CEMBURU

2265 Kata
    pagi ini suasana rumah sangat hening. Biasanya sehabis subuh seorang wanita muda berhijab sudah sibuk di dapur. Namun waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 dia belum turun juga. Jangankan untuk memasak, menunjukkan batang hidungnya saja pun tidak. “Hahhh” Seorang pria menghela nafasnya dengan kasar. Ia merasa serba salah. Tak lama tangannya di genggam oleh wanita yang duduk di sebelahnya, seakan menguatkan. “ Biar aku susul Hanna ke kamarnya.” Kata Raline “ Baiklah” Ucap Reinald membalas ucapan istrinya itu.     Setelahnya Raline segera naik ke lantai atas. Ia akan menghampiri Hanna. Ia tahu bahwa Hanna masih marah pada mereka berdua. Ketika sudah sampai di depan pintu kamar Hanna, segera Raline mengetuk pintu tersebut. Namun beberapa saat ia mengetuk pintu taka da jawaban dari sang empunya kamar.     Raline yang khawatir langsung saja membuka pintu. Beruntung pintu tidak terkunci dari dalam. Namun yang ia lihat adalah seorang wanita sedang tergeletak diatas sajadah, masih mengenakan mukenanya. Reflek ia langsung menghampiri Hanna mencoba melihat kondisinya.     Tatkala ia menyentuh keningnya, ia mendapati badan Hanna yang terasa panas. Ia mencoba mengguncangkan lengan Hanna untuk membangunkannya. “ Naa…Hanna..ya Alla bangun Hanna.” Raline yang tak mendapati Hanna merespon ucapannya segera teriak memanggil suaminya. “ REI…REINALD…TOLONG REI.” Segera Reinald berlari ketika mendengar teriakan Raline. Ketika sampai di kamar Hanna, ia melihat Raline yang memangku pala Hanna diatas pahanya. “ Ada apa sayang? Hanna kenapa?” tanya Reinald panik. “ Aku gak tau Rei, pas aku ketuk pintu, gak ada yang buka. Lalu pas aku mencoba buka pintu kamar, Hanna sudah tergeletak diatas sajadah. Sepertinya ia pingsan. Badannya juga panas sekali.” Segera Reinald membopong Hanna, lalu meletakkannya secara perlahan diatas kasur. “ Tolong ambil kain serta air untuk kompresan Lin.” pinta Rei pada Raline.     Raline hanya mengangguk saja. Segera ia mencari apa yang dipinta suaminya. Ketka Raline sudah pergi, Reinald mencoba untuk melepaskan mukena yang masih dipakai Hanna. Ia menyentuh kening Hanna yang memang terasa panas. “ Ya Allah Hanna, apa yang terjadi. Tolong maafkan aku yang selalu menyakiti hatimu.” gumam Reinald di depan Hanna yang masih pingsan. tak lama Raline membawa kain serta air untuk mengompres. Segera Reinald mengompres Hanna. Beharap panasnya segera turun. “ Sayang tolong ambilkan minyak angin dan thermometer ya.” pinta Rei lagi. Raline segera menuju kotak obat yang tersedia di kamar Hanna. Mengambilnya lalu memberikannya pada suaminya. Reinald mencoba mengkur suhu tubuh Hanna. Dan ternyata suhu tubuhnya mencapai 39°C. “ Tinggi sekali suhu tubuhnya Lin.” ucap Rei sambil memberi alat tersebut. “ Ini olesin minyak kayu putihnya ke Hanna. Coba oleskan ke hidungnya, biar ia cepat sadar.” Pinta Raline.     Reinald mencoba mengolesi dahi Hanna dengan minyak angina tersebut. Tak lupa ia mendekatkan botolnya ke hidung Hanna, agar bisa dihirup Hanna. Raline juga mengoleskan telapak kaki Hanna dengan minyak tersebut. Tak lama Hanna melenguh pelan dan perlahan ia membuka kelopak matanya. “Alhamdulillah kamu udah sadar Naa.” ucap Raline “ Kamu tadi pingsan. Kenapa enggak bilang kalau sedang sakit?” tanya Reinald “ Aku gak apa-apa.Cuma merasa lelah” ucap Hanna “ Badan kamu panas Naa. Makan dulu ya, nanti minum obat, biar demam kamu turun.” ucap Raline lagi. “ Aku gak laper.” “ Tapi kamu harus makan, Biar cepet sehat.” ucap Raline. “ Kamu tunggu sebentar ya, mbak akan buatkan kamu bubur.”     Hanna hanya diam tidak menanggapi. Ia menutup matanya karena ia merasa kepalanya sangat pusing. Reinald hanya menatap Hanna dari samping. Muka Hanna pucat, bibirnya kering, serta matanya masih terlihat bengkak. Apakah semalam Hanna menangis sangat lama? Fikirnya.     Dalam hati Reinald merasa sangat bersalah kepada istrinya ini. Pasti Hanna menangis karena pesta tersebut. Lagi-lagi ia mengingkari janjinya. Ia sengaja tidak memberi tahu perihal ulang tahun Raline karena ia takut merepotkan Hanna. Dan masalah teman-temannya, ia benar-benar lupa bahwa ketika ia mengadakan acara di rumah, otomatis teman-temannya akan mengetahui kehadiran Hanna di rumah. Dan pastinya mereka akan bertanya tentang siapa Hanna. Maka dari itu ia mengenalkan Hanna sebagai sepupunya. Namun ternyata keputusannya sangat salah.     Ia benar-benar tidak memprediksi semua itu. Yang ada difikirannya hanyalah bagaimana caranya memberikan Raline kejutan pada ulang tahunnya. Tanpa ia mengingat bahwa ada Hanna disisinya juga. Ia yang melihat Hanna meringis memegangi kepalanya segera membantu Hanna memijiti keningnya. “ Saya bantu untuk pijat kepala kamu ya.” Ucap Rei. Hanna hanya diam saja, pasalnya ia memang sangat merasa tidak bertenaga. “ Kamu mau saya panggilkan dokter?” Kata Rei. “ Tidak perlu, aku Cuma butuh beristirahat dan juga minum obat. Nanti juga akan sembuh sendiri. Tidak perlu khawatir.” ucap Hanna dingin. Reinald yang merasa Hanna masih marah hanya diam saja. Ia juga mengompres lagi dahi Hanna. Setelah lama mereka saling diam, Raline datang membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan juga segelas air hangat. “ Naa, kamu makan dulu ya. Abis itu minum obatnya.” pinta Raline Hanna berusaha bangun untuk duduk, Reinald membantu Hanna agar dapat duduk dengan nyaman.     Ketika Raline hendak menyuapi Hanna, Hanna menolak, ia mengambil alih mangkuk tersebut. Raline yang mendapati sifat dingin dari Hanna merasa sedih. Ia tahu Hanna masih merasa sakit hati atas kejadian kemarin malam.     Perlahan Raline memberikan mangkuk tersebut kepada Hanna. Ketika Hanna mengambil mangkuk tersebut, netranya menangkap benda mengkilau yang menghiasi jari manis Raline. Segera Hanna mengambil mangkuk tersebut tanpa mengucap kata sepatahpun. Ia menyuap sendiri secara perlahan bubur tersebut. Rasa pahit menjelajar dimulutnya. Hanya 5 suapan yang mampu ia telan. Karena ia merasa agak mual memakan makanan tersebut. Sakit membuat ia tidak selera makan. “ Sudah” ucap Hanna. “ Tapi kamu baru makan sedikit Naa.” Ucap Rei “ Aku tidak berselera mas, mulutku terasa pahit.” “Hahhh” Rei menarik nafas “ Ya sudah langsung minum obatnya ya.” pinta Raline Hanna hanya mengangguk. Hanna mengambil obat yang diberi Raline dan langsung meminumnya. Perlahan ia merebahkan tubuhnya. Saat ini ia sedang tidak mood. Ia merasa lelah, tubuhnya terasa pegal semua. Reinald segera menyelimuti Hanna sampai sebatas dadanya “ Tidurlah! Saya akan menjagamu disini.” “ Tidak perlu mas, aku bisa mengurus diriku sendiri.” ucap Hanna membantah ucapan suaminya. “ Jangan seperti itu Naa. Tubuhmu sangat lemas, biarkan Rei menemanimu. Mbak harus membereskan barang-barang mbak, karena besok mbak akan ditugaskan di Surabaya selama sebulan dari kantor.” Hanna tidak menanggapi, ia hanya memejamkan kepalanya yang masih pusing. “ Rei, aku ke kamar dulu ya. Tolong jaga Hanna.” Setelahnya Raline pergi ke kamarnya.     Hanna sudah tertidur pulas, didengar dari dengkuran halusnya. mungkin efek pusing dan juga setelah minum obat jadi ia terlelap begitu cepat. Reinald menyentuh dahi Hanna. Tenyata badannya masih hangat. Perlahan Reinald merebahkan tubuhnya disamping Hanna. Ia mencoba memeluk Hanna, mencoba melakukan skinship terhadap Hanna. Ia berharap dapat menormalkan suhu tubuh Hanna. Katanya skin to skin dapat meredakan demam seseorang. Meskipun masih tetap berpakaian. Reinald membawa Hanna kedalam pelukannya. Perlahan ia mengelus lembut kulit Hanna yang masih dapat ia jangkau. Terkadang ia juga memijat lembut dahi Hanna, agar dapat menurunkan pusingnya. Tak lama Reinald pun ikut terlelap di samping Hanna.     Lama mereka tertidur, hingga Raline sudah kembali dari membereskan pakaiannya dan juga ia sudah selesai masak untuk makan siang. Ketika ia membuka kamar Hanna, ia merasa ada yang sesak di dadanya. Ia merasa cemburu melihat langsung cintanya memeluk wanita lain. Meskipun wanita lain itu adalah istri pertama suaminya.     Sebisa mungkin ia menahan rasa sesak di dadanya. Perlahan ia menghampiri suaminya dan membangunkannya secara perlahan. Pasalnya ini sudah waktunya jam makan siang. Selain sudah waktunya mereka makan dan juga supaya Hanna dapat meminum obatnya kembali. Ia juga merasa sedikit tidak rela suaminya memeluk Hanna. Bagaimanapun ia juga sama seperti wanita yang lain, yang akan merasa sedikit cemburu melihat orang yang dicintainya bermesraan dengan yang lain. “ Rei, bangun.” ucap Raline sambil mengguncang pelan suaminya. “ Hmmm… Maaf aku ketiduran tadi.” balas Rei. “ Iya tidak apa-apa, sekarang bangun dulu. Udah waktunya makan siang. Hanna juga harus makan nanti, biar dia bisa minum obat lagi.” Ucap Raline. Sebisa mungkin ia menahan hatinya. “ Baiklah. Aku akan sholat Dzuhur dulu. Setelah itu kita makan ya.” Setelahnya Reinald bangun secara perlahan agar tidak menganggu tidur Hanna. Mereka pun akhirnya keluar dari kamar Hanna.     Tak lama setelah Rei dan Raline pergi dari kamarnya. Hanna terbangun. Ia mulai merasa lebih baik. Pusing di kepalanya juga sudah tidak terlalu. Badannya juga sudah tidak sepanas tadi. Ia merasa tertidur dengan nyenyak tadi. Mungkin efek obat yang tadi pagi ia minum. Fikirnya.     Ia mengambil Hp diatas nakas. Ia melihat pesan masuk dari Ayumi. Ayumi menanyakan kenapa pagi ini tidak hadir di kelas. Karena sang chef bertanya langsung kepada Ayumi mengenai absennya Hanna kali ini. Pasalny yang chef ketahui, muridnya yang satu itu sangat dekat dengan sang asistent. “ Naa, kenapa kamu tidak hadir hari ini? apa kamu baik-baik saja?” pesan dari Ayumi “ Maaf mbak, aku lupa mengabari. Tadi pagi aku demam. Tapi sekarang sudah membaik mbak.” balas Hanna. “ ya Allah, mbak akan suruh David menjengukmu ya Naa.” tulis Ayumi lagi “ eh, tidak perlu mbak. Aku sudah baikan. Tidak perlu repot mbak.” “ tidak, semalam David sudah menceritakan kalau kamu ternyata adik sepupu sahabatnya. Biarkan David datang menjengukmu. Anggap saja aku dan David yang datang menjengukmu. Ah sayang sekali aku sedang diluar kota. Mbak sangat khawatir. Bagaimana kamu bisa terkena demam secara mendadak, padahal David bilang semalam kamu baik-baik saja.” Hanna tertegun membaca pesan dari Ayumi. Ia merasa senang mendapatkan perhatian. Ia merasa disayangi dan diperhatikan oleh seorang kakak. “ sudah jangan membantah, mbak sudah mengabari David. Nanti ia akan segera sampai disana.” tulis Ayumi lagi. “ terimakasih banyak mbak sudah perhatian kepadaku.” balas Hanna “ mbak dan David sudah menganggapmu sebagai adik kami sendiri. Sudah seharusnyakan seorang kakak menyayangi adiknya. Mbak tahu kalau kamu orang baik. Mbak juga senang mengenalmu, mbak jadi seperti memiliki seorang adik. Kamu tahukan mbak anak tunggal.” “ iya mbak, terimakasih banyak sudah menyayangiku.” balas Hanna lagi. “ Ya sudah, kamu istirahat lagi ya. Biar gak ketinggalan kelas.” “ iya mbak. Sekali lagi terimakasih banyak.” balas Hanna. “ Sama-sama Naa.”     Akhirnya mereka mengakhiri pesan tersebut. Setelahnya Hanna bangun. Ia ingin berwudhu di kamar mandi. Perlahan ia mencoba berjalan, dengan memegangi dinding. Meskipun sudah cukup membaik, ia masih merasa sedikit lemas. Setelah berhasil wudhu, akhirnya ia memutuskan untuk sholat sambil duduk. Ia takut tidak sanggup berdiri lama. Tidak ada salahnya sholat sambil duduk, jika tidak mampu bahkan diperbolehkan dengan sambil tiduran atau bahkan dengan isyarat sekalipun. Selama ia masih mampu, ia akan tetap melaksanakan kewajibannya yang satu itu sebagai seorang muslimah. Ketika ia mengakhiri sholatnya diatas tempat tidur. Pintu kamarnya terbuka. Reinald dan Raline datang. Tak hanya mereka berdua, ternyata David sudah sampai. “ Ya ampun anak kecil, kamu sakit apa?” Tanya David yang tidak menutupi kekhawatirannya. “ Hanya demam mas, sekarang Alhamdulillah sudah membaik.” “ Hanna kamu habis sholat?” tanya Rei “ Iya mas.” jawab Hanna. “ Kenapa gak bilang kalau mau ke kamar mandi. Kami gak mau kalau kamu sampai pingsan lagi.” ucap Reinald yang khawatir mengetahui Hanna berjalan sendiri ke kamar mandi. Dari yang ia lihat, pasti Hanna belum sanggup untuk berdiri lama. Bahkan sholat saja ia duduk. “ Tadi sudah agak baikan mas.” jawab Hanna. “ Kamu tadi pingsan?” Tanya David lagi. “ Ia tadi pagi Hanna pingsan diatas sajadah.” Timpal Raline. Segera David menyentuh kening Hanna untuk mengecek suhu tubuhnya. Ada perasaan tidak suka yang Reinald rasakan saat tangan David menyentuh kening Hanna. “ Badan kamu sudah tidak panas.” Ucap David. “ Kamu sudah makan belum Naa?”Tanya David lagi. “ Aku gak laper mas” “ Harus makan anak kecil, biar cepat sehat. Emang kamu mau ketinggalan kelas masak kamu?” Tanya David. “ Pahit mas rasanya.” ucap Hanna. “ Itu karena kamu sedang sakit, makannya makanan yang kamu makan terasa pahit. Nih mas sudah membuatkan kamu sop ayam, biar kamu gak bosan makan bubur terus.” kata David perhatian. Segera David membuka kotak makan yang ia bawa. Ia pun duduk di pinggiran kasur Hanna. Ayo buka mulutnya, mas akan suapi kamu.     Hanna menggeleng, menolak ide David yang ingin menyuapinya. Bagaimanapun ia wanita bersuami, mana mungkin ia menerima bantuan pria lain. Meskipun pria itu sudah menganggapnya sebagai adik sendiri, Ia hanya tidak ingin menimbulkan fitnah. “ Biar Hanna sendiri aja mas.” pinta Hanna.     Namun David juga menolak. Baginya Hanna adalah adiknya. Ia hanya mau memanjakan Hanna sebagai adiknya saja. Tidak lebih. Melihat Hanna, ia merasa terobati rindunya pada adiknya di kampung. “ Biar mas saja ya. Kamu masih lemas.” Akhirnya Hanna menuruti permintaan David. Memang sebenarnya Hanna masih sangat merasa lemas.     Dengan telaten David menyuapi Hanna. Ia senang, pasalnya Hanna lahap memakan masakannya. Mungkin bumbu yang ia gunakan dalam masakan yang membuat nafsu makan Hanna membaik. Ia menggunakan bumbu organic. agar dapat menambah cita rasa masakannya. Meskipun sedang sakit, makanan tetap harus enak bukan? Fikirnya.     Sesekali David memberikan lelucon kepada Hanna. Semua pemandangan itu tak luput dari penglihatan Reinald. Ia merasa tak senang David menyuapi istrinya. Namun ia juga tidak bisa melakukan apapun. Dalam hatinya merasa sangat cemburu dengan kedekatan istri serta sahabatnya itu. Apalagi melihat senyum yang Hanna berikan kepada David. Pasalnya dari tadi Hanna hanya mendiamkannya. Bahkan ia juga berbicara dengan dingin kepada Reinald. Namun ketika David datang menjenguknya. Ia selalu tersenyum. “ Apa memang benar Hanna ada hubungan dengan David?” gumam Rei dalam hati. Sekuat hati ia menahan cemburunya tatkala melihat Hanna dengan David. “ Kamu milikku Hanna. Hanya milikku. Tentu saja kamu milikku, karena kamu itu istriku.” gumam Rei tanpa sadar melihat kedekatan David dan Hanna.    

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN