristy memang melakukan sepak terjang jungkir balik sendirian. Setelah menikah dengan Ardhy Bawono Raharjo pewaris tunggal perusahaan milik Kintoko Raharjo dan Catty Manoppo, dia akan membangun butik sendiri lepas dari butik tantenya. Dia ingin mewujudkan semua impiannya. Dengan support suami dan sokongan dana orang tuanya dia mulai berupaya merilis usaha yang dia impikan. Tentu uang bukan masalah bagi Aristy, terlebih dia didukung penuh sang mama. Untuk pengerjaan dia dibantu banyak staff handal, terutama oleh sekretaris pribadinya yang bernama Vallentine Schott, gadis blasteran Belanda yang bekerja pada Aristy sejak satu tahun lalu. Sudah satu tahun Vallentine atau yang biasa dipanggil Vallen bekerja dengan Aristy. Sebagai owner Aristy sangat terbantu dengan kemampuan Vallen bernegosiasi dan melobby pemilik bahan baku sehingga sering mendapat bahan baku dengan harga miring. Vallen juga jago di promosi, sehingga barang-barang yang dihasilkan oleh Aristy banyak terjual. Saat itu tentu belum dengan sistem media sosial seperti sekarang. Penjualan harus dilakukan dengan promosi besar di surat kabar, maupun di media televisi. Semua adalah tanggung jawab Vallen. ≈≈≈≈≈ “Wah Kakak kok nggak bilang mau ke sini?” kata Renny yang kaget ketika Henny tiba di kantornya. Tentu saja tak sulit mencari Renny karena Bima pernah bekerja di sini, dia tahu di mana ruangan sekretaris CEO. Rupanya Renny di sini langsung menjadi sekretarisnya Pak Kintoko sebelum nanti akan digantikan oleh Ardhy. Ardhy punya sekretaris sendiri dua sekretaris lelaki yang di tugaskan oleh pak Kintoko untuk mendampingi Ardhy. Sang papa tidak memberikan sekretaris perempuan pada anaknya. “Kamu hebat ya, ternyata kamu sekretaris CEO,” kata Henny saat Bima sudah meninggalkan mereka. Bima hanya mengantar, dia sendiri lalu menuju ruang pak Kintoko. Tadi dia sudah minta izin melalui Renny dan diperkenankan bertemu. “Enggak hebat lah Kak. Biasa saja. Semua hasil kerja keras aku, nggak tiba-tiba diangkat jadi sekretaris CEO kan? Aku merangkak dari staf administrasi di Singapura, lalu menjadi asisten sekretaris di Singapura sebelum kak Bima datang. Habis itu aku ditarik ke sini,” jelas Renny, tentu dia tak mau perjuangannya dari bawah tak dipandang sebelah mata. “Wah, andai saja kamu adalah sekretarisnya Kak Bima ya?” kata Henny. “Kenapa Kak?” tanya Renny. “Aku sering duduk di kantornya. Aku cuma pengen tahu bagaimana keseharian dia di kantor. Ternyata di kantor mau pun di rumah dia sama saja. Bicara pada stafnya juga seperti itu, hanya bila perlu, sama seperti padaku,” jelas Henny. “Dia juga seperti itu terhadap Kakak? Jadi kalian tak diskusi masalah rumah tangga, atau masalah umum misalnya?” “Kalau aku tanya, dia akan jawab. Tapi kalau tidak aku tanya, ya biasa saja, nggak sibuk dengan apa pun dia tetap tak banyak bicara,” kata Henny. “Aku kira dia banyak bicara bila dengan keluarganya,” kata Renny. “Dulu pernah aku lihat ada dua tamu yang sepertinya kelihatan saudaranya satu lelaki seperti sepupunya dan satu seperti orang tuanya atau pamannya, aku lihat dari kejauhan dia ngobrol banyak kok Kak,” kata Renny. “Entahlah mungkin karena kami dijodohin jadi dia merasa belum sreg sama aku atau bagaimana. Tapi memang aku lihat dengan keluarganya dia beda. Saat lebaran lalu aku menginap di rumah orang tuanya, dia ada banyak ngobrol. Tak seperti saat denganku.” “Apakah ini Kakak masih sering berhubungan dengan Kak Almas?” tanya Renny. Dia pernah kenalan dengan kekasih Henny sebelum menikah, dan pernah bertemu dan ngobrol dengan Almas. Tapi juga tidak akrab. Lelaki itu menurut Renny tetap baik, cuma tidak tipe lembut lebih ke seorang sosok yang ugal-ugalan dan periang bukan lembut dan santun seperti Bima. “Sejak aku menikah, aku hanya beberapa kali bertemu tak sengaja dengan kak Almas. Terakhir ketemu saat dia datang di acara resepsi, lalu kedua secara tak sengaja aku bertemu ketika aku periksa hamil ketika itu kandunganku dua bulan dan dia sedang bersama teman-temannya mengunjungi temannya yang kecelakaan di kantor sehingga dibawa ke rumah sakit yang sama dengan tempat aku periksa.” “Pertemuan ketiga dan keempat juga sama seperti itu pertemuan ketiga aku sempat ngobrol. Kami sempat makan siang karena saat itu tak sengaja aku habis belanja. Dia lihat lalu minta ngobrol kami ngobrol cukup lama di pertemuan ketiga itu.” “Aku tidak tahu, ternyata dia sudah enam bulan tinggal di Singapura.” “Pertemuan berikutnya saat aku dan kak Bima belanja bulanan. Kami hanya saling senyum dan mengangguk. Itu saja sih. Aku tahu diri lah, aku istri orang. Tak ingin mencari masalah karena yang aku hadapi nanti bukan hanya kak Bima tapi Kai.” “Kalau hanya papa aku masih berani melawan kata-katanya. Tapi kalau kai tak mungkin aku lawan. Bisa-bisa aku kena tulah sumpahnya. Aku tak mau itu terjadi pada aku dan keturunanku. Jadi aku tak pernah berani membantah Kai apa pun alasannya.” Renny tahu kedatangan Henny ke Jakarta karena besok istri dari wakil CEO akan membuka butik. Henny sama sekali tak pernah tahu kalau Aristy adalah mantannya Bima yang direbut oleh Ardhy, Renny tentu saja tahu karena itu adalah rahasia umum di perusahaan. Sampai saat ini Renny mendengar Aristy belum hamil lagi mungkin dia masih trauma akibat kegugurannya dulu, kehamilan yang tidak direncanakan dan membuatnya ter[aksa menikah dengan Ardhy, tapi kehamilan tiba-tiba gagal akibat kena turbulensi saat pulang honeymoon di Turki. ≈≈≈≈≈ “Kamu besok berangkat bareng aku ya. Aku akan jemput kamu ke rumah kostmu,” kata Henny. Saat ini mereka sedang di kantin. Henny ingin makan bakso. “Kalau Kakak datang ke kostku baru ke tempat acara itu muter. Dari kamar hotel Kakak ke rumah kostku baru kembali ke butik itu nanti muter. Lebih baik aku ke hotel saja, kita janjian mau jam berapa? Aku ke hotel, Kakak sudah di lobby jadi aku nggak perlu naik,” kata Renny. “Tak apa muter, karena kami sudah dapat pinjaman mobil, sehingga tidak apa-apa kami muter,” kata Renny. “Baiklah kalau begitu,” Mereka pun janjian di rumah kost Renny satu setengah jam sebelum acara peresmian butik dimulai. Karena perjalanan butuh waktu 40 menit dari rumah kost. ≈≈≈≈≈ Henny turun terburu-buru di rumah kost Renny, dia sudah tahu di mana kamarnya Renny karena dia tadi tanya. Ternyata Renny sudah menunggu di ruang tamu kamar kost tersebut. Mereka berpelukan erat seakan kemarin tak habis bertemu. “Wah kamu punya saudara kembar?” kata beberapa teman kost Renny. “Iya, ini kakakku,” jawab Renny sambil mengenalkan Henny pada beberapa teman yang saat itu ada di ruang tamu. “Ayo. Kak Bima sudah menunggu,” ajak Henny. ≈≈≈≈≈ Bima tidak masuk ke rumah kost dia hanya menunggu di mobil dia turun tetapi tidak masuk ke rumah kost. ‘Ya ampun. Kok aku deg-degan kayak gini ya? Padahal tak pernah ini aku rasakan pada Henny istriku. Bahkan saat aku ingin menggauli dia pertama kali aku tak pernah punya perasaan deg-degan seperti ini,” ucap Bima saat melihat wajah Renny. Bima melihat dari jauh saudara kembar itu berjalan bergandengan tangan dan tertawa bersama. Sama-sama cantik, sama-sama tak ada dosa padanya, tapi tak ada cinta untuk Henny. Hanya ada cinta untuk Renny. Pada Henny dia hanya merasa menyayangi sebagai adik, sebagai kewajiban terhadap orang yang ada di bawah tanggung jawabnya atau sebagai apa entahlah, sukar dijabarkan dengan kat-kata. Tapi tak pernah ada cinta sama sekali. itu yang Bima rasakan. Bahkan untuk menggauli saja bisa dihitung jari. Bukan Bima tak suka kegiatan itu, tapi memang dia tidak merasa berkewajiban memberi nafkah batin pada istrinya. Sebagai pengantin baru, usia muda biasanya kan maunya tiap malam. Bima tak seperti itu. Saat pertama menikah satu minggu sejak akad dia sengaja meliburkan istrinya dan baru menggauli di malam kedelapan. Itu pun hanya satu kali dan selang kemudian tiga hari berikutnya. Kemudian seminggu sekali kadang lebih 10 hari. Bima sama sekali tidak tertarik dengan kegiatan itu bersama Henny istrinya. Dia hanya melakukan kewajiban saja. Terlebih sejak Henny hamil, dia tak menyentuhnya dengan alasan kasihan. Bila Henny merajuk dia akan membujuk dengan alasan takut melukai bayi mereka. Bima makin tak karuan saat melihat Renny senyum padanya. ‘Andai dulu kamu tak menghindar, mungkin aku bisa memperjuangkan dirimu. Henny pasti akan setuju berjuang, karena dia punya kekasih. Dan aku tahu mereka masih sering bertemu. Bahkan sekarang kekasihnya juga pindah ke Singapore,’ Bima jadi tak karuan menerima senyum adik iparnya,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN