Setelah 3 hari di rawat akhirnya bunda di izinkan pulang, hanya saja dokter berpesan agar bunda jangan terlalu banyak pikiran, dan juga jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat dulu. Aku pun mengantar bunda sampai rumahnya, niatnya setelah mengantar bunda ke rumah, aku ingin izin kembali ke Jakarta, karna jujur aku tidak enak meninggalkan pekerjaanku, bukan takut mendapat potongan gaji, hanya saja aku tidak enak dengan karyawan yang lain, meskipun pemilik kantor tempatku bekerja adalah ayah Bagas, suami bunda Ajeng sendiri. Tetapi entah mengapa bunda melarangku untuk balik ke Jakarta, katanya ayah Bagas sudah mengizinkan untuk aku cuti beberapa hari lagi. Jadilah sekarang aku disini, di rumah bunda yang ada di Bandung.
Ketika ku sedang asyik termenung di halaman belakang tiba-tiba mbok sumi datang. “ maaf mbak Hanna, nyonya meminta mbak untuk ke kamar nyonya”
“oh iya mbok, Hanna segera kesana sekarang. terimakasih!”
Aku pun bergegas mendatangi bunda ke kamarnya, sesampainya disana: “ hai sayang, sini duduk dekat bunda, ada yang ingin bunda bicarakan” aku pun duduk disebelah bunda. “ kamu pernah janjikan mau menuruti permintaan bunda? sekarang bunda mau kamu penuhi permintaan bunda ini sayang”
“bunda mau minta apa dari Hanna? insya Allah Hanna akan turutin kemauan bunda”
sambil memegang erat tanganku bunda berkata: “ menikahlah dengan Reinald anak bunda”
Aku pun dibuat shock seketika dengan permintaan bunda, menikah? sungguh aku belum pernah terfikirkan untuk menikah saat ini, aku baru saja merasakan hidupku bebas semenjak keluar dari panti, sungguh ini pilihan yang membuat ku delima. Dengan memberanikan diri aku bertanya “ apa mas Reinald setuju dengan hal ini bunda?”
Bunda tersenyum menanggapi pertanyaanku, “ tentu saja, Reinald akan selalu menuruti permintaan bunda. Bunda ingin kamu yang menjadi menantu bunda, bunda sudah mengenalmu dari kamu masih bayi sampai sebesar ini, bunda ingin meresmikan kamu sebagai bagian anggota keluarga ini sayang”
Ku lihat tatapan bunda sangat penuh harap, ingin menolak tapi aku tak kuasa mengatakkannya. “ baiklah, jika itu bisa membuat bunda bahagia, Hanna bersedia menikah dengan mas Reinald, bun…” dengan ragu aku mengiyakan permintaan bunda.
bunda langsung memelukku erat “ terimakasih sayang, terimakasih”.
tak lama mas Reinald masuk ke kamar bunda, “ ada apa bunda memanggil Reinald? “ sesekali ia menatap wajahku bergantian dengan wajah bunda
“kamu masih ingatkan dengan permintaan bunda Rei? sekarang bunda mau kamu memenuhinya Rei, bunda mau kamu menikah dengan Hanna”
Kulirik wajah mas Rei sebentar, bisa ku lihat ia sangat terkejut dengan permintaan bunda, tapi dengan apik ia bisa menyembunyikan keterkejutannya. sambil memegang tangan bunda mas Rei menjawabnya “ apa pernikahan ini bisa buat bunda bahagia?” Tanya nya.
“ia bunda sangat bahagia jika kamu bisa menikah dengan Hanna”
Sambil menghembuskan nafas dengan berat mas Rei menerima pernikahan ini. “ baiklah bunda, Rei bersedia menikah jika itu bisa membuat bunda bahagia”
“ terimakasih sayang, kamu mau menerima permintaan bunda” bunda menangis haru di pelukan mas Reinald. Aku hanya bisa pasrah menerima ini, dalam hati ku berdoa semoga keputusan ini tidak salah, dan semoga keputusan ini memang yang terbaik untuk kami semua.