Tepat di bulan Januari tahun 1991 Bima menjabat sebagai Direktur cabang di Singapura.
Pada bulan Maret 1991, Bima mendapat undangan pernikahan Aristy dan Ardhy. Dengan dengan besar hati Bima datang bersama tiga staff utama di kantor cabang. Tak ada gentar dalam jiwa Bima karena dia tak pernah jatuh cinta yang sebenar-benarnya cinta pada Aristy. Dia belum pernah merasakan hal itu jadi dia datang santai saja.
Tentu saja Aristy dan Ardhy tak pernah menyangka kalau Bima berani datang. Mereka jadi salah tingkah sendiri saat Bima dan stafnya mengucapkan selamat terhadap pernikahan mereka.
Pernikahan yang tiba-tiba karena bulan Desember Bima baru membongkar hubungan mereka, lalu tiba-tiba bulan Maret sudah menikah, rupanya saat itu Aristy sudah hamil empat bulan. Jadi saat bertemu dengan Bima Aristy sudah hamil.
“Ya ampuuuuuuuun, Alhamdulillah benar-benar aku terhindar dari sampah,” kata Bima saat mengetahui ternyata Aristy sudah hamil sebelum menikah.
Untung bukan dia yang dijebak untuk menjadi ayah bayinya. Kalau Ardhy berkelit tentu Aristy akan mencoba menjebak Bima agar si bayi punya bapak. Bima yakin itu. Itu sebabnya sebelum Ardhy kasih kepastian, Aristy tak mau memutus hubungan dengan Bima bila memang Bima tak memergoki mereka.
Sayangnya dua minggu kemudian ada berita duka cita, yaitu Aristy keguguran dan harus bed rest karena saat naik pesawat udara ketika bulan madu dia terkenal turbulensi dan guncangan di pesawat itu membuat dia keguguran.
≈≈≈≈≈
Gerak cepat Renny langsung menghubungi HRD Pusat di Jakarta dia minta resign atau dimutasi ke cabang lain di mana pun yang penting tidak di Singapura. Tentu saja hal itu tanpa pengetahuan Bima sebagai Direktur cabang Singapura. Renny memang langsung menghubungi HRD pusat Jakarta melalui telepon rumah.
Kumala manager HRD Jakarta menimbang Renny sangat potensial, kinerjanya bagus sehingga akhirnya Renny ditarik ke cabang Jakarta. Malam itu juga Kumala memutuskan dia menerima Renny dan dia tunggu hari Senin di kantor pusat. Padahal kala itu mereka bicara malam Jumat.
Renny sangat dekat dengan kepala HRD Sudah dua tahun mereka bersahabat walau dengan jarak jauh Ibu Kumala, manager HRD sangat senang akan kinerja gadis belia yang dia kenal dua tahun lalu saat itu baru lulus S1.
≈≈≈≈≈
“Mana Renny?” tanya Bima pada sekretarisnya.
“Hari Kamis Bapak panggil Renny, hari Jumat dia sudah izin tidak masuk Pak. Lalu hari ini Senin pagi, saya sudah dapat hard copy dan email dari Renny bahwa Renny sudah ada di Jakarta. Dia sudah pindah ke cabang Jakarta,” jelas sekretaris.
“Mengapa sebagai kepala cabang di sini saya tidak tahu apa-apa soal kepindahan Renny?” tanya Bima bingung.
“Harusnya ada SK kan pindah itu, harusnya pakai tanda tangan saya kan? Izin saya dulu, kalau anak buah saya mau dibawa pindah ke mana pun. Apakah saya mengizinkan atau tidak, atau saya tukar dengan orang lain. Kok saya enggak tahu apa-apa soal Renny?” kata Bima bingung.
“Saya juga nggak tahu Pak. Saya baru tahu tadi pagi ada hard copy pengunduran diri. Juga hard copy SK Renny yang baru pindah sebagai sekretaris pak Kintoko langsung dari bu Kumala Pak.”
“Pak Kintoko apa nggak bilang sama Bapak? Itu tanda tangan bu Kumala kok pak.”
“Saya malah enggak tahu Pak Kintoko mengambil Renny, dia nggak bicara apa pun dan memang selama ini saya nggak pernah bicara lagi sih sama beliau, kecuali urusan kantor yaitu saat meeting regional.”
‘Padahal aku baru mau menawarkan ingin mengubah perjodohan. Aku ingin dijodohkan dengan Renny saja. Kenapa dia malah menjauh? Ada apa ini?’ tanya Bima kecewa. Dia sungguh tak percaya Renny meninggalkannya tanpa pamit.
‘Sungguh sudah aku pikirkan aku akan bicara dulu sama Renny, mengatakan bahwa yang aku cintai hanya Renny. Tapi Renny-nya sekarang malah menjauh,’ Bima sungguh patah hati untuk pertama kali. Dia tak habis pikir mengapa malah Renny seperti hilang tak berbekas.
Dengan berat hati akhirnya Bima menerima perjodohan itu tanpa bantahan karena Renny-nya sepertinya sengaja menghindari diri dari dia, pernah dia coba telepon ke kantor pusat, Renny tak mau bicara dengannya.
Dua minggu setelah Bima memanggil Renny, keluarga Kasrani melakukan lamaran resmi ke keluarga Ikhsan. Tak ada Renny saat itu, bahkan Bima hanya berkenalan selintas dengan Henny. Jiwanya hanya untuk Renny. Dylan Tarulla melihat ada duka di mata anak tunggalnya. Dia tak bisa berbuat banyak menentang do-minasi ayah mertuanya. Dia hanya bisa mengeluh pada suaminya.
≈≈≈≈≈
“Iya aku akan pulang,” kata Renny ketika Henny meneleponnya.
“Sudah ya Kak, nggak enak ini telepon kantor. Nanti malam saja aku telepon ke rumah.” kata Renny.
Henny meminta Renny pulang ke Banjarmasin karena bulan depan dia akan menikah dengan Bima. sudah enam bulan Renny ada di Jakarta.
Tanggal 11 bulan 11 tahun 1991 Bima dan Henny akan menikah setelah drama panjang penolakan dari Henny, karena Henny punya kekasih bernama Almascatie Abubakar.
Kekasih Henny ini tidak disetujui oleh keluarga besar terutama kakeknya, entah alasan kakek apa. Almascatie bukan orang yang kurang mampu, dia juga dari keluarga mapan. Orang tuanya tinggal di Pontianak. Di Banjarmasin dulu kuliah lalu terus bekerja, jadi dia juga bukan pengangguran, bukan preman. Tapi entah mengapa Almascatie tidak disetujui. Pandangan orang tua biasanya bisa tembus sesuatu yang tak terlihat.
≈≈≈≈≈
Renny pulang tanggal 9 November lalu tanggal 13 November dia akan langsung kembali lagi ke Jakarta. Sama sekali tak pernah mau bicara dengan Bima secara personal. Hanya saat mengucapkan ucapan di pelaminan sesudahnya dia tak pernah bicara dengan kakak iparnya tersebut. Baik di meja makan maupun di tempat lain.
Renny benar-benar menjaga agar tak jatuh air mata, juga dia berharap tak ada yang tahu bahwa dia punya cinta yang tak sampaikan.
“Kenapa kamu buru-buru kembali?” tanya Bima saat di meja makan pagi ini.
“Saya hanya cuti satu minggu Pak,” kata Renny.
“Ini di rumah, kenapa kamu panggil Pak pada dia?” tanya Yuniarti Mulla mamanya Renny.
“Kebiasaan Ma, apa Mama belum tahu pak Bima ini dulu direktur aku di Singapura sebelum aku pindah ke Jakarta?” ucap Renny.
Dylan memandang Bima, dia melihat ada kilat lain saat putranya memandang Renny sejak gadis itu tiba dari Jakarta. Sekarang mendengar kalau Renny pernah satu kantor dengan Bima di Singapura, Dylan mencoba menarik benang merah dari sorot duka di mata anaknya ketika dijodohkan dengan Henny.
“Wow kamu pernah kerja bareng kak Bima?” tanya Henny.
“Pernah Kak, empat bulan,” jawab Renny jujur.
“Aku kira kalian baru kenal saat di sini,” ucap Yuni.
“Tidak Ma. Waktu itu Pak Bima memanggil aku ke ruangannya bertanya tentang Kak Henny. Waktu dapat surat dari orang tuanya saat diberitahu bahwa harus menikah dengan Kak Henny. Saat itu aku sedang transisi untuk pindah ke Jakarta, esoknya aku sudah di Jakarta. Itu pembicaraan aku pertama secara personal. Sebelumnya kami tak pernah bicara personal,” kata Renny.
“Sebenarnya kalian harus sering-sering bicara lah. Kalian kan sekarang kakak dan adik ipar,” kata Muhammad Ikhsan papa si kembar.
“Di luar pekerjaan aku bingung apa yang harus kami bahas, karena memang kami tidak kenal secara personal Pa,” jawab Renny.
”Sekarang kan sudah kenal, ya sudah ngobrol saja,” kata Henny.
“ Iya Kak,” jawab Renny.
≈≈≈≈≈
Lima bulan Bima dan Henny menyesuaikan visi dan misi, mau tak mau mereka harus menikah karena tak bisa melawan orang tua. Karena itu mereka berupaya mendekatkan diri walau siapa pun tahu Bima itu orang yang kaku dan terlebih dia tidak mencintai Henny melainkan mencintai Renny. Walaupun kembar, Henny dan Renny itu bertolak belakang.
Renny itu berani mengemukakan pendapat Henny tidak. Renny itu anak rumahan tak pernah mau keluar bila tak diperlukan, sedang Henny dia suka shopping, sukanya jalan ke mana pun Walau saat sedang tidak punya uang.
Henny tak suka masak tentunya dan selama ini yang pasti Henny tidak mau bekerja dia memang lulus S1, tapi tak pernah mau bekerja. Dia pikir buat apa bekerja kalau semua sudah dipenuhi oleh orang tuanya?
Orang tua mereka jauh di atas orang tua Bima. Mereka punya perusahaan batu bara juga perusahaan properti, jadi Henny berpikir tak perlu dia capek-capek kerja seperti Renny.
≈≈≈≈≈
“Dek akan ada acara launching butik temanku sekaligus istri dari bos Pusat di Jakarta. Aku diundang, bagaimana kita datang atau enggak?” tanya Bima pada istrinya saat itu pernikahan mereka sudah berjalan 7 bulan saat ini sudah bulan Juni 1992.
“Enggak apa-apa lah aku datang,” kata Henny yang memang tukang jalan.
“Sekalian aku biar bisa ketemu sama Renny. Sudah lama sekali dia nggak pulang sejak pernikahan kita. Bahkan lebaran kemarin pun dia tidak mau pulang ke Banjarmasin,” jawab Henny.
“Ya sudah, aku akan beli tiket kita berangkatnya dulu saja ya. Nanti pulangnya kita lihat waktu. Aku takut kamu masih mau lama bertemu dengan Renny. Mungkin aku sih nggak lama dua hari dari acara aku langsung kembali. Tapi kalau tiket kamu aku belum tahu makanya kita lihat suasana di sana,” kata Bima. Dia masih irit bicara walau pada istrinya sekali pun.
Bima juga tidak ekspresif menyatakan cinta pada Henny. Dia hanya memperlihatkan kalau dia penuh atensi tapi tak pernah memanggil Sayang, Cinta atau apa pun karena memang tak ada rasa itu buat Henny. Yang penting dia tidak selingkuh atau membenci Henny, dia terus bertanggung jawab terhadap keluarganya. Dia juga sangat lembut terhadap istrinya itu saja.
Tapi kalau mengungkapkan kata cinta atau apa tak pernah keluar dari mulut Bima terhadap istrinya tersebut. Bahkan saat mereka melakukan hal intim suami istri tak pernah dalam pikiran Bima untuk mengucapkan terima kasih atau menyatakan sayang.
Saat diberitahu bahwa Henny hamil saja dia hanya mengucap syukur dan mengusap perut. Tak ada cium di perut atau apa pun dia rasa itu wajar saja.
Dataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar!