Sekembalinya ke kerajaan Ephraim, emosi Gavin tak kunjung mereda. Meski sudah satu pekan sejak hari itu, hingga detik ini emosi masih menggelayuti pikirannya. Suara nyalang dari wanita yang bisa Gavin identifikasi adalah seorang g***o tersebut masih pula beresonasi dengan jelas pada telinganya. Hal itu membuatnya merasa sangat marah. Cara bicara wanita itu menyadarkan betapa tidak berdayanya dia bahkan dihadapan seorang anak kecil. Ketidakmampuannya adalah sebuah kelemahan yang membuatnya tak bisa menarik napas dengan bebas. Dia memang secara harfiah adalah seorang pangeran dari negeri yang maju. Namun untuk menolong seorang gadis cilik saja, dia tak sanggup? Apa-apaan itu? sangat memalukan. Dia juga mengerang tatkala mengingat bagaimana rupa si gadis cilik yang sorot matanya nampak koson