Sebulan berlalu sejak bunda meminta ku untuk menikah dengan mas Reinald, ya hari ini tepatnya di panti asuhan dimana aku di besarkan akan diselenggarakan pernikahan ku dengan mas Reinald, bagaimanapun aku merasa keluarga besar ku adalah panti asuhan ini. Pernikahan ini hanya pernikahan sederhana yang hanya di hadiri oleh keluarga besar mas Rei, juga orang-orang yang tinggal di panti asuhan, hanya akad dan juga syukuran. mas Reinald yang mengusulkan, agar tidak banyak memakan waktu yang lama untuk persiapannya, karna jika harus mengundang seluruh teman, sahabat atau kolega besar ayah, membutuhkan waktu yang lama. katanya. Aku hanya menuruti saja, karna aku sendiri pun tidak terlalu suka keramaiaan. Mas Rei juga mengatakan agar acara ini penuh dengan rasa kekeluargaan.
Aku masih termenung di dalam kamar yang dipakai untuk merias diriku, walaupun pernikahan ini hanya sederhana, tetapi bunda tetap mempersiapkan yang terbaik untuk semuanya, dimulai dari mempersiapkan gaun pernikahan, menyewa seorang make up artist ternama serta jamuan untuk yang lain pun bunda memberikan yang terbaik. Untuk konsep tentu saja bunda memilih adat sunda, karna bunda sendiri orang asli sunda.
Asyik melamun dalam kamar, tiba-tiba ibu Arini datang menghampiriku, untuk kalian ketahui, ibu Arini adalah pemilik panti asuhan ini, beliau juga merupakan ibu kandung dari ibu Ayu, salah satu pengasuh yang ada di panti ini. Dengan tersenyum lembut beliau datang menghampiriku, menggenggam erat tanganku. “ sekarang kamu sudah besar ya sayang, sudah akan menjadi seorang istri sebentar lagi. Maaf ya kalau ibu tidak bisa memberimu hadiah yang mewah sayang. Ibu hanya bisa berdoa, semoga pernikahanmu menjadi pernikahan yang akan membawa kebahagiaan untukmu dunia akhirat, ibu juga mendoakan semoga engkau dianugrahi putra putri yang sholeh sholehah.”
Aku hanya bisa menahan haru dan juga mengamini segala ucapan ibu Arini, dalam hati kecilku aku juga berdoa, semoga langkah yang telah ku pilih bukanlah langkah yang salah, karna bisa ku lihat, bagaimanapun juga mas Rei anak yang berbakti, dan juga sangat menyayangi orang tuanya, terutama bunda. aku pun berharap suatu saat nanti mas Rei bisa mencintaiku dan bisa menjadi suami serta ayah yang baik kelak bagiku juga bagi anak-anak ku.
“nak, menikah itu bukan untuk main-main, kita harus bisa saling menerima segala kekurangan yang ada pada pasangan masing-masing, saling jujur, saling pengertian juga saling terbuka satu sama lain, sebagai istri kamu harus bisa menjaga nama baik suami mu, tutupi segala aib serta kekurangannya, limpahi dia dengan perhatian-perhatian kecil, penuhi segala kebutuhannya, maka niscaya suamimu akan memberikanmu cinta yang besar, karna ia merasa istrinya sanagat bisa mengerti dirinya. Kalau ada masalah atau apapun yang mengganjal, ungkapkan dengan kepala dingin, jangan menyahut ketika suamimu sedang marah, jika ia api maka kamu harus bisa menjadi air, jika sama-sama keras, tidak akan baik untuk ke depannya sayang.”
Aku hanya diam mencerna segala nasihat yang ibu arini ungkapkan untukku, jika perempuan lain akan mendapat nasihat pernikahan dari ibu kandungnya, maka aku cukup bersyukur memiliki ibu Arini sebagai ibu asuh ku selama di panti ini.
Dengan mata berkaca-kaca ku ucapkan terimakasih“ terimakasih bu atas nasehatnya… Hanna akan selalu mengingat ucapan ibu” tak lupa aku memeluk ibu Arini.
***
Dengan di damping ibu Arini dan bunda Ajeng, aku dituntun untuk segera ke tempat akad, dapat ku lihat mas Rei sudah duduk depan penghulu dengan gagahnya, menggunakan beskap berwarna putih dengan ornament silver juga bagian bawah beskap menggunakan balutan kain batik berwarna putih dan coklat, tak lupa juga aksesoris blangkon perpaduan warna putih dan silver menambah kadar ketampananya. Aku pun di dudukkan di samping mas Reinald. Setelah penghulu membacakan hak dan kewajiban suami istri dan juga doa maka penghulu bersiap untuk memulai akad, dengan pak penghulu yang menjadi wali hakim untuk pernikahanku.
“ saya terima nikah dan kawinnya Hanna Annisa Putri Jelita dengan mas kawin tersebut dibayar tunai”
Dengan lantang dan juga satu tarikan nafas mas Rei mengucapkan akad nikah. Aku menitikkan tangis air mata haru, kali ini aku sudah bukan perempuan bebas, aku memiliki andil dalam berlangsungnya kehidupan pernikahan ini. Ku salami mas Rei dengan penuh takzim, tak lupa ia juga mencium keningku. Lagi-lagi aku hanya bisa berdoa dalam hati, semoga pernikahan ini benar-benar pernikahan untuk yang pertama dan yang terakhir untuk kami berdua.
Setelah saling memasangkan cincin dan juga menandatangani buku nikah kami, kami berdua digiring ke pelaminan untuk berfoto, aku masih merasa tidak percaya dengan ini semua, tidak percaya bahwa aku sekarang telah resmi menjadi istri dari seorang pria bernama lengkap Reinald Pratama Hadiantara, pria yang ku kagumi sejak dahulu, sejak aku masih anak-anak. Ya, aku sangat menagaguminya, bukan hanya karna ketampanannya saja, tetapi aku mengaguminya lebih dari itu, sikap kasih sayangnya untuk keluarga, hatinya yang baik hati, juga jangan lupa ia merupakan sosok yang sayang keluarga. meskipun ia akan bersikap cuek terhadap orang lain.
Dapat ku lihat wajah-wajah bahagia, yang ada disini terlebih wajah bunda Ajeng juga ibu Arini, adik-adik panti juga sangat bahagia. Aku menoleh ketika mendengar langkah kaki mendekatiku, ku lihat si kembar Andika dan Andini menghampiriku, sambil membawa hadiah?
“ selamat mbak… sekarang mbak Hanna sudah resmi menjadi keluarga Hadiantara, sekarang mbak sudah jadi kaka ipar kami berdua” ini suara si cantik Andini, gadis yang cantik dan juga sangat ceria.
“ selamat ya mbak Hanna, maaf kami Cuma bisa ngasih ini ke mbak Hanna” yang ini suara Andika, mereka merupakan adik mas Reinald.
Aku bersyukur mendapatkan keluarga baru seperti keluarga bunda Ajeng dan ayah Bagas, walaupun mereka hidup melimpah dengan kemewahan, tapi mereka tidak membedakanku dan juga memperlakukanku dengan buruk. mereka juga masih membiayai kehidupan adik-adik panti selama ini.
***
Akhirnya inilah awal kehidupan baruku sebagai seorang istri, kehidupan yang membawaku dengan lika liku perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga, kehidupan yang juga membubuhkan banyak luka juga air mata kedepannya. Kehidupan yang mengajarkanku arti keikhlasan, kesabaran, kekuatan dan juga kerelaan .