MELEPAS RINDU

1028 Kata
  WARNING MENGANDUNG ADEGAN DEWASA.   BAGI YANG MASIH BELUM CUKUP UMUR, BISA DI SKIP DULU YA.   setelah melaksanakan sholat maghrib dilanjut isya, disinilah kami sekarang, duduk di teras tempat tinggal Raline sekarang, ia tinggal di villa yang ternyata warisan orang tuanya, tidak ada yang mengetahui tempat ini, karena villa ini memang villa pribadi, bukan jenis villa komersil yang bisa disewakan, villanya tidak besar tapi sangat cukup nyaman untuk ditempati, jauh dari hiruk pikuk kota, villa dengan pemandangan hamparan laut yang luas, deburan ombak menjadi irama yang mengiringi malam yang sunyi ini. “ Rei, ayo makan dulu aku udah siapin makan malam buat kita.” “ ayo, udah lama aku gak makan masakan lezat kamu sayang.”     di meja makan sudah tersedia spaghetti carbonara, salah satu makanan favoritku, spagethi yang tidak memiliki cita rasa pedas, ia sangat tahu apa saja kesukaanku, ada juga ayam panggang dan juga kentang goreng, lengkap dengan berbagai macam saosnya. “ wah kamu masak makanan kesukaan aku, makasih sayang.”     kami menikmati makan malam ini dengan syahdu, melupakan segalanya, hanya menikmati apa yang ada di depan mata. setelah selesai makan kami duduk kembali ke teras, tepatnya di gazebo yang berada di teras depan. menghadap hamparan lautan luas, menikmati semilir angin dan juga irama deburan ombak di pantai. “ kamu harus segera kembali ke hotel Rei, ini sudah malam.” “ aku masih mau menikmati kebersamaan kita sayang.” “kamu gak bisa terus kaya gini Rei, ingat kamu sudah menikah, ada istri mu yang sedang menunggu mu di rumah” lalu setelahnya ia menangis, aku tahu ia dan aku masih sama-sama saling mencintai. kubawa ia kedalam pelukanku. “ sudah ku katakkan, kita akan terus selalu bersama-sama sayang, ga peduli aku sudah menikah sekalipun, kamu,hanya kamu yang aku mau, bukan yang lain.” “ tolong jangan mempersulit posisiku Rei, kita harus realistis, kita gak akan bisa bersama.” “bisa, kita akan selalu bersama, kenapa kita tidak akan bisa bersama. aku dan kamu akan selalu bersama, tolong percaya padaku.”     Raline pergi meninggalkanku ke dalam, lalu aku menyusulnya, sudah ku putuskan, malam ini aku akan tidur disini, membahas masalah sampai selesai, aku akan bawa Raline, kembali ke Jakarta, ku pastikan pintu depan terkunci dengan benar, setelahnya ku susul Raline yang berada di halaman belakang, terdapat kolam renang juga beberapa kursi disana, suasana belakang sangat temaram, dapat ku lihat Raline sedang menangis dilihat dari bahunya yang bergetar. ku hampiri dirinya dan ku peluk lagi dirinya dari belakang. “ aku disini, aku tetap masih menjadi Reinald kesayanganmu, sampai kapanpun aku adalah milikmu sayang.” Raline melepas pelukkanku, lalu ia berbalik menghadapku. “ ini sudah malam Rei, lihat, langit sudah sangat mendung sebentar lagi akan turun hujan, lebih baik kamu segera balik ke hotel, aku ngantuk mau tidur.” “ malam ini aku akan tidur disini, tolong jangan menolak, aku tidak akan melakukan hal yang kamu gak suka.” “ terserah”     lalu Raline berlalu hendak pergi meninggalkanku, tanpa banyak bicara aku segera menggendongnya ala bridal, dia memekik karena kaget. “ Rei apa yang kamu lakukan, kita ga bisa kaya gini.” “ syutt… aku hanya ingin menggendong mu, aku tidak mau kamu kelelahan” “ ini berlebihan Reinald, aku tidak akan lelah karena hanya jalan sebentar, tolong turunkan aku.” “ aku akan turunkan jika sudah sampai kamar.”     dengan perlahan ku turunkan Raline, ku rebahkan ia di atas kasur, ku kecup keningnya. cuph.. “ tidurlah, aku akan menjagamu diluar.”     tapi tiba-tiba sebelum aku mencampai pintu,petir bergemuruh dan disusul dengan padamnya listrik, ku dengar Raline menjerit, ia memang phobia dengan kegelapan. “ AHHH…” ku nyalakan senter yang ada di hp ku, lalu segera ku hampiri Raline. “ syutt… tenanglah sayang, ada aku disini.” sambil ku bawa ia ke dekapan ku. “ Rei.. gelap, aku ga bisa bernafas rasanya.” “ tenang sayang, buka matamu, aku sudah menyalakan penerangan dari senter hp.” ia memelukku sangat erat. “ tenang sayang, tidak akan terjadi apapun, apa kamu punya lilin atau lampu emergency disini?” “ aa..aku punya beberapa lilin elektrik ada dilemari kecil sebelah sana.” sambil ia menunjuk salah satu lemari.     ternyata ia memiliki stok lilin elektrik cukup banyak, ku nyalakan semua lilin tersebut, aku tidak tahu akan berapa lama pemadaman listrik ini. “ apa kamu sudah merasa tenang?” “ iya sudah, terimakasih Rei, aku gak tahu kenapa bisa padam listrik, biasanya tidak pernah seperti ini.” “ mungkin karena gemuruh, jadi gardu listriknya bermasalah.”     disadari atau tidak, kamar ini jadi terlihat sangat romantis, kamar yang hanya diterangi oleh lilin-lilin elektrik ini menambah kesan romantis suasana kamar, ku pandangi wajah Raline, meskipun hanya diterangi cahaya seadanya, namun tidak menutupi kecantikkannya, perlahan ku angkat dagunya agar ia bisa menatapku, kami saling memandang satu sama lain dengan tatapan yang sama-sama penuh cinta, entah karena suasana hujan diluar dan mati lampu atau dorongan hasrat, tiba-tiba aku mengecup bibirnya, tak ada penolakkan darinya, lalu ku beranikan menciumnya lebih dalam, melumat bibirnya dengan sangat perlahan, meresapi bibirnya, atas dan bawah, menelusuri segala yang ada di rongga mulutnya.     hingga ciuman itu pindah ke leher indahnya, mencecap hingga mungkin menimbulkan bekas disana, entah keberanian dari mana, ku remas perlahan paayudaranya, hingga ia melenguh, mendesis, mendesah karena perbuatan kami, lalu setelahnya tanpa sadar kami sudah sama-sama tidak mengenakan apapun. ku tatap wajahnya yang sayu, menyiratkan ia pasrah dengan apa yang aku perbuat. “ trust me?” ia hanya mengangguk sebagai jawabannya.     lagi, ku beranikan mencumbunya, mencium bibirnya, meremas, memilin paayudaranya, menjilat bahkan memberi gigitan kecil disana, sekan memberi rangsangan untuknya. “sshh aah Rei…”     hingga pada akhirnya ku beranikan menembus mahkotanya. malam ini dengan diringi hujan, gemuruh dan deburan ombak sebagai melodinya, kami melakukannya, melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan halal, entah sudah berapa lama kami melakukkannya, entah sudah berapa kali cairan kami saling menyatu, seakan didukung oleh semesta, kami melupakan segalanya, melupakan janjiku untuk tidak merusaknya, bahkan melupakan istri yang bahkan belum ku beri haknya.     malam ini kami hanya menikmati apa yang ada di depan kami, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya, melupakan masalah yang menimpa kami, hanya menikmati waktu dan juga kesyahduan malam ini. karena terlalu lelah bercinta, akhirnya kami terlelap dengan saling berpelukkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN